Piala Dunia Wanita 2019: Bukan Pertandingan Tim & Pemain Semenjana
Apa menariknya Piala Dunia Wanita? Pertanyaan ini sudah tak asing lagi. Namun, jika pertanyaan tersebut diarahkan pada Anda, Anda bisa menjawabnya dengan memberikan fakta berikut.
Hanya ada dua orang dalam sejarah panjang sepak bola yang berhasil mencetak trigol di final Piala Dunia. Pertama adalah Sir Geoffrey Hurst, striker legendaris Inggris, ketika The Three Lions mengandaskan Jerman Barat dengan skor 4-2 di final 1966. Kedua adalah Carli Lloyd, gelandang sekaligus kapten tim nasional wanita Amerika Serikat. Ia melakukannya saat AS membenamkan Jepang dengan skor telak 5-2 di final Piala Dunia Wanita 2015.
Torehan Lloyd tersebut amat istimewa karena selain mencetak dua gol pertama hanya dalam tempo lima menit, gol keempat AS yang disarangkannya juga terjadi dengan cara spektakuler. Aksi Llyod itu dimulai dari menit 14:57, ketika seorang pemain Jepang melakukan salah oper yang mengarah kepadanya. Setelah melewati satu pemain lain dan hanya beberapa senti setelah garis tengah lapangan, dia menyepak si kulit bulat keras-keras.
Bola lantas melambung tinggi, melesat masuk ke gawang Jepang tanpa mampu dihalau oleh sang kiper, Ayumi Kaihori. Catatan singkat, di dunia persepakbolaan, tidak banyak yang mampu melakukan aksi seperti Lloyd ini.
Kemenangan AS ini menuntaskan "dendam" mereka di final 2011 usai kalah dari Jepang dengan skor 3-5 melalui adu penalti.
Trigol Lloyd menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak turnamen bersama pemain Jerman, Celia Sasic, yang sama-sama mencetak lima gol. Namun, Lloyd-lah yang menyabet penghargaan pemain terbaik. Timnas AS sendiri juga mencatatkan diri sebagai tim yang paling banyak mencetak gol sepanjang perhelatan Piala Dunia, dengan 112 gol, di atas tim Jerman dengan 111 gol.
Ribuan pendukung AS yang merupakan bagian terbesar dari 53.341 penonton di BC Place, Kanada, meledak dalam perayaan ketika trofi Piala Dunia diserahkan kepada bekas kapten Christie Rampone dan Abby Wambach yang akan pensiun. Itu adalah adalah trofi Piala Dunia Wanita ketiga bagi AS - terbanyak di antara timnas lain - setelah juga merebutnya pada 1991 dan 1999.
Menuju 2019
Pada Piala Dunia 2019 yang akan diselenggarakan sepanjang 7 Juni hingga 7 Juli 2019, Perancis untuk pertama kalinya akan menjadi tuan rumah. Mereka adalah negara Eropa ketiga yang berkesempatan melakukannya. Sebelumnya, ada tiga negara lain yang menyatakan diri tertarik menggelar Piala Dunia Wanita: Inggris, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Namun, hanya Perancis dan Korea Selatan yang mengirimkan dokumen pencalonan resmi sesuai tenggat FIFA.
Untuk kriteria pemilihan tuan rumah, ada beberapa aspek yang wajib dipenuhi, antara lain: Efisiensi pembiayaan; Promosi; Menciptakan program warisan yang inovatif dan berarti; Ketersediaan infrastruktur; dan Kelangsungan proyek untuk mengembangkannya, baik secara swasta maupun publik.
Nantinya, akan ada sembilan stadion yang digunakan, beberapa merupakan markas dari klub papan atas Ligue 1 seperti Paris Saint Germain atau Olympique Lyon. Berikut daftar sembilan stadion yang terpilih:
- Parc Olympique Lyonnais
- Parc des Princes,
- Allianz Riviera,
- Stade de la Mosson,
- Roazhon Park,
- Oceane, Le Havre Stade du Hainaut,
- Stade Auguste-Delaune,
- Stade des Alpes
Jumlah tersebut dipilih dari 12 kandidat. Tiga stadion lain yang dicoret dari daftar akhir adalah Stade Marcel-Picot, Stade de la Beaujoire, dan Stade de l'Abbe-Deschamps. Pertandingan semifinal dan final akan digelar di Parc Olympique Lyonnais. Pertandingan pembuka, sementara itu, akan dilangsungkan di Stadion Parc des Princes.
Pada Piala Dunia Wanita pertama yang diselenggarakan tahun 1991 di Cina, sebanyak 45 timnas mengikuti babak penyisihan untuk memperebutkan 12 tempat. Jumlah tersebut membengkak di Piala Dunia 2015 menjadi 128 tim dan memperebutkan 24 tempat di putaran final dengan pembagian ke setiap zona konfederasi.
Pada Piala Dunia 2019 kali ini, zona Asia diikuti Jepang, Australia, Cina, Thailand, dan Korea Selatan. Zona Afrika oleh Nigeria, Afrika Selatan, dan Kamerun. Zona Concacaf ada Amerika Serikat, Kanada, Jamaika. Amerika Selatan diisi oleh Brasil, Chili, Argentina (pemenang play-off). Zona Oceania ada Selandia Baru. Terakhir, UEFA dengan Perancis (tuan rumah), lalu Inggris, Skotlandia, Norwegia, Swedia, Jerman, Italia, Spanyol, dan Belanda.
Pengundian grup digelar di Paris, pada Sabtu (08/12) tahun lalu. Format undian tersebut menggunakan sistem pot, di mana para peserta dibagi ke dalam empat pot yang dipisahkan berdasarkan peringkat FIFA. Sebagai catatan, dalam satu grup tidak diperkenankan ada tim yang berasal dari konfederasi yang sama, kecuali UEFA dengan maksimal jumlah dua tim.
Hasil undiannya adalah:
- Grup A?: ?Perancis, Korea Selatan, Norwegia, ?Nigeria.
- Grup B: Jerman, Cina, Spanyol , Afrika Selatan.
- Grup C: Australia?, Italia, Brazil, ?Jamaika.
- Grup D: ?Inggris?, Skotlandia?, Argentina?, Jepang
- Grup E: Kanada, Kamerun , Selandia Baru, Belanda
- Grup F: Amerika Serikat, ?Thailand, ?Chili, ?Swedia
Perancis versus Korea Selatan akan menjadi pertandingan pembuka Piala Dunia Wanita 2019 yang rencananya akan dimainkan di Stadion Parc des Princes, Paris, 7 Juni 2019. Lantas, bagaimanakah perkiraan performa masing-masing tim?
Prediksi
Dari Grup A, tuan rumah Perancis akan menghadapi lawan-lawan yang notabene tidak berada di daftar sepuluh besar dunia, kendati punya catatan apik dan pantas diwaspadai. Nigeria, misalnya, merupakan juara Afrika tiga kali beruntun. Korea Selatan, sementara itu, merupakan tim langganan Piala Dunia lolos ke-16 besar empat tahun silam.
Norwegia sebetulnya dapat menjadi favorit juara grup karena memiliki Ada Hergerberg. Striker 23 tahun yang memperkuat Olympique Lyonnais Féminin itu adalah pesepak bola wanita pertama yang meraih gelar Ballon d’Or. Ia mengalahkan Marta - pemain Brazil yang menyabet pemain wanita terbaik 2018 versi FIFA. Sayangnya, Hergerberg telah angkat kaki dari timnas Norwegia sejak 2017 sebagai bentuk protes akibat minimnya apresiasi terhadap pesepak bola wanita di negaranya.
Di Grup B, Jerman diperkirakan akan menjadi juara grup karena kualitas lawan-lawannya di atas kertas tidak sepadan. Sekalipun Cina adalah tim tradisional di sepak bola wanita, menanjaknya performa Spanyol, dan Afrika Selatan yang menjadi runner-up Piala Afrika edisi 2018, Jerman merupakan juara dunia dua kali di turnamen ini (2003 dan 2007), terbanyak kedua setelah AS (tiga kali juara).
Lalu di Grup C, Italia harus mengalami nasib kurang baik karena akan berhadapan dengan dua tim kuat, Australia dan Brazil. Sebagaimana Hergerberg di Norwegia, Australia punya Samantha Kerr, dan Brazil memiliki Marta. Ketiga pemain ini merupakan tiga ratu di ranah sepak bola wanita saat ini. Kendati Italia "hanyalah" tim yang baru pertama kalinya lolos ke Piala Dunia sejak 1991, mereka bisa saja lolos ke-16 besar jika dapat menjadi peringkat tiga terbaik.
Derbi Britania akan tersaji di Grup D antara Inggris dan Skotlandia. Namun, keduanya bukanlah lawan sepadan. Pada Euro 2017 lalu, misalnya, Inggris sukses menghajar Skotlandia dengan skor 6-0. Lawan tangguh bagi Inggris adalah Jepang, yang notabene finalis Piala Dunia Wanita edisi sebelumnya dan juara pada edisi 2011.
Grup E akan menjadi grup "neraka" karena di sinilah bercokol raksasa-raksasa sepak bola wanita: Belanda, Kanada, serta Selandia Baru. Meski diprediksi awal Belanda dan Kanada disebut akan melenggang dengan mudah, Selandia Baru juga Kamerun sebagai tim underdog tentunya akan bermain sekuat tenaga agar tidak menjadi bulan-bulanan.
Juara bertahan AS berada di Grup F bersama Swedia, Thailand, dan Chili. Selain Swedia, praktis tidak ada lawan berarti bagi AS di grup ini. Chili adalah debutan, sementara Thailand baru dua kali ikut pagelaran Piala Dunia Wanita. Dengan demikian, AS diprediksi akan mudah lolos dan menjadi juara grup, diikuti Swedia di posisi kedua.
Catatan menarik lain dari Piala Dunia Wanita 2019 adalah terkait maskot resmi mereka yang dinamakan "ettie" (dengan "e" kecil). Nama ini berasal dari bahasa Perancis, "étoile" yang berarti "bintang". Ia adalah seekor ayam muda yang digambarkan memiliki gairah tinggi terhadap sepak bola dan memiliki slogan "Dare to Shine". Sebelumnya, ayam juga sudah lama menjadi logo federasi sepakbola Perancis, Fédération Française de Football (FFF).
Ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998, Perancis juga memilih maskot ayam yang diberi nama "Footix". Ketika itu, mereka juara setelah di final mengandaskan Brazil dengan skor 3-0. Apakah pemilihan maskot ayam kali ini menjadi pertanda bahwa timnas wanita Perancis akan menjadi juara juga? Kita tunggu saja.
Baca juga artikel terkait SEPAK BOLA atau tulisan menarik lainnya Eddward S Kennedy