Mengapa Belajar Mencintai Diri Sendiri Itu Penting?
Uzone.id-Bagi beberapa orang, mencintai orang lain terasa lebih mudah daripada mencintai diri sendiri. Rasanya, ada saja hal-hal negatif yang menimbulkan ketidaksukaan atau ketidakpuasan pada diri sendiri.
Menurut Pingkan C. B. Rumondor, M. Psi., psikolog di Jakarta, sebagian besar orang yang tidak bisa menerima diri apa adanya, kemungkinan pernah mengalami diabaikan atau disakiti, terutama di masa kecil mereka.“Sehingga mereka "belajar" bahwa "saya tidak berharga", "saya tidak penting", "saya tidak patut dicintai", dan merasa diri mereka kurang layak untuk dihargai, dicintai, termasuk oleh diri sendiri,” tulis Pingkan dalam wawancara via e-mail dengan Uzone.id.
Padahal, mencintai diri sendiri sesungguhnya sangat penting. Mencintai diri sendiri berarti menerima diri apa adanya (termasuk kekurangan dan kelebihan), memaafkan kesalahan yang pernah dilakukan, dan mau memprioritaskan waktu untuk merawat diri sendiri (baik perawatan fisik atau mental).
“Mencintai diri sendiri perlu dilakukan agar bisa menjalani hidup dengan damai dan lebih legawa (tulus, ikhlas), sehingga bisa lebih produktif, dan lebih bijak dalam mengambil keputusan,” ujar perempuan yang juga merupakan Co-Founder Komunitas Cinta Setara (@cintasetara) itu.
Pingkan mengungkapkan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk belajar mencintai diri sendiri. Pertama, kamu perlu mengenali kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
Kedua, kamu perlu berusaha menerima kekurangan dan kelebihan tersebut. Jika sulit, coba tanyakan apa kelebihan kamu menurut orang terdekat yang bisa dipercayai, dan dengarkan baik-baik pendapat mereka.
Ketiga, lakukanlah hal yang membuat kamu merasa bahagia, mampu, dan berharga. Selain melakukan hobi, kamu juga bisa menjalankan aksi sukarela (volunteer), membantu orang-orang yang terkena bencana atau yang tidak seberuntung kamu.
“Aksi seperti ini biasanya membuat seseorang lebih bersyukur dan lebih menghargai kehidupan yang dimiliki,” ungkap Pingkan yang juga adalah Faculty Member Psychology Department, Bina Nusantara University.