Sponsored
Home
/
Sport

Permainan Timnas Indonesia U-16 Mengingatkan Gaya Sarrismo

Permainan Timnas Indonesia U-16 Mengingatkan Gaya Sarrismo
Preview
Ahmad Bachrain22 September 2018
Bagikan :

Timnas Indonesia U-16 di luar dugaan mampu 'mencukur' Iran 2-0 di laga perdana Grup C Piala Asia U-16 di Stadion Bukit Jalil, Jumat (21/9).

Strategi permainan cepat umpan-umpan pendek Fakhri Husaini terbilang sukses diperagakan David Maulana dan kawan-kawan pada laga itu. Yang menarik, tipe permainan agresif Garuda Asia mengingatkan filosofi 'Sarrismo' gaya bermain yang menjadi andalan manajer Chelsea, Maurizio Sarri.

Iran yang memiliki postur tinggi memang sebelumnya diprediksi bakal lebih sering mengandalkan permainan direct football atau umpan-umpan jauh ke pertahanan Indonesia. Mereka juga banyak mengandalkan umpan-umpan silang melambung memanfaatkan keunggulan postur atas pemain Merah Putih.

Di antara pilihan strategi, bermain bola-bola cepat dan meningkatkan agresivitas ketika kehilangan bola memang pilihan yang paling masuk akal. Kata kuncinya adalah respons para pemain ketika kehilangan bola atau transisi negatif.

Gaya Sarrismo ini pula yang sepintas tampak diperagakan para penggawa Indonesia. Jika konsep Gegenpressing milik Juergen Klopp menekankan keharusan para pemain serentak langsung menyergap dan merebut kembali penguasaan bola, model Sarrismo lebih detail lagi.

Prinsip utama bermain langsung merebut penguasaan bola dari tim lawan ini digunakan salah satunya untuk mematahkan serangan balik lawan sejak dini.

Timnas Indonesia sukses mengalahkan tim unggulan Piala Asia U-16, Iran, dengan skor 2-0. (
Preview
Timnas Indonesia sukses mengalahkan tim unggulan Piala Asia U-16, Iran, dengan skor 2-0. (Dok. AFC)

Filosofi mantan pelatih Napoli itu mengharuskan dua atau tiga pemain yang dekat dengan bola penguasaan lawan, harus serempak menyergap. Idealnya tentu tiga pemain karena saat pemain lawan kehilangan bola, mereka bisa membentuk pola segitiga melakukan umpan-umpan pendek dan cepat.

Rekan-rekan setim lainnya pun merespons dengan bermain lebih merapat mendekati bola sehingga umpan-umpan pendek bisa berjalan. Peran pemain gelandang juga amat diperlukan untuk menentukan alur serangan.

Melalui gelandang bertipe 'deep lying midfielder' itu pula, bola bisa langsung dikirim dari tengah ke jantung pertahanan lawan. Bisa pula kembali membangun serangan dengan umpan-umpan pendek dari belakang maupun tengah.

Di lini tengah Timnas Indonesia U-16 ada David Maulana yang mampu berperan mengatur ritme permainan dengan umpan-umpan pendek nan cepat.

Permainan Tiki-taka ala Sarrismo besutan Fakhri Husaini ini memang belum berjalan sempurna. Organisasi permainan dalam melancarkan serangan belum cukup rapi, terutama sejumlah operan yang belum berjalan baik.

Meski demikian, respons para pemain Garuda Asia ketika kehilangan bola sangat baik. Sekitar dua atau tiga pemain langsung berinisiatif mengepung pemain Iran yang menguasai bola.

Dalam kondisi itu, pemain Iran pun kesulitan untuk leluasa memainkan strategi direct football, terutama di babak kedua. Intensitas permainan umpan-umpang panjang Alireza Bavieh dan kawan-kawan mulai mengendur karena kerepotan menghadapi permainan agresif Merah Putih.

Hujan memang jadi alasan pelatih Iran, Abbas Chammanian, sehingga strateginya menghadapi Indonesia tak berjalan baik.

Fakhri Husaini menerapkan permainan cepat umpan-umpan pendek menghadapi Iran. (
Preview
Fakhri Husaini menerapkan permainan cepat umpan-umpan pendek menghadapi Iran. (Foto: Dok. AFC)

Ia menilai pilihan pul sepatu para penggawa muda 'Team Melli' tidak tepat dalam kondisi lapangan becek akibat hujan. Namun, hal itu tetap bukan faktor utama.

Kemenangan strategi pasukan Fakhri pada akhirnya yang mampu membendung gaya permainan Iran. Taktik tersebut cukup sukses jika melihat rata-rata kemampuan para pemain Garuda Asia yang impresif dalam mengontrol bola.

Di lini belakang ada pemain seperti bek sayap Bagas Kaffa, dan bek tengah seperti Komang Teguh Tirsnanda yang kuat dalam mengendalikan bola dan memainkan umpan-umpan pendek. Di lini tengah ada pula trio gelandang David, Brylian Aldama, dan Andre Oktaviansyah, yang mampu bermain tangkas dengan umpan-umpan cepat.

Begitu pula trio depan, Amanar Abdillah, Supriadi, dan Bagus Kahfi bermain cukup apik dalam menggedor lini pertahanan lawan. Mereka juga tidak segan membantu pertahanan di lini tengah dalam memutus serangan-serangan Iran.

Indonesia menang 2-0 atas Iran berkat gol dua bersaudara Bagus dan Bagas, tapi permainan kolektif Merah Putih dengan strategi tepat mampu mengalahkan lawannya. Kemenangan itu sekaligus mematahkan mitos tim-tim asal Timur Tengah yang kerap menjadi momok Indonesia.

Merah Putih sendiri bukan tanpa kekurangan. Sejumlah kelemahan masih tampak, di antaranya adalah koordinasi lini belakang yang belum solid ketika tim lawan mampu melepas serangan balik langsung ke pertahanan Indonesia.

Beruntung, Iran tak mampu memanfaatkan hingga empat peluang emas ke gawang Garuda Asia. Sebanyak tiga tembakan tim lawan masih mampu digagalkan sang penjaga gawang, Ernando Ari Sutaryadi, dengan penampilan gemilangnya.

Berita Terkait

populerRelated Article