Pakai Baju Bersimbol Nazi, Personel BNK48 Minta Maaf
Personel BNK48, Pichayapa 'Namsai' Natha, menuai kecaman usai mengenakan pakaian berlambang Nazi saat menggelar gladi bersih konser yang ditampilkan di siaran televisi, Sabtu (26/1). Anggota idol group asal Thailand itu memakai kaos bernuansa merah-hitam dengan simbol swastika di tengahnya.
Tindakan Namsai langsung mendapat perhatian Kedutaan Besar Israel di Bangkok, Thailand. Lewat akun Twitter, Wakil Kepala Misi Kedubes Israel di Bangkok, Smadar Saphira, mengungkapkan kekecewaan pihaknya.Terlebih, pada 27 Januari, dunia memperingati Hari Holocaust Internasional 2019. Holocaust, atau pembantaian massal terhadap umat Yahudi, gipsi, dan homoseksual oleh rezim Nazi Jerman, terjadi di Eropa selama masa Perang Dunia II.
"Menampilkan simbol Nazi telah menyakiti perasaan jutaan perasaan orang di seluruh dunia," ujar Smadar seperti dikutip AFP.
Buntut insiden ini, Namsai bertemu Kedubes Israel pada Minggu (27/1). Perempuan 19 tahun itu pun mengakui kesalahannya. "Saya ingin hal ini menjadi pelajaran untuk semua orang, tolong maafkan saya," tuturnya seraya menangis.
Tak hanya pernyataan lisan, Namsai juga menyampaikan permohonan maaf melalui akun Facebook resminya. "Tolong bimbing agar saya bisa menjadi lebih dewasa dan bijak. Mungkin, saya tak bisa memperbaiki kesalahan ini, namun saya berjanji kesalahan ini tak akan terulang lagi," tulisnya.
Kendati menuai kecaman, dukungan dari penggemar BNK48 terus mengalir. Bahkan sebagian dari mereka menuding sistem pendidikan Thailand yang pasif dalam mengedukasi sejarah.
"Usia saya hampir 40 tahun dan tidak mengetahui soal ini. Ketika saya melihat kaos Namsai, saya tak berpikir itu bermasalah," ujar Prasit Rudeekriengkrai, salah seorang penggemar.
Anti-semitisme dan konflik kebencian ras Yahudi sebetulnya sudah terjadi sejak zaman Romawi, jauh sebelum pemimpin Nazi, Adolf Hitler, berkuasa. Kuil-kuil Yahudi di Yerusalem dihancurkan. Saat Jerman berhasil menduduki barat Polandia, Hitler berhasil membuat orang-orang Yahudi hengkang dan dipindahkan ke Ghette, sebuah kawasan tertutup yang menjadi tempat tinggal Yahudi untuk sementara.
Berdasarkan penelusuran History.com, Hitler menunjukkan sikap intoleransi dan anti-semitisme dengan membabat sekitar enam juta umat Yahudi, termasuk perempuan dan anak-anak. Hitler menilai Yahudi telah mengancam kemurnian ras Jerman.
Genosida menjadi ketika Jerman melakukan ekspansi ke sejumlah negara di Eropa, mulai dari Denmark hingga Prancis. Lebih dari 500.000 orang Yahudi ikut dibunuh. Kamp konsentrasi di Auzchwitz, Polandia, menjadi saksi pembunuhan massal itu.
Sepanjang PD II, sebanyak 20 ribu kamp dibangun untuk memenjarakan jutaan orang Yahudi. Kebanyakan tahanan yang dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi ini adalah kaum Komunis Jerman, Sosialis, Sosial Demokrat, Gipsi, penganut aliran Saksi Yehova, homoseksual, dan orang-orang yang dituduh asosial.