Menyelami Kebudayaan Suku Dayak di Desa Pampang, Samarinda
Uzone.id - Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kamu saat mendengar nama Samarinda? Ibu kota Kalimantan Timur, Sungai Mahakam, dan suku Dayak. Nah, ketiga hal itu memang identik dengan kota yang berjuluk Kota Tepian ini, apalagi yang disebut terakhir.
Suku Dayak memang dikenal sebagai penduduk asli Pulau Kalimantan. Populasi mereka tersebar di seluruh pelosok Kalimantan, hingga ke wilayah Malaysia.Di Samarinda, kamu bisa bersinggungan langsung dengan suku Dayak ini dengan berkunjung ke wisata budaya di Desa Pampang, Samarinda. Lokasi desa ini berada di bagian utara ibu kota provinsi, tepatnya melalui Jalan Poros Samarinda – Bontang, sebelum Bkamura Samarinda Baru, Sei Siring. Begitu kamu menemukan papan nama desa budaya, jaraknya masih 1 kilometer lagi hingga tiba di desa tersebut.
Dilansir Wikipedia, Desa Pampang ini ditempati oleh suku Dayak Apokayan dan Kenyah yang berasal dari Malinau dan Kutai Barat. Pada tahun 1960-an, mereka memutuskan pindah tempat tinggal dengan hidup nomaden bertahun-tahun lamanya.
Kadang, mereka mampir di suatu tempat yang disinggahinya untuk berladang. Sampai akhirnya, mereka tiba di kawasan Pampang. Di sinilah akhirnya suku Dayak Apokayan dan Kenyah ini menetap hingga saat ini.
Desa Pampang ditetapkan sebagai Desa Budaya pada Juni 1991 oleh Gubernur Kalimantan Timur, HM Ardans. Sejak saat itu, kegiatan desa pun semakin semarak dan kental dengan kearifan lokal yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
Tentunya ini juga menjadi atraksi wisata unggulan nan unik dari kota Samarinda. Mau berkunjung ke desa yang satu ini? Segera booking tiket pesawat murah dari Airy ke kota yang satu ini ya.
Berdandan ala Orang Dayak
Begitu kamu memasuki kawasan Desa Pampang, rumah adat khas Dayak berdiri tegak menyambut siapa saja yang datang. Rumah Adat Lamin Adat Pamung Tawai, demikian rumah ini biasa disebut.
Bentuknya besar dan luas, tampak megah dengan ukir-ukiran khas Tanah Borneo yang semarak dengan warna kuning, hitam, dan putih. Rumah yang dibuat dari kayu ulin ini menyerupai sebuah balai pertemuan karena sangat luas.
Pada sekeliling bangunan terdapat tempat yang menjajakan cendera mata khas Dayak, seperti tas anyaman, gelang batu, dan topi adat.
Waktu berkunjung yang paling tepat ke Desa Pampang adalah pada hari Minggu pukul 14.00 – 15.00 WITA. Pada waktu tersebut, masyarakat setempat rutin menampilkan tarian adat mereka. Beberapa jenis tarian yang ditampilkan adalah Hudoq, Kanjet Anyam Tali, Tari Bangen Tawai, dan Nyalama Sakai.
Sebelum penari mulai melenggak-lenggok, pemandu acara akan menceritakan kisah dan makna di balik tarian tersebut. Untuk menikmati tarian mereka, kamu harus membayar Rp15.000 per orang.
Selain menikmati tarian, kamu juga bisa berfoto bersama penduduk lokal. Apa yang membuat kegiatan ini menarik? Tak lain karena penduduk lokal mengenakan pakaian adat mereka yang unik. kamu juga bisa ikut mengenakan pakaian adat tersebut, lengkap dengan aksesorinya.
Biaya untuk menyewa pakaian adat lengkap adalah Rp25.000 dan berfoto bersama seorang suku Dayak Rp25.000. Harga tersebut tentu masih relatif terjangkau, mengingat pengalaman budaya yang kamu nikmati sangatlah kaya dan langka.
Oya, kamu juga bisa menemui perempuan Dayak dengan telinga panjang. Tradisi ini masih dipegang teguh oleh penduduk Desa Pampang. Telinga panjang perempuan Dayak ini melambangkan status sosial mereka dalam masyarakat.
Sejak bayi daun telinga mereka dihiasi dengan pemberat serupa logam berbentuk seperti gelang kecil atau anting. Setiap tahun jumlahnya bertambah satu, sehingga semakin lama telinga mereka pun semakin panjang.
Ingin berkunjung ke Desa Pampang? Yuk langsung pesan tiket Sriwijaya Air murah di sini. Pilih penerbangan ke Balikpapan, lalu kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Samarinda.
Jika ingin langsung menuju Desa Pampang, total waktu tempuh dari Balikpapan adalah empat jam. Namun, kamu tak perlu khawatir, kondisi jalur darat yang dilalui relatif baik, sehingga kamu bisa menikmati perjalanan dengan nyaman.