Pesan Susi Pudjiastuti Saat Beri Kuliah di Harvard
Susi Pudjiastuti — menteri di Kabinet Kerja yang pernah jadi sorotan karena pendidikan formalnya setara SMP — memberi kuliah umum di Harvard Kennedy School (HKS), Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.
Kuliah umum ini mendapat sambutan hangat, bahkan muncul tagar #bususiatHKS di media sosial. Lewat tagar itu dimuat isi ceramah dan gaya Menteri Kelautan dan Perikanan saat berbagi ilmu di Harvard Kennedy School, sekolah administrasi dan kebijakan publik pada Universitas Harvard.Kuliah ini dilakukan pukul 16.00-18.00, Senin (12/3) waktu setempat atau Selasa (13/3) WIB. Ini bukan kali pertama Susi diundang untuk berceramah di kampus bergengsi ini. Pada tahun 2016, dia juga pernah menyampaikan kuliah umum di sini.
Kali ini, Susi dengan bahasa Inggris yang fasih, menyampaikan paparan dengan tema The State of Fisheries in Indonesia and Beyond.
Susi yang mengenakan selendang corak bunga-bunga, berpidato di podium, tapi kadang juga duduk di depan audiens.
Penenggelaman Kapal yang Fenomenal
Di hadapan mahasiswa Indonesia dan mancanegara yang hadir, Menteri Susi mengutarakan berbagai upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam mengatasi berbagai permasalahan yaitu pencurian ikan (illegal fishing) dan perbudakan (slavery) hingga kebijakan penenggelaman kapal yang fenomenal.
Kurang lebih 2 jam memberikan kuliah umum, Menteri Susi memaparkan langkah yang telah ditempuh KKP untuk mencapai tiga pilar utama pembangunan kelautan dan perikanan, yaitu kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan.
“Hasil penelitian menunjukkan, dalam rentang 2003 hingga 2013 kami kehilangan hampir 50 persen nelayan kami. Mengapa? Karena hampir tidak ada lagi ikan," cerita Menteri Susi seperti dikutip dari siaran pers KKP yang diterima kumparan (kumparan.com), Kamis (15/3).
"Saya mengalami sendiri sebelum saya menjadi menteri, saya berasal dari desa kecil di Pantai Selatan Jawa, di wilayah Laut Hindia. Di tahun 1999 hingga tahun 2000-an awal, nelayan masih bisa menangkap 10 ton, 20 ton ikan kakap merah, udang. Tapi tiba-tiba di awal 2001 tangkapan mulai sedikit sedikit hingga hampir tak ada sama sekali,” imbuh Susi.
Menurutnya, di awal masyarakat tidak mengetahui penyebab berkurangnya ikan secara drastis. Kebanyakan berpikir mungkin ikan memang sudah habis akibat ditangkap oleh nelayan Indonesia. Tapi ternyata hal itu bukanlah penyebab sebenarnya.
Susi menuturkan, penyebab utama adalah diberikannya izin bagi nelayan asing untuk menangkap ikan di perairan Indonesia oleh pemerintah mulai tahun 2001. “Legalisasi penangkapan ikan oleh kapal asing di Indonesia adalah alasannya,” tegasnya.
Ajak Mahasiswa Harvard Melindungi Laut
Berbagai kebijakan diterapkan untuk memerangi segala bentuk praktik illegal fishing salah satunya yaitu dengan kebijakan penenggelaman kapal. Dalam pemberantasan illegal fishing ini tak jarang juga terungkap berbagai kasus penyelundupan dan perbudakan manusia.
Upaya pemerintah ini membuahkan hasil dengan berkurangnya praktik illegal fishing secara drastis. Puluhan ribu kapal asing menghilang dari laut Indonesia. “Kami berharap dengan menghentikan illegal fishing, masyarakat akan lebih tertarik untuk kembali melaut. Di waktu yang bersamaan kami juga melihat peningkatan nilai tukar nelayan dari 104 menjadi 110,” tuturnya.
Oleh karena itu, Menteri Susi mengajak mahasiswa Harvard melindungi laut agar kekayaan laut juga dapat dinikmati hingga generasi-generasi selanjutnya.