Penelitian Ungkap Patah Hati Bisa Bikin Orang Cepat Mati
Sebuah penelitian terkini mengungkapkan bahwa perasaan sedih atau patah hati, karena kehilangan orang yang dicintai dapat mengancam jiwa, sehingga bisa berisiko orang cepat mati.
Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti di Rice University Amerika Serikat mewawancarai 99 orang yang baru saja kehilangan pasangannya dalam dua pekan terakhir dengan cara mengambil sampel darah.Mereka sedang berjuang untuk move-on, melawan depresi, dan sangat merindukan kekasihnya yang telah pergi. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 53,4 persen orang yang kehilangan kekasih mengalami kondisi peradangan tubuh lebih tinggi secara signifikan daripada mereka yang tidak.
Penulis utama Chris Fagundes, asisten profesor ilmu psikologi mengatakan, ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa gejala kesedihan tertentu dapat meningkatkan risiko kematian.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peradangan berkontribusi pada hampir setiap penyakit di masa dewasa terhadap orang yang lebih tua," kata Dr. Fagundes seperti dilansir Dailymail, Rabu (24/10/2018).
“Mereka yang kehilangan pasangan dan mengalami depresi berat berisiko mengalami serangan jantung, stroke, dan kematian dini. Namun, tergantung juga dengan tingkat gejala depresinya sendiri, ada pula yang hanya mengakibatkan gangguan kesehatan,” jelasnya.
Sebagai contoh sampel adalah mereka yang ditinggal pasangan, kemudian menjadi janda dan duda. Beberapa dari mereka memiliki risiko lebih besar mengalami kematian dini daripada yang lain.
Orang yang mengalami 'sindrom patah hati' dapat mengalami nyeri dada secara mendadak dan gejala lain yang dapat disebabkan oleh reaksi jantung terhadap lonjakan hormon stres. Menurut American Heart Association, 'sindrom patah hati' dapat menyebabkan kegagalan otot jantung jangka pendek yang parah dan bisa berakibat fatal.
Temuan itulah yang membuat peneliti berkesimpulan perasaan sedih atau patah hati ditinggal orang yang dicintai bisa berisiko orang cepat mati.