Profil Shou Zi Chew, CEO TikTok yang Pernah Wamil di Kalimantan
Uzone.id – Sejak TikTok muncul ke permukaan, platform ini identik dengan konten joget-joget, parodi dengan lip sync, hingga sketsa dan informasi variatif lainnya yang menghibur. Namun tampaknya di mata Amerika Serikat, TikTok akan tetap dilabeli sebagai aplikasi asal China, negara yang kerap bikin AS ‘panas’ dan was-was.
Pembahasan mengenai TikTok ini pun kian memanas sejak CEO TikTok, Shou Zi Chew dipanggil untuk menghadap kongres parlemen Amerika Serikat baru-baru ini.Selain tuduhan pihak AS yang mencurigai kalau induk perusahaan TikTok, ByteDance membagikan akses data pengguna ke pemerintah China, kehadiran Zi Chew saat memberikan testimoni di depan kongres AS menarik perhatian mata dunia lantaran pertanyaan yang dilontarkan serta cara Zi Chew menjawabnya dengan tenang.
Bisa dibilang, sosok Zi Chew tidak terlalu sering disorot kamera jika dibandingkan CEO perusahaan teknologi lainnya. Tak heran jika banyak yang mencari tahu tentang dirinya.
Dari rangkuman Uzone, ada beberapa hal menarik dari seorang Zi Chew.
Ia adalah warga negara Singapura yang lahir pada 1 Januari 1983. Seperti halnya warga negara Singapura pada umumnya, Chew pernah melakukan wajib militer (wamil) di Singapura.
Mengutip beberapa sumber, ia mengaku hal paling melelahkan selama masa wamil adalah bertahan hidup selama lima hari di hutan Kalimantan.
Meski begitu dekat dengan wilayah Indonesia, Chew terbang ke London untuk mengemban pendidikan sarjana di University College London (UCL). Ia lulus dengan gelar sarjana ekonomi pada 2006.
Chew kemudian melanjutkan pendidikannya S2 di Harvard Business School dan berhasil lulus pada 2010 dengan gelar Master of Business and Administration.
Saat ia menjalani masa S2, Chew pernah mengambil program magang di Facebook.
Sepak terjang kariernya di industri teknologi ditandai dengan bergabungnya di perusahaan Xiaomi pada 2015. Kala itu ia sempat menjabat sebagai Chief Financial Office (CFO), kemudian ia naik jabatan sebagai Presiden Bisnis Internasional di 2019.
Chew memutuskan untuk angkat kaki dari Xiaomi pada 2021, lalu bergabung ke ByteDance sebagai direktur keuangan. Di tahun yang sama, Chew menggantikan CEO TikTok sebelumnya, Kevin A. Mayer yang saat itu baru menjabat selama tiga bulan.
Sejak dirinya disorot dunia setelah memberikan testimoni di depan kongres AS, Chew menegaskan bahwa TikTok ataupun ByteDance bukan agen China.
Pertemuan tersebut juga sekaligus untuk mengamankan rencana TikTok untuk menjalankan Project Texas, proyek solusi untuk mengamankan data TikTok menggunakan Oracle.
Oracle sendiri merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang menyediakan layanan cloud dan online hosting.
Untuk meredam kekhawatiran pemerintah dan masyarakat AS soal keamanan data mereka dari bayang-bayang pengaruh China, TikTok berjanji untuk memindahkan data pengguna AS ke server domestik AS melalui upaya ‘Project Texas’ ini.