Pengobatan Pasien Perokok Tidak Efektif dan Lebih Mahal
Merokok tidak hanya mengganggu kesehatan, tapi juga pengobatan. Penelitian terbaru menunjukkan, pengobatan pasien yang merokok tidak efektif dan jauh lebih mahal ketimbang pasien yang tidak merokok atau berhenti merokok.
Studi yang dilakukan pada pasien kanker ini menemukan adanya biaya perawatan tambahan yang diperlukan perokok karena kerap gagal pada terapi kanker lini pertama. Biaya tambahan ini mencapai US$11 ribu atau mencapai Rp155 juta.
Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open ini juga menemukan pasien yang berhenti merokok setelah diagnosis kanker dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup.
"Bahan kimia dari asap rokok memengaruhi hampir semua sel dalam tubuh, termasuk sel kanker. Merokok meningkatkan kemungkinan kanker tidak memiliki respons yang baik terhadap kemoterapi atau radioterapi, dan meningkatkan kemungkinan kanker akan menyebar ke tahap yang lebih lanjut," kata pemimpin penelitian Medical University of South Carolina, Graham Warren, dikutip dari Reuters.
Lihat juga:Imunoterapi, Pengobatan Baru untuk Kanker Paru |
Peneliti mengasumsikan bahwa perokok memiliki kemungkinan 60 persen lebih besar gagal merespons pengobatan awal. Berdasarkan data dari Surgeon General AS, satu dari lima pasien kanker adalah perokok.
Artinya, jika dihitung pada 1,6 juta pasien kanker di AS, merokok berpotensi menambah biaya sebesar US$4,4 miliar setiap tahunnya.
Ahli kanker, Cara Petrucci menilai, penelitian ini dapat menjadi alasan untuk pasien agar berhenti merokok.
"Sesuatu yang sederhana seperti membantu pasien kanker berhenti merokok dapat memberikan hasil klinis yang lebih baik bagi pasien dan juga menghemat miliaran dolar dalam biaya perawatan kesehatan," kata Petrucci.