Review Film: EXIT
Senang menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan setelah menonton EXIT. Film yang ditulis dan disutradarai Lee Sang-geun itu mengangkat kisah bencana di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Dalam durasi 103 menit, Lee Sang-geun mampu memadukan tragedi serta komedi.
Kisah bermula dengan penggambaran kehidupan Yong-nam (Jo Jung-suk). Yong-nam yang adalah anak lelaki satu-satunya dan bungsu dalam keluarga, justru jadi sasaran rundung karena pengangguran dan tak punya pasangan.
Suramnya hidup Yong-nam tergambar sejak awal. Mulai anak kecil, remaja, hingga orang dewasa di lingkar keluarga dan orang asing kerap memberikan tatapan serta ucapan miring kepada Yong-nam.
Jo Jung-seok benar-benar menjadi sosok yang baru dalam EXIT. Jika sebelumnya ia tampil berkharisma dalam drama romantis komedi seperti Oh My Ghost dan Jealousy Incarnate, di film ini Jung-seok mampu menjadi pria 'gagal'. Ia bahkan sempat terlihat seperti Cecep yang diperankan oleh Anjasmara dalam sinetron Si Cecep, 19 tahun lalu.
Kisah dilanjutkan dengan permasalahan hati Yong-nam. Ia selama ini memendam perasaan kepada Ui-joo (Lim YoonA) yang adalah kawannya di klub panjat tebing.
Yong-nam yang ingin terlihat seperti seorang yang sukses di mata gadis pujaan, mengadakan pesta ulang tahun ke-70 untuk ibunda di restoran tempat Ui-joo bekerja. Tawa bahagia itu berubah menjadi getir ketakutan ketika gas beracun mematikan sengaja dibocorkan pihak jahat di pusat kota Seoul.
Menonton EXIT pun mulai terasa seperti naik wahana roller coaster. Penonton dibuat tegang dengan kondisi yang sepertinya mustahil bagi keluarga Yong-nam dan Ui-joo untuk selamat. Namun, Lee Sang-geun tak lupa menambah bumbu komedi yang bisa dinikmati melalui tingkah laku serta komunikasi para tokoh.
Preview |
Lee Sang-geun terlihat piawai menggambarkan kondisi manusia yang akan mengandalkan apapun dan segala cara untuk mempertahankan hidup. Hal-hal kecil seperti kapur, plastik, isolasi hingga senter ponsel jadi penyambung nyawa.
Meski bolak-balik tertawa karena dialog tokoh yang sangat realistis, penonton kembali disadarkan EXIT merupakan film tragedi dan menegangkan melalui pengambilan gambar yang ciamik. Sinematografi yang detail dan menawan membuat penonton terbawa dengan aksi panjat menara pencakar langit yang dilakukan Yong-nam, kemampuan yang selama ini diremehkan keluarganya.
Dada berdegup kencang. Telapak tangan berkeringat. Perut pun seperti digelitik ketika melihat langkah demi langkah yang diambil Yong-nam. Tak sedikit penonton yang berteriak ketika Yong-nam hampir terjatuh.
Kerealistisan EXIT tak hanya terlihat dari dialog tokoh. Lee Sang-geun juga menunjukkan kecanggihan teknologi di Korea, mulai dari penggunaan drone hingga 'mendadak live streaming' yang sangat lancar meski ibu kota negaranya sedang tertimpa musibah. Media sosial menjadi salah satu sarana untuk menyelamatkan hidup.
Hal itu sangat berbeda dengan Indonesia. Jika masalah atau musibah terjadi, jaringan internet dan komunikasi langsung hilang begitu saja. Media sosial pun dianggap sebagai penambah masalah.
Preview |
Akting YoonA sebagai salah satu pemeran utama menambah nilai film. Ia seakan ingin membuktikan dirinya yang debut sebagai idol dalam Girls' Generation juga bisa berakting dengan baik.
EXIT memang bukan film pertama YoonA. Aktris kelahiran 1990 itu beberapa kali bermain drama. Namun semua tokoh yang diperankan masih masuk kategori 'aman', yakni seorang perempuan yang elegan dan berkharisma.
Di EXIT, YoonA seakan keluar dari zona nyaman. Ia terlihat sangat ekspresif bahkan berani untuk 'jelek'. Ia beberapa kali terdengar mengucapkan dialog yang lebih berani daripada biasanya.
Daya tahan tubuhnya pun teruji hingga mendapat pujian dari Jo Jung-seok dan staf produksi karena mampu memanjat gedung serta berlari dalam waktu lama untuk adegan serupa yang berulang.
Berita Korea Pilihan Lainnya
|
Mampu menempatkan porsi menegangkan dan kelucuan dengan adil, akhir cerita EXIT mudah ditebak karena tak ada plot twist sama sekali. Masalah mendasar dari film ini juga ternyata bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana.
Banyaknya adegan berlari dan memanjat di awal serta pertengahan film membuat film seperti diburu-buru. Padahal akan lebih baik jika film diakhiri dengan sedikit dramatisasi yang bisa membuat penonton tegang hingga akhir film.
Secara keseluruhan film ini menyenangkan untuk ditonton. Sinematografi yang ciamik membuat EXIT bisa disaksikan dalam bentuk 4DX. Film ini sudah tayang di Indonesia sejak 21 Agustus di jaringan bioskop Cinemaxx dan CGV.