Mengintip Prediksi Tren AI 2025
Uzone.id – Laporan terbaru dari APAC AI Outlook 2025 yang diinisiasi oleh IBM—sebuah lembaga penyedia cloud hibridia global, AI, dan keahlian konsultasi—membahas tren utama dan hambatan untuk membuka potensi transformatif AI, serta menghadirkan wawasan dari 17 pemimpin industri di Asia-Pasifik yang mempelopori praktik terbaik AI.
Laporan ini ditujukan bagi perusahaan yang ingin mempercepat inisiatif AI, sekaligus mengelola tantangan dan risiko. Dalam laporan tersebut, disebutkan lima tren strategis yang akan membentuk masa depan AI di Asia-Pasific sebagai berikut:
Pendapatan berbasis AI menjadi fokus utama
Organisasi-organisasi akan mengadopsi pendekatan AI strategis pada tahun 2025 dan memprioritaskan proyek berdasarkan kelayakan dan dampak bisnis.
Hal ini mencerminkan pemahaman yang lebih baik bahwa keberhasilan awal dalam membangun kepercayaan organisasi harus diimbangi dengan strategi AI jangka panjang.
Tantangannya adalah bagaimana menskalakan AI melalui use case yang bisa memaksimalkan peluang pendapatan dan return on investment (ROI).
Model open-source yang lebih kecil dan spesifik muncul sebagai alternatif yang kuat
untuk berbagai aplikasi AI:
Model yang dibangun untuk tujuan tertentu akan semakin diminati, termasuk rancangan untuk bahasa lokal, nuansa konteks regional, dan tugas komputasi yang lebih sederhana.
Model rightsizing AI ini memerlukan data pelatihan yang jauh lebih sedikit dan menghasilkan jejak karbon yang lebih kecil dibandingkan dengan model bahasa besar yang mendominasi diskusi AI saat ini.
Perusahaan diperkirakan akan mulai mengadopsi tools baru untuk meningkatkan visibilitas, tata kelola, dan integrasi AI yang lebih lancar.
Organisasi di Asia-Pasifik akan semakin memanfaatkan model AI open-source untuk mendorong inovasi dan efisiensi.
Unified AI dengan alat orkestrasi yang canggih akan menyederhanakan manajemen solusi, memberikan fleksibilitas, efisiensi biaya, keamanan yang lebih baik, serta integrasi yang lancar antar berbagai penyedia.
Agen AI mendefinisikan ulang masa depan dunia kerja:
Perusahaan akan semakin merancang alur kerja yang bersifat agentic—perilaku yang diarahkan pada tujuan dan pengambilan keputusan secara otonom—didukung oleh agen AI untuk secara mandiri menjalankan tugas, berkolaborasi dengan pekerja manusia, dan menciptakan nilai tambah bagi bisnis.
Agentic AI yang menggabungkan AI dengan otomatisasi memiliki potensi untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi operasional, pengalaman pelanggan, dan pengambilan keputusan.
Namun, organisasi perlu menetapkan batasan internal dan secara berkala mengevaluasi model dasar untuk memastikan penggunaan yang etis dan bertanggung jawab.
Inovasi yang berpusat pada manusia mendorong fase berikutnya dari AI:
Meskipun alat produktivitas telah menjadi fokus utama dalam adopsi AI, masa depan AI terletak pada pemanfaatannya untuk meningkatkan pengalaman dan kemampuan manusia.
Pendekatan pada Human-Centric AI akan menjadi alat yang kuat bagi karyawan untuk memperluas peran mereka, mengotomatisasi tugas-tugas rutin, dan membuka peluang baru bagi kreativitas dan inovasi.
Dengan memprioritaskan desain solusi AI yang empatik, organisasi dapat membangun hubungan pelanggan yang lebih kuat sekaligus meningkatkan loyalitas terhadap merek.
“Manusia memiliki peran tak tergantikan pada evolusi AI. Keterlibatan manusia diperlukan di setiap tahap perkembangan teknologi ini, termasuk pengawasan terhadap aplikasi-aplikasi yang krusial. Kemajuan harus didasarkan pada gagasan bahwa AI berfungsi untuk meningkatkan, bukan menggantikan, manusia, dengan keduanya bekerja dan berkembang secara harmonis,” tutup Ullrich Loeffler selaku CEO Ecosystem seperti yang Uzone kutip dalam siaran pers.