Mengenal Manfaat Terapi Berkebun
Saatnya Anda mulai melirik aktivitas berkebun sebagai kegiatan mengisi waktu luang di akhir pekan. Bukan hanya karena berkebun bisa mempercantik rumah Anda, tapi kegiatan ini juga ternyata bisa membantu menjaga kesehatan mental.
Hasil studi terbaru yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Harvard University dan Brigham and Women's Hospital menemukan bahwa orang yang tinggal di area dengan banyak tanaman ternyata memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang lebih baik. Tiga puluh persen manfaat ini berasal dari rendahnya level depresi.Profesor Tim Lang yang berasal dari City University London menyatakan bahwa kontak terus menerus dengan tumbuhan, hewan, dan alam sekitar bisa meningkatkan kesehatan tubuh dan mental manusia.
Seperti saat kita menanam tumbuhan atau bunga, kita sebenarnya tengah berinteraksi dengan elemen alami yang mampu menjadi penawar dari stres yang dialami akibat kehidupan modern.
"Untuk sebagian besar masyarakat kita, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang bergulat dengan isu kesehatan mental dan fisik, berkebun bisa menjadi salah satu aktivitas positif. Bekebun bisa meredam gejala-gejala dari penyakit serius, mencegah berkembangnya kondisi fisik tertentu, dan solusi untuk memperbaiki level kesehatan individu dalam jangka panjang."
Seperti yang disadur dari Harper's Bazaar UK, disebutkan bahwa beberapa organisasi di UK telah menyediakan aktivitas berkebun guna menolong individu.
Ed Rosen, salah satu direktur dari organisasi yang menyediakan terapi berkebun menjelaskan, "Kita memulai terapi ini dengan fokus pada pasien yang memiliki riwayat sakit jangka panjang, seperti diabetes, arthritis, dan asma. Beberapa anggota kami juga telah berusia tua, sehingga mereka secara sosial seringkali terisolasi dan merasa kesepian. Adalah salah satu fungsi kami untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bisa dinikmati oleh semua orang."
Lalu apa alasan sehingga berkebun bisa menjadi terapi untuk Anda?
1. Tanah ternyata bisa berfungsi sebagai antidepressant.
Fakta mengejutkan bahwa tanah ternyata memberikan efek bagi otak, sama dengan antidepressant, yakni untuk memperbaiki mood. Hasil penelitian dari University of Bristol dan University College London menunjukan bahwa terdapat bakteri dalam tanah yang bisa mempengaruhi perilaku layaknya antidepressant.
Bakteri Mycobacterium vaccae yang berada di tanah ternyata bisa mengaktifkan neuron dalam otak yang memproduksi serotonin, bahan kimia yang dihasilkan otak dan bertanggung jawab untuk menciptakan rasa bahagia. Saat Anda berkebun, Anda melakukan kontak dan menghirup bakteri ini.
Microba dari alam ini juga bisa memperbaiki fungsi kognitif, penyakit Crohn dan rheumatoid arthritis.
2. Aktivitas ini bisa menciptakan kesadaran internal dan eksternal.
Mindfulness merupakan kondisi di mana individu mampu menikmati momen secara menyeluruh. Mindfulness seringkali dikaitkan dengan aktivitas meditasi yang bermanfaat untuk mengurangi tingkat stres, kegelisahan, resiko depresi, meredakan insomnia, dan meningkatkan produktivitas.
Berkebun bermanfaat untuk membantu Anda fokus dalam state mindfulness menurut Hilda Burke, seorang psychotherapist. Keadaan mindfulness ini seringkali berupa saat Anda lupa waktu, dan tidak terus menerus sibuk memikirkan hal lain, seperti membuat rencana atau mengulang kejadian yang telah lalu. Berkebun membuat Anda menyingkirkan hal lain, dan fokus pada momen yang tengah jalani.
Kegiatan berkebun mendorong kita untuk bersabar dalam merawat tanaman, yang pada akhirnya bisa terbawa dalam kehidupan personal kita.
3. Berkebun mendorong kesehatan otak.
Selain melatih fisik Anda, berkebun juga melatih pikiran. Kegiatan ini mengaktifkan beberapa fungsi otak kita, seperti belajar hal yang baru, memecahkan masalah, dan kesigapan. Dengan kata lain berkebun bisa membantu pikiran kita tetap aktif.
Beberapa studi juga menemukan manfaat dari berkebun bagi pasien dementia dan Alzheimer. Sementara itu penelitian yang dipublikasikan Psychiatry Investigation memaparkan manfaat terapi holtikultura yakni berupa mengurangi rasa sakit, meningkatkan tingkat perhatian, dan mengurangi stres.
(Alih bahasa: Daniar Cikita. Foto: Getty Images)