Menelusuri Kemegahan GOR Jati dan Asrama PB Djarum di Kudus
Audisi umum beasiswa bulu tangkis PB Djarum telah memasuki babak final. Bertempat di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, 221 peserta berebut untuk menjadi atlet binaan klub bulu tangkis kenaaman Indonesia ini.
Babak final sendiri berlangsung dari Jumat (7/9/2018) hingga Minggu (9/9). Peserta yang lolos babak ini akan melaju ke tahap karantina yang akan dilangsungkan selama enam hari mulai Senin (10/9) sampai Sabtu (15/9).Selama fase karantina, peserta akan berpisah dari orang tuanya dan menjajal semua faslitas serta metode latihan PB Djarum. Di tahap ini, beberapa aspek dari peserta akan dinilai seperti karakter, skill, dan mentalnya. Mereka yang mampu melewati tahap ini bakal mendapat beasiswa bulu tangkis PB Djarum.
Lantas, bagaimana PB Djarum menyediakan fasilitas bagi calon atlet-atlet binaan, sekaligus atlet binaan yang sudah masuk di tahun-tahun sebelumnya? kumparanSPORT berkesempatan mengunjungi langsung asrama atlet PB Djarum yang berada di komplek GOR Jati untuk menemukan jawabannya.
GOR Jati sendiri dibangun pada 2004 dan diresmikan pada 27 Mei 2006. Komplek GOR ini berdiri di atas tanah seluas 43.207 meter persegi. Tak heran jika di dalam GOR terdapat 16 lapangan, pusat kebugaran, serta fasilitas penunjang latihan lain yang bisa digunakan para atlet.
Adapun, letak GOR Jati ini tidak jauh dari asrama tempat para atlet tinggal. Asrama berada persis di belakang GOR dengan jarak sekitar 25 meter. Di asrama tersebut, atlet putra dan putri dipisahkan.
Dari keterangan Fung Fermadi selaku Manajer Tim PB Djarum, tiap kamar di tiap asrama memiliki kapasitas yang berbeda dan tiap atlet menempati kamar sesuai dengan kategori usianya masing-masing.
"Total ada 40 kamar untuk asrama putra dan putri, jadi di tiap asarama ada 20 kamar. Setiap kamar biasanya bisa diisi tiga orang, ada juga yang bisa menampung empat. Di kudus ada sekitar 100 atlet dibina, dan 20 orang dari total itu dibagi di asrama Kaliputu. Tiap kamar, satu kelompok usia digabungnya. Kalau digabungkan dengan yang besar, terus nakal, nanti bawa-bawa yang kecil," jelas Fung saat menemani kami berkeliling asrama.
Lingkungan di sekitar asrama terbilang sangat nyaman dan asri, serta cukup sunyi karena jauh dari jalan raya utama. Hal ini diakui Fung memang membantu proses latihan bagi atlet. Selain itu PB Djarum pun memberlakukan beberapa aturan seperti jam malam dan penggunaan ponsel.
"Di setiap kamar tidak ada televisi. Ada ruangan khusus untuk menonton bersama di tiap asrama. Kemudian untuk handphone setiap malam diambil sekitar pukul 21:00 WIB. Kalau keluar pun harus izin dan dibatasi dua kali dalam seminggu," jelas Fung.
Selain fasilitas tempat tinggal, PB Djarum juga menyediakan perlengkapan untuk para atlet mulai dari sepatu bertanding hingga raket. Terkait baju dan makan pun, para atlet sudah disediakan layanannya.
"Kalau untuk sepatu kita menyediakan untuk bermain bulu tangkis saja, untuk sepatu lari atau untuk pergi jalan-jalan mereka biasanya bawa sendiri. Sedangkan, untuk raket sendiri setiap atlet diberi empat buah," kata Fung.
"Jika patah nanti diganti yang baru, sedangkan untuk senar raketnya kami ada tempat sendiri untuk membetulkan dan memasangnya. Anak-anak juga harus makan di asrama di ruang makan. Kalau untuk mencuci baju, kami sudah sediakan laundry dan tempat mencucinya juga di dalam asrama (oleh petugas)," imbuh eks pemain bulu tangkis Indonesia era 1990-an itu.
Megah dan lengkapnya fasilitas yang disediakan bagi atletnya selama berlatih, merupakan bentuk keseriusan PB Djarum dalam membentuk atlet bulu tangkis berprestasi untuk Indonesia. Akan tetapi, untuk bisa bertahan di sana bukanlah hal mudah.
Di PB Djarum, kerja keras dan keseriusan dalam berlatih adalah harga mati. Fung menuturkan bahwa di sini ada sistem degradasi dan para atlet yang dianggap tak bisa berkembang akan diberhentikan.
"Kami memang ada kendala soal kapasitas, karena jumlah atlet tiap tahun semakin bertambah, jadi kami membuat sistem degradasi. Dlihat dari durasi dia berada di sini, usia, prospek, dan pencapaiannya. Ada perubahan atau tidak," terang Fung.
Namun, Fung menyebut PB Djarum juga memiliki program lain untuk membantu atlet yang terkendala. Para atlet ini biasanya akan diserahkan kepada orang tuanya untuk sementara, sebelum digodok kembali di asrama. Fung menyebut program ini dibuat bagi atlet yang masih berusia dini (di bawah 11 tahun, red).
"Dia (para atlet) boleh latihan di klub masing-masing. Dikasih jatah empat pertandingan setahun di klub yang termasuk ke dalam klub kami. Jadi, itu pertimbangan untuk atlet yang masih rewel atau ada kesulitan," tutupnya.