Potret Sudut-sudut Kota Munich dengan Kamera Zeiss di Vivo V40
Munich, Jerman, Uzone.id - Vivo V40 terasa lebih spesial ketimbang seri sebelumnya. Memang banyak yang nyinyir, "Kok prosesornya masih sama sih?" Tapi, ponsel ini jadi V series model reguler pertama yang dilengkapi kamera dengan rangkaian teknologi dari Zeiss. Bahkan, untuk membuktikan kemampuan kameranya, Vivo Indonesia sampai mengajak tim Uzone.id ke Jerman, negara dimana Zeiss berada untuk memotret berbagai sudut-sudut di kota Munich dengan kamera Vivo V40.
Untuk diketahui, Vivo V40 dilengkapi tiga kamera 50 MP, dua di belakang dan satu di depan. Sepasang kamera 50 MP di belakang menggunakan lensa wide yang didukung optical image stabilization (OIS) dan ultrawide yang mendukung autofocus yang memungkinkan penggunanya juga untuk memotret foto makro dari jarak super dekat.Komposisi kameranya memang sama dengan Vivo V30. Tapi bedanya, Vivo V40 sudah didukung fitur-fitur dari Zeiss, teknologi yang sebelumnya eksklusif untuk seri high-end seperti Vivo V30 Pro, X100 Series, sampai X Fold3 Pro. Kapan lagi ponsel harga Rp6 jutaan punya fitur kamera ala ponsel mahal?
Memang, campur tangan Zeiss tak sampai ke hardware kamera Vivo V40 - tak seperti X100 Series atau X Fold3 Pro. Teknologi Zeiss disematkan pada software kamera yang mencakup tone color, pilihan filter untuk pemotretan mode Portrait, sampai banyak model watermark yang bisa diadopsi.
Jangan skeptis dulu. Kendati begitu, ponsel ini tetap memberikan feel (khususnya kamera) yang lebih oke ketimbang seri sebelumnya.
Mendarat di Munich, destinasi pertama yang kami kunjungi adalah stadion kebanggaan Bayern Munich, Allianz Arena.
Walau tak ada kesempatan untuk masuk ke bagian dalam stadion, kami tetap menyempatkan memotret bagian luar stadion megah yang dijuluki 'Schlauchboot' atau 'si Perahu Karet' karena bentuknya yang menyerupai perahu karet yang dipompa dengan gas.
Detail struktur stadion ini berhasil ditangkap dengan sangat baik oleh kamera Vivo V40, padahal langit cukup mendung dan agak gerimis saat itu. Warnanya pun kelihatan alami namun dibuat agak dramatis oleh sistem kamera Vivo, semuanya berkat tipe warna Natural dari Zeiss yang kami gunakan.
Bangun pagi hari gegara jetlag memang bikin pusing. Daripada didiamkan begitu saja, kami akhirnya mencoba hunting foto, sambil melihat-lihat kehidupan warga Munich sekitar jam 6 pagi.
Beda lho dengan Indonesia yang sudah terang, jam 6 pagi di sini lumayan gelap. Langsung saja kami ambil Vivo V40 untuk ngetes, seberapa mumpuni kamera ini untuk memotret dalam kondisi cahaya yang temaram.
Reproduksi warna pada mode Natural - Zeiss memang kurang keluar di kondisi ini. Kalau fotonya diperbesar dua kali, detailnya pun tak semaksimal saat memotret di siang hari, terlebih noise yang membuat kualitasnya semakin menurun.
Siangnya, kami berkunjung ke kompleks istana dan taman Nymphenburg Palace. Kamera Vivo V40 langsung dinyalakan untuk memotret kemegahan istana yang mulai dibangun sejak tahun 1664 tersebut.
Taman yang luas dapat dengan mudah ditangkap oleh kamera ultrawide bersensor 50 MP milik Vivo V40. Kamera utamanya juga mumpuni untuk menangkap arsitektur gedung bagian luar, yang kebetulan saat itu didukung sinar matahari yang lumayan terik.
Pun demikian saat mengabadikan dekorasi megah di bagian dalam istana utama yang dipenuhi lukisan di langit-langitnya yang bergaya baroque.
Istana ini juga dipenuhi perabotan yang indah serta puluhan lukisan lainnya, termasuk lukisan 38 wanita cantik yang dipajang pada aula besar yang disebut 'The Gallery of Beauties' atau 'Schönheitengalerie'.
Lantaran areanya diberikan tali pembatas, dan banyak juga pengunjung yang melihat-lihat, maka kami menggunakan opsi 2x optical-zoom dari kamera utama 50 MP. Agak tricky memang, terlebih beberapa spot di istana ini juga cukup gelap.
Namun, OIS pada kamera utama membantu kami untuk mendapatkan foto yang maksimal dari jarak yang lumayan jauh.
Menggunakan kamera Vivo V40, kami juga menangkap aktivitas warga lokal yang jalan-jalan santai di Olympia Park. Di sini, kami memberanikan untuk memotret beberapa momen yang menghadap sinar matahari secara langsung.
Ternyata, kamera Vivo V40 dapat mengatasi over brightness dengan baik, bahkan menggunakan 2x optical-zoom pada kamera utama dan kamera ultrawide. Memotret scenery, keluaran gambarnya juga maksimal, baik dari reproduksi warna yang tetap tajam, saturasinya yang tak lebay, hingga detail yang cukup oke meski foto diperbesar dua kali.
Menutup hari terakhir di Munich, tak lengkap kalau tidak mengunjungi pusat kota Munich, yakni Marienplatz. Banyak toko, tempat makanan yang ikonik, dan spot foto yang bisa dikunjungi warga lokal maupun turis yang datang.
Di sini, kami banyaknya menggunakan mode Portrait yang didukung banyak filter dari Zeiss. Tapi, dari sekian banyaknya filter, satu yang kami suka, yakni Sonnar dengan bukaan lensa f/2.8 yang memberikan efek blur yang tak terlalu buram dan terlihat (menurut kami) sinematik.
Mode Portrait ini, keluaran fotonya memiliki tone warna yang berbeda dengan mode Photo yang biasa. Saturasi warnanya sedikit dipertajam, dipadukan dengan algoritma segmentasi yang bisa memisahkan subjek di depan dan latar belakang dengan sangat baik.
Shutter speed pada mode ini juga oke, memungkinkan kami dapat memotret candid dari orang-orang yang sedang berjalan, belanja, atau bersepeda.
Secara keseluruhan, kamera Vivo V40 memang dapat menciptakan foto dengan kualitas warna dan detail yang bagus, asalkan beberapa syarat harus kalian penuhi. Pertama, gunakan mode warna Natural - Zeiss.
Kemudian, pastikan cahaya sekitar mendukung pemotretan kalian, sebab kami rasa kameranya belum terlalu maksimal untuk menangani skenario low-light dengan baik.
Lalu, pilih filter pada mode Portrait yang sesuai selera kalian. Jangan lupa untuk ngoprek Aura Light-nya, ngebantu banget untuk memberikan tone warna yang agak dramatis.
Dan terakhir, pastikan watermark 'Zeiss' diaktifkan. Entah kenapa, watermark ini bikin foto jadi makin berkelas dan sangat layak untuk diunggah di media sosial kalian.