Popcorn Jadi Bagian Peradaban Manusia Sejak Ribuan Tahun Lalu
Popcorn tidak bisa diremehkan. Ia bukan hanya makanan ringan untuk menemani kita saat menonton film di bioskop. Popcorn adalah bagian tak terpisahkan dari riwayat peradaban manusia. Makanan ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Buktinya sudah jelas. Mengutip The New York Times, para arkeolog yang menggali situs purbakala di Peru dan Meksiko ternyata menemukan popcorn yang sudah berusia 6.000 tahun.
Popcorn juga bukan sekadar snack. Pada abad ke-16, suku Aztek juga menggunakan popcorn di berbagai perayaan adatnya. Dengan begitu, jelas terlihat popcorn memang selalu menemani aktivitas manusia.
Hal yang juga sudah pasti, jelas dan tak pernah berubah dari masa ke masa pada popcorn adalah bunyi letupan dan lompatannya ketika sudah matang. Ia bisa meletup, karena biji jagung memiliki lapisan luar kuat dan keras, tapi ada air minyak jagung dan zat pati di bagian dalamnya.
Begitu biji jagung dihantam suhu panas (180 derajat celsius), air dan minyak yang di dalamnya seketika menjadi uap bertekanan tinggi. Adapun zat patinya menjadi sangat lembut. Alhasil, lapisan luar biji jagung tak kuat menahan dan meletup. Di momen inilah bagian dalamnya akan keluar, dan menggumpal semacam kelopak bunga.
Lalu, bagaimana dan kenapa popcorn bisa melompat ketika dipanaskan? Emmanuel Virot dari Ecole Polytechnique di Palaisaeu, Prancis bersama Alexandre Ponomarenko dari Grenoble University meneliti ini dengan memakai kamera video berkecepatan tinggi dan pelat yang panas untuk merekam lompatan biji jagung saat berubah menjadi popcorn.
Mereka hendak menjelaskan proses ini secara fisika. Hasilnya, seperti mereka laporkan di jurnal ilmiah Interface, lompatan ini terjadi karena gumpalan biji jagung, setelah mengembang dan meletup dalam hitungan milidetik akibat terkena panas tinggi, bertindak layaknya otot.
VARIAN RASA
Namun, ada pula yang berubah dari popcorn sebagai makanan yang menemani aktivitas manusia dari masa ke masa, yaitu variasi rasanya. Mulai dari rasa manis, keju, karamel, original (asin dan gurih), dan sebagainya.
Dan kini, rasanya makin bervariasi dengan adanya Chef Tony’s Popcorn, yang membagi pilihan rasanya menjadi 10, yakni Country Cheddar, Creamy Parmesan, White Chocolate, Dark Chocolate, White Chocolate Parmesan, Jalapeno Cheddar (spicy), Belgian Butter, Original Caramel, Salted Caramel Premium, dan Mochachino.
Semua varian rasa dari popcorn milik Chef Tony’s Popcorn tersebut dibuat dengan menjaga kualitas terbaik bumbu-bumbunya yang dipadukan dengan tradisi kuliner asli, kreativitas dan kemasan yang modern.
Muvila Roundtable with AADC yang proses syutingnya dilakukan pada awal Februari lalu menjadi salah satu bukti kecil dari cocoknya Chef Tony’s Popcorn dengan cita rasa penikmat film. Beberapa narasumber Muvila Roundtable tak menolak ketika disodori produk popcorn dari Filipina ini.
PENTING DALAM BISNIS BIOSKOP
Popcorn juga berubah seiring berjalannya waktu karena, terutama, kaitannya dengan bioskop. Pada mulanya, mengutip buku Popped Culture: A Social History of Popcorn karangan Andrew Smith, popcorn dianggap makanan ringan yang tak cocok untuk dikonsumsi di bioskop mewah Amerika di awal tahun 1920-an.
Akhirnya, ketika krisis ekonomi (The Great Depression) melanda Amerika antara tahun 1929-1930-an, popcorn jadi pilihan utama karena terbilang murah dan tidak sulit membuatnya. Sejak itu dan sampai sekarang, popcorn jadi bagian penting dalam aktivitas ekonomi di bioskop.
Masih mengutip buku Popped Culture, bioskop sendiri bisa mendapat 85 persen keuntungan dari penjualan makanan ringan. Hasil tersebut sekitar 46 persen dari total jumlah keuntungan bioskop.
Maka, dengan makin banyak varian rasanya, harganya yang terjangkau, kemasannya yang tak murahan, dan semakin canggih dan nyamannya fasilitas menonton film di bioskop maupun home theater, popcorn akan selalu jadi bagian dari peradaban manusia modern.
via http://www.muvila.com/