Mengenal Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya yang Dibom Teroris
Pesan kemanusian menyentuh itu tersemat dalam Berita Paroki Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (SMTB) edisi 15 April 2018. Dua puluh delapan hari setelahnya, Minggu (13/5), Gereja tersebut justru diledakkan oleh orang tak bertanggung jawab. STMB sendiri adalah salah satu dari tiga gereja yang diledakkan di Surabaya.
Sebagai sebuah gereja katolik, SMTB berperan penting dalam membina iman katolik di Surabaya. Cinta kasih juga jadi ajaran utama dalam gereja itu, setiap lebaran umat muslim tiba, gereja itu kerap memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.Dirintis sejak 1958, gereja itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat katolik di kelurahan Baratajaya, kecamatan Gubeng. Sederet program sosial yang berorientasi kepada bantuan kemanusiaan juga dilakukan gereja tersebut, tanpa memandang sekat-sekat agama.
Jauh sebelum berdiri megah seperti saat ini, Gereja dua lantai yang mampu menampung hingga 1.500 orang itu awalnya hanya berupa lahan persawahan dan ladang. Keuskupan di Surabaya kala itu, tertarik untuk memanfaatkan potensi lahan tersebut untuk dijadikan tempat ibadah.
Awalnya memang tak mudah, tanah yang sempat dibeli di Jalan Ngagel itu sempat diduduki bangunan liar. Kendati demikian, pembangunan Gereja perlahan mulai dapat dilakukan. Bentuk awalnya pun hanya rumah biasa yang dipergunakan sebagai tempat ibadah darurat. Seiring waktu, banyak umat katolik yang datang dan menetap di daerah tersebut.
Pada 9 April 1968, kebutuhan akan adanya gereja yang lebih besar mulai mengemuka. Penggalian di lahan kosong di daerah tersebut pun kembali dilakukan. Puncaknya, pada 8 Desember 1968 bertepatan dengan pesta nama “Santa Maria Tak Bercela”, Gereja itu menjadi bangunan baru yang mampu menampung 350 jemaat.
Berkali-kali gereja itu mengalami pembangunan yang signifikan. Hingga pada 8 Desember 2001, gereja tersebut memiliki bangunan yang lebih baru. Cukup untuk menampung jemaat katolik yang ada di sekitar wilayah tersebut.
Gereja dan Proyek Sosial
Sebagai tempat ibadah, SMTB tergabung dengan Serikat Sosial Vinsensius (SSV). SSV sendiri merupakan organisasi internasional yang didirikan oleh Beato Frederic Ozanam pada tahun 1833, Di dalamnya SSV berfokus menjadikan gereja sebagai tempat yang ramah bagi mereka yang miskin dan terlantar.
Mengutip situs SMTB, SSV Konferensi Santa Maria Tak bercela didirikan pada 1985. SSV SMTB bertugas melayani kaum miskin dengan hubungan secara personal (kunjungan). Kunjungan itu dilakukan agar dapat mengetahui dengan jelas permasalahan yang mereka hadapi dan berusaha membantu kesulitannya.
Beberapa program yang dilakukan SSV SMTB selama ini muai dari warung murah untuk bapak becak tiap minggu jam 12.00 WIB, Pengobatan gratis untuk bapak becak dan keluarga miskin, paket lebaran untuk bapak becak tiap tahun, pembagian beras untuk keluarga miskin setiap bulan, hingga bantuan biaya pendidikan untuk anak kurang mampu.
Semua proyek yang dikerjakan oleh Gereja tak memandang perbedaan agama. Dalam uraiannya, nilai kemanusiaan merupakan sebuah hal yang harus dijunjung tinggi.