Rentetan Drama di Destinasi Wisata Sepanjang 2018
Selama tahun 2018 sektor pariwisata Indonesia mendapat banyak kejutan, baik dalam konteks yang positif hingga negatif. Namun beberapa bencana alam dan musibah yang melanda Indonesia kerap menjadi momok bagi target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Bencana alam seperti gempa, tsunami, likuifikasi, sampai musibah seperti genangan sampah plastik, kebakaran hutan, kepunahan satwa, pesawat jatuh dan kapal tenggelam adalah kabar buruk bagi pariwisata.
Atas rentetan bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun ini, target wisman yang tadinya 17 juta menjadi hanya 16 juta orang.
Tak cuma di Indonesia, bencana alam juga menjadi drama di sejumlah destinasi wisata dunia. Berikut ini rangkumannya.
Gempa di Lombok dan Palu
Sebagai negara yang dikelilingi cincin api, Indonesia memang rawan akan gempa bumi. Namun ada tiga gempa yang membuat pariwisata Indonesia ketar-ketir, yakni gempa di Gunung Rinjani pada 29 Juli 2018, kemudian gempa di Lombok pada 5 Agustus 2018, dan terakhir gempa Donggala-Palu pada 28 September 2018.
Tiga gempa ini adalah yang paling menimbulkan banyak korban, sekaligus trauma bagi siapapun terlebih para wisman.
Preview |
Kapal Tenggelam di Danau Toba dan Pesawat Lion Air Jatuh
Tak hanya bencana alam, sepanjang tahun 2018 ada beberapa musibah terkait transportasi terjadi di Indonesia.
Pertama adalah tenggelamnya kapal kayu KM Sinar Bangun di Danau Toba, pada 18 Juni 2018 tepatnya sekitar satu mil dari dermaga Pelabuhan Tigaras, Sebanyak 164 penumpang dinyatakan hilang dan tidak dapat diangkut jasadnya dari Danau Toba.
Kemudian menyambut datangnya bulan November, pesawat Lion Air dengan registrasi PK LQP jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018. Pesawat nahas ini berisi 181 penumpang dan 7 kru.
Preview |
Kebakaran hutan dan lahan hijau
'Lagu lama' tentang kebakaran hutan, gunung, dan lahan hijau kembali berkumandang di tahun 2018. Musim kemarau kembali dituduh sebagai biang keladinya, meskipun ada indikasi ulah manusia di dalamnya.
Pada 1 September 2018, sabana di Gunung Bromo, Provinsi Jawa Timur terbakar. Luas lahan yang terbakar mencapai 65 hektar, kebakaran paling luas terjadi di area sabana yang mencapai 30 hektare.
Kemudian kawasan hutan di Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, terbakar pada 8 September 2018.
Kebakaran hutan di Gunung Sindoro belum reda, pada 5 September 2018 Gunung Lawu terbakar. Titik api berada di Dusun Kembang Desa Girimulyo, Jogorogo, tepatnya di Petak 39, Resort Pemangkuan Hutan Manyul.
Pada penghujung September 2018, tepatnya 30 September, kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai terbakar dan baru bisa dipadammka setelah nyaris 14 hari.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Selatan mencatat lahan yang terbakar selama kurun 1 Februari-31 Oktober 2018 melebihi 37 ribu hektare.
Preview |
Hewan-hewan yang nahas
Pada Senin 19 November 2018, seekor bangkai Paus Sperma sepanjang 9,5 meter ditemukan oleh nelayan di perairan Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ironinya salam perut paus ini ditemukan sampah dengan berat total 5,9 kilogram.
Kemudian sebanyak 11 bangkai hiu ditemukan di perairan Kepulauan Pam Waigeo Barat, Raja Ampat, Papua Barat pada 23 November 2018. Ironisnya kesebelas bangkai hiu ditemukan tanpa sirip dan kulit.
Teror sampah plastik di lautan kembali menelan korban, kali ini seekor penyu ditemukan mati dengan sampah plastik yang terburai keluar dari perutnya. Hewan nahas ini ditemukan oleh seorang pemancing di kawasan Pantai Wisata Congot, Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 9 Desember 2018.
Preview |
Penutupan sejumlah pantai akibat masalah sampah
Pantai Maya Bay yang berlokasi di Koh Phi Phi Leh, Thailand, akan ditutup sementara selama tiga bulan, mulai dari Juni hingga September 2018. Penutupan itu terkait dengan parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di sana.
Sementara itu Boracay, pulau kecil yang terletak di jantung Filipina, baru saja dibuka pada akhir Oktober 2018 setelah enam bulan ditutup untuk umum. Hal ini dilakukan karena ekosistem di Boracay sudah memprihatinkan.
Preview |