icon-category Lifestyle

Nggak Selamanya Anggap Teman Kantor Sebagai “Keluarga” itu Sehat

  • 14 Aug 2018 WIB
Bagikan :

Uzone.id -- “Kita di sini sudah seperti keluarga. Jadi, kamu dilarang pacaran dengan cewek yang duduk di depanmu itu, ya.”

Ilustrasi di atas hanyalah ilustrasi belaka, jangan dianggap serius. Tapi, fenomena omongan “kita di kantor ini seperti keluarga” adalah sebuah fakta, bukan mitos belaka. Banyak perusahaan yang melontarkan frasa itu.

Nggak ada yang mengharamkan. Toh, namanya juga kerja bareng, dalam setahun waktu harianmu digunakan untuk bertemu mereka semua. Mereka jadi hafal tanggal ulang tahun kita, merayakan hari jadi perusahaan bareng, sampai hangout di luar jam kantor. Tampaknya lazim menganggap mereka sebagai keluarga kedua.

Baca juga: Kamu Pasti Betah Produktif di Ruangan Seru, Warna-warni Seperti Ini

Ada pandangan menarik dari penulis bernama Alison Green. Menurutnya, nggak selamanya pandangan tersebut sehat untuk dunia profesional.  Green, yang juga mendirikan situs ‘Ask Manager’ berisi konten berbau karier berbagi opininya kepada New York Times.

Saat ditanya mengenai apa dampak ‘buruk’ kalau kita menganggap orang-orang di kantor sebagai keluarga, Green menjawab, “ungkapan tersebut cenderung digunakan untuk merugikan karyawan, karena memiliki arti bahwa batasan kamu sebagai karyawan telah diusik. Dari situ, karyawan biasanya diharapkan super setia dan menunjukkan komitmen dalam taraf berlebihan.”

Menurut Green, alangkah lebih baik ungkapan “kita seperti keluarga” itu lebih ditujukan untuk aspek komunikasi sehari-hari. Karena menurutnya, tetap saja yang namanya bekerja membutuhkan komunikasi yang baik, nggak perlu ada yang ditutup-tutupi atau bahkan dipendam. Kalau sudah kenal dekat seperti “keluarga”, seharusnya nggak sulit untuk saling terbuka.

via GIPHY

“Pokoknya, anggapan keluarga itu jangan disalahgunakan untuk menuntut karyawan agar bekerja terus-terusan dan melupakan upah yang layak. Kalau sudah nggak sehat seperti ini dan ada karyawan yang protes, bisa jadi akan dibalas, ‘hey, kita ini seperti keluarga’ dan kamu dianggap berkhianat,” sambung Green.

Meski begitu, Green menyadari kalau nggak semua makna “keluarga” yang digunakan oleh perusahaan akan berakhir nggak sehat seperti risetnya. Dia bilang, jika di proses wawancara dengan HRD dan mereka bilang kalau hubungan sesama kolega seperti keluarga, paling nggak ini menjadi pengingat.

Baca juga: 5 Masalah Finansial yang Sering Menimpa Milenial

“Kalau kamu sudah masuk ke lingkungan seperti itu, harus bisa menganalisis kultur perusahaannya seperti apa. Harus terbiasa untuk kritis di kondisi yang terasa sudah mulai nggak sehat dan bicara jujur namun sopan seperti, ‘saya nggak akan bekerja 60 jam di pekan ini’,” sambung Green lagi.

Green pun menekankan, bukan berarti nggak boleh menjalin pertemanan secara personal dengan teman-teman di kantor. Selama hal ini nggak mengganggu hubungan profesional dan aktivitas sehari-hari, sudah pasti aman.

“Saya ingin orang-orang juga paham, bahwa sangat nggak apa-apa untuk memperlakukan kehidupan pekerjaan seperti kerjaan biasa. Kita dibayar untuk kerja, jadi nggak perlu memaksakan harus bersikap seperti keluarga jika memang jadi nggak kondusif,” tutup Green.

via GIPHY

Menurut kalian gimana, gaes?

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini