Sponsored
Home
/
Lifestyle

Mencerdaskan Anak dengan Permainan Papan

Mencerdaskan Anak dengan Permainan Papan
Preview
Wida Kriswanti06 May 2016
Bagikan :
Preview
| May 6, 2016 06:50 am

Salah satu jenis mainan yang sangat direkomendasikan untuk anak-anak yaitu board game atau permainan papan.

Tidak sekadar memberi hiburan, kecerdasan anak pun dipercaya dapat diraih lewat permainan ini. Psikolog klinis anak Saskhya Aulia Prima menyebut, unsur aturan mainnya membuat jenis mainan ini lebih unggul.

Ya, permainan papan tidak sekadar permainan di atas media papan. Ada aturan main menyertai. Dulu kita mengenal permainan ular tangga sebagai salah satu permainan papan anak populer. Aturan mainnya, pion hanya boleh jalan sesuai bilangan hasil kocokan dadu, pion harus turun kalau berhenti pada kotak bertanda ular, dan sebagainya. Anak yang terlibat permainan papan harus tunduk pada aturan ini. Anak tidak bisa sesuka hati.

Permainan papan biasanya dimainkan dua orang atau lebih. Unsur persaingan akan mendorong anak berpikir untuk mengatur strategi dan perencanaan. Dalam waktu bersamaan, anak-anak juga akan belajar tentang ketekunan dan ketelitian.

“Jadi dari sisi kecerdasan, anak akan terlatih untuk berpikir,” ujar Saskhya yang praktik di Tiga Generasi, Jakarta.

“Sedangkan dari sisi kecerdasan emosi, anak akan terlatih untuk bersabar dan tidak memburu-buru bermain, karena harus bergantian dengan lawan main. Lalu ketika menang atau kalah, anak bisa belajar mengekspresikan perasaannya,” imbuhnya.

Di sini orang tua bisa menempatkan diri sebagai lawan yang ikut bermain bersama anak. Jika ada adik atau teman, bisa juga diajak ikut serta. Namun Saskhya mengingatkan, orang tua harus komitmen dengan aturan main. Orang tua sayang anak, tapi bukan berarti boleh pura-pura kalah hanya agar anak senang.

“Orang tua dan anak sama-sama melatih sportivitas,” bilang Saskhya.

Ketika orang tua menang pun, tidak boleh lantas mengolok-olok anak, misal dengan menyebut payah. Beri semangat dan hilangkan kekhawatirannya. Katakan, menang-kalah itu biasa dalam sebuah permainan. Masih ada sesi permainan selanjutnya untuk anak mencoba lagi.

“Apa yang orang tua sampaikan harus sepositif mungkin,” tegasnya.

(wida/gur)

 
populerRelated Article