Mengenal Pengobatan Kanker Serviks dan Efek Sampingnya
Kanker serviks merupakan urutan nomor empat kanker yang paling banyak menyerang wanita di seluruh dunia, berdasarkan data WHO. Kanker ini dapat disembuhkan jika dideteksi sejak awal, namun pilihan pengobatan kanker serviks bergantung pada stadium dan sejauh mana kanker sudah menyebar.
Pengobatan kanker serviks dilakukan berdasarkan stadiumnya
Pengobatan untuk kanker serviks umumnya bersifat kompleks. Oleh karena itu, rumah sakit biasanya akan membentuk sebuah tim profesional yang ahli dalam mengobati kanker serviks stadium awal serta kanker serviks stadium lanjut.Kanker serviks terkadang tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali pasien datang ke dokter dan didiagnosis ketika kanker sudah mencapat stadium lanjut. Secara umum, ada tiga pilihan utama untuk pengobatan kanker serviks: operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Berikut pembahasan lengkap yang harus Anda simak baik-baik.
Pengobatan kanker serviks melalui operasi
Ada 3 jenis operasi untuk mengobati kanker serviks:
- Trakelektomi radikal: Di mana leher rahim beserta jaringan di sekitarnya dan bagian atas vagina diangkat, tapi rahim dibiarkan.
- Histerektomi: Metode ini akan melakukan pengangkatan leher rahim dan rahim, tergantung pada stadium kankernya, mungkin juga penting untuk mengangkat ovarium dan tuba falopi.
- Eksenterasi panggul: Di mana dilakukan operasi besar pada leher rahim, vagina, rahim, kandung kemih, ovarium, tuba falopi dan rektum diangkat seluruhnya
Apa saja efek samping atau risiko dari operasi kanker serviks?
Trakelektomi Radikal memiliki efek samping seperti luka atau infeksi pada usus. Namun setelah menjalani operasi jenis ini, beberapa wanita masih dapat hamil. Dan pada dasarnya kehamilan bisa terjadi dan diperbolehkan dokter ketika kanker serviks Anda benar-benar sembuh, walaupun nantinya berisiko mengalami keguguran.
Histerektomi bisa menyebabkan infertilitas (ketidakmampuan untuk memiliki anak) bagi wanita yang menjalaninya. Risiko lain yang dapat menyertai operasi histerektomi biasanya meliputi pendarahan yang berlebihan dan kerusakan pada sistem saluran kemih atau usus.
Eksenterasi panggul adalah operasi besar yang biasanya hanya dilakukan ketika kanker serviks kambuh kembali setelah rangkaian pengobatan sebelumnya yang diyakini berhasil. Efek samping dan risiko yang bisa dirasakan berbeda-beda tiap orang. Umumnya Anda akan merasakan mual, muntah dan jadi mudah lelah setelah melakukan operasi ini.
Pengobatan radioterapi
Pada stadium tertentu kanker serviks, Anda akan diobati dengan radioterapi saja atau dengan dikombinasikan dengan operasi. Dalam pengobatan ini, tubuh Anda akan terpapar radiasi. Sumber radiasi bisa didapat dari luar, dimana ada mesin yang memancarkan radiasi terhadap Anda, atau internal.
Dalam metode internal ini, suatu implan akan ditanamkan di dalam tubuh Anda untuk memancarkan radiasi. Ada kasus dimana kedua metode akan dikombinasikan. Program radioterapi biasanya berlangsung selama lima sampai delapan minggu.
Apa saja efek samping atau risiko dari radioterapi kanker serviks?
Ada 2 efek samping pengobatan kanker serviks jenis ini. Untuk jangka pendeknya, Anda mungkin akan merasakan kelelahan, muntah atau diare, dan masalah pencernaan lainnya seperti sembelit. Sedangkan untuk efek jangka panjang pengobatan radioterapi dapat menyebabkan jaringan parut terbentuk di dalam vagina.
Jaringan parut yang muncul ini, bisa membuat vagina lebih sempit (disebut stenosis vagina), kurang mampu meregang, atau bahkan berukururan lebih pendek, yang mana bisa membuat penetrasi seks vaginal terasa nyeri
Pengobatan kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan secara independen atau dikombinasi dengan radioterapi. Dalam kanker stadium lanjut, metode ini sering kali digunakan untuk mencegah kanker berkembang. Tujuan pengobatan ini adalah untuk menghancurkan sel-sel kanker sembari menghasilkan kemungkinan kerusakan terkecil bagi sel-sel yang sehat. Kemoterapi juga bisa dianggap sebagai cara untuk mengerutkan kanker serviks dan mengurangi pertumbuhan tumor.
Apa saja efek samping atau risiko kemoterapi kanker serviks?
Kemoterapi memiliki efek samping yang bisa dilihat dari adanya perubahan pada diri Anda, yang mana menjadi mudah capek, merasakan mual, muntah dan timbulnya kerontokan pada rambut. Efek kemoterapi untuk sementara dapat mengurangi jumlah sel normal dalam darah Anda.
Selama kemoterapi, darah Anda akan diuji secara teratur dan diberi antibiotik untuk mengobati dan mencegah adanya infeksi apapun. Transfusi darah dapat diberikan jika Anda mengalami anemia. Lalu, beberapa obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk mengobati kanker serviks dapat memengaruhi ginjal. Biasanya hal ini akan tidak menimbulkan gejala apapun, namun efeknya bisa parah dan ginjal bisa rusak permanen, kecuali jika pengobatan dihentikan.
Bagaimana mencegah terjadinya kanker serviks?
The American Cancer Society menganjurkan para wanita untuk melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin, dengan cara:
1. Melakukan vaksin HPV
HPV adalah sebuah virus yang menyebabkan infeksi menular seksual, yang dapat menyebabkan kanker serviks pada beberapa wanita. Namun, virus ini juga bisa menyebar melalui kontak dari kulit ke kulit. Mengapa vaksin HPV penting dilakukan? Para ahli mengatakan bahwa semakin muda seseorang mendapatkan vaksin ini, tingkat efektivitas kerja vaksin ini akan semakin tinggi.
Anak perempuan pun disarankan mendapatkan vaksin ini mulai usia 9 tahun. Selain melindungi diri dari strain virus HPV yang menyebabkan penyakit kutil kelamin, wanita juga dapat menurunkan risiko penularan strain virus HPV penyebab kanker serviks pada pasangan seksualnya di kemudian hari.
2. Tes pap smear
Pap smear merupakan sebuah tes yang dapat memeriksa keadaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina. Dengan pemeriksaan rutin, perubahan sel-sel yang mungkin bisa berkembang menjadi kanker atau sudah menjadi kanker bisa terdeteksi. Saat melakukan pap smear, dokter bisa juga mengombinasikannya dengan tes human papillomavirus (HPV), khususnya buat wanita berusia 30 tahun ke atas.
The post Mengenal Pengobatan Kanker Serviks dan Efek Sampingnya appeared first on Hello Sehat.