Mencoba Qute, Si Bajaj Roda Empat
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus melakukan perbaikan sistem dan moda transportasi publik. Baru-baru ini, Dinas Perhubungan DKI Jakarta bekerja sama dengan Organda DKI melakukan uji coba bajaj roda empat atau dikenal dengan nama Qute.
Wakadishub Sigit Widjatmoko mengatakan Qute merupakan angkutan pengganti bemo (APB). Kendaraan ini dikeluarkan sebagai tindak lanjut edaran per 6 Juli 2017 yang menyatakan bemo tidak boleh lagi beredar di Jakarta.
"Kita kan harus memfasilitasi mereka (pengemudi) untuk tetap berusaha. Waktu sosialisasi memang sudah ada dua jenis kendaraan, yaitu jenis roda tiga yang sudah menggunakan bahan bakar gas dan bajaj roda empat," kata Sigit kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pada 19 Juli lalu, Dishub DKI Jakarta mengeluarkan izin uji coba bajaj roda empat. Sebanyak 17 kendaraan bermerek Qute dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan penumpang dari Stasiun Jakarta Kota (Terminal Beos) ke King Pademangan.
"Termasuk bagaimana kita peduli terhadap masalah aspek lingkungan. Kita minta semua angkutan pakai BBG," kata Sigit.
Sigit berharap di masa mendatang kehadiran qute dapat mengganti keberadaan bajaj roda tiga. Namun, ia menegaskan bahwa angkutan ini hanya sebagai pengganti bemo.
Berdasarkan penelusuran, Bajaj Qute (RE60) besutan Autobajaj dari India diperjualbelikan oleh PT Mega Lestari Mobilindo. Kendaraan ini menggunakan mesin 216,6 cc yang tersedia dalam varian CNG dan LPG.
Bajaj Qute berdimensi panjang 2.752 mm, lebar 1.312 mm, dan tinggi 1.652 mm. Wheelbasenya 1.925 mm.
Dengan harga normal yang miring, sekitar Rp 65 jutaan, mobil ini minim fasilitas. Tak ada AC, power steering, power window, maupun audio system. Namun, setiap Qute yang beroperasi di Beos-Pademangan telah dimodifikasi dengan penambahan sound system.
Bajaj Qute menggunakan mesin 0,2 liter Digital Tri-Spark ignition empat katup dengan sistem pendingin air. Mesin ini dikawinkan dengan gearbox lima percepatan dan dapat memuntahkan tenaga 13,2 PS dan torsi 19,6 Nm.
Untuk perpindahan gigi, mobil ini juga hanya perlu menggerakkan shifter tanpa kopling. Sedangkan untuk konsumsi bahan bakarnya mencapai 36 km per liter.
Tertarik dengan angkutan baru ini, Republika.co.id mencoba pengalaman mengendarai Qute. Di Stasiun Beos telah berkumpul beberapa pengemudi dengan Qute yang berjajar. Seperti operasi kendaraan umum lain, setiap kendaraan berbaris, kemudian maju satu per satu menunggu penumpang. Para pengemudi tak perlu saling berebut.
Seorang pengemudi, Jejen mengaku sudah sebulan menjalankan Qute. Dulu ia terkena razia waktu membawa bajaj tua. Oleh pemerintah, ia ditawari solusi untuk melakukan peremajaan kendaraan.
"Ada solusinya, peremajaan. Saya langsung mengajukan. Jadi narik juga tenang," kata dia.
Ia mengaku kendaraan baru yang dimilikinya memang lebih enak dipakai. Bemo tua ia gunakan sebelumnya sudah tidak layak. Dengan Qute birunya, penggunaan bahan bakar jauh lebih irit. Penumpang juga merasa lebih nyaman.
"Lebih irit, nyaman bawa penumpang. Kalau bahan bakar paling sehari bisa Rp 50 ribu. Kalau pakai bemo bisa Rp 90 ribu," kata dia.
Kapasitas Qute memang jauh lebih kecil daripada bemo. Dengan bemo, ia bisa membawa sembilan penumpang sekali tarik. Qute baru hanya muat ditumpangi empat orang, termasuk pengemudi.
Walau begitu, ia mengaku pendapatannya tak menurun. Sebab, biaya perawatan lebih sedikit. Ia tak perlu lagi repot dengan rem putus atau as patah ketika sedang membawa penumpang.
Qute juga lebih diminati daripada bemo. Para penumpang umumnya merupakan warga Pademangan yang ingin melakukan aktivitas, mulai dari pelajar, pekerja, ibu rumah tangga, staf kantor, hingga staf kecamatan.
Untuk perjalanan dari Stasiun Beos ke King Pademangan, para pengemudi menerapkan tarif Rp 5.000 atau Rp 4.000 jika berhenti di ITC Mangga Dua.
"Mereka nggak keberatan ongkos dinaikin seribu. Katanya enak, nyaman," kata Jejen.