Review: Mengendarai Royal Enfield Hunter 350 Terasa Naik Yamaha XSR 155
Royal Enfield Hunter 350 (Foto: Tomi Tresnady / Uzone.id)
Uzone.id - Akhirnya kami punya kesempatan untuk menjajal Royal Enfield (RE) Hunter 350 yang baru masuk ke pasar Indonesia dengan diboyong oleh Royal Enfield Nusantara.
Sekedar informasi saja, Hunter 350 ini menjadi motor buatan RE paling laris sepanjang sejarah. Bahkan mencapai rekor dengan lebih dari 11 ribu pemesanan setiap harinya.Kemudian, sebanyak lebih dari 75 ribu pemesanan saat pertama kali diluncurkan. Total, model Hunter 350 ini menyumbang 35 persen penjualan RE.
Kira-kira, kenapa Hunter 350 bisa meraih begitu banyak peminatnya?
Desain
Secara desain, Hunter 350 memiliki dimensi yang lebih kompak dibandingkan model lain yang juga membawa mesin 350cc, seperti Classic 350 atau Meteor 350.
Selain desainnya ringkas, desain yang ditaburkan ke Hunter 350 lebih sederhana alias gak ribet. Meskipun model dibuat retro, motor ini juga didesain ala scrambler.
BACA JUGA: Kendaraan yang STNK-nya Hangus, Apakah Bisa Dihidupkan Lagi?
Lihat saja tangka bensinya dibuat ramping. Berbeda dengan Classic 350 atau Meteor 350 yang menggembung mirip tetesan air.
Bagian fasia depan, Hunter 350 terlihat sentuhan klasik masih dipertahankan, di mana lampu utama, lampu sein, spidometer dan spion dibuat membulat.
Suspensi depan menggunakan garpu teleskopik berdiameter 41 mm.
Di fasia belakang juga terasa aroma retro dengan lampu ekor dan lampu sein dibuat membulat. Suspensi belakang pakai swing arm dengan shock braker ganda yang bisa disesuaikan sebanyak 6 langkah.
Sayangnya, lampu depan masih menggunakan halogen, sedangkan lampu belakang sudah pakai LED.
Kalau dilihat dari samping, terlihat garis lekukan mulai dari lampu depan, tangki bensin, lalu ke sadel, motor ini mencirikan scrambler.
Namun untuk sadelnya, jok pengendara dan jok penumpang dibuat terpisah. Berbeda dengan motor scrambler seperti Yamaha XSR 155 atau Kawasaki W175TR yang sadelnya dibuat lurus.
Meskipun desainnya scrambler, ban yang dibawa Hunter 350 bukan model dual purpose. Jadi, lebih khususkan untuk jalanan aspal.
Retro Modern
Hal menarik dari Hunter 350 bisa dilihat dari fitur moderen yang dibawanya. Seperti adanya digital analog instrument cluster meter, velg alloy 17 inci desain retro dengan ban tubeless, engine kill switch yang menyatu dengan saklar starter, rem cakram diberikan pada roda depan dan belakang, ABS dual channel, dan USB Charger.
Mesin
Hunter 350 membawa mesin 1-silinder 349cc, 2-katup yang dipasangkan dengan transmisi 5-percepatan. Mesin tersebut menghasilkan tenaga 20,2 bph pada 6.100 rpm dan torsi 27 Nm pada 4.000 rpm.
Untuk pendinginan mesin memanfaatkan udara dan oli. Di motor ini tidak tersedia kick starter, jadi cuma memakai electric starter.
Berat dan Dimensi
Hunter 350 memiliki dimensi panjang keseluruhan 2.055 mm, lebar keseluruhan 800 mm, dan tinggi keseluruhan 1.055 mm.
Jarak sumbu rodanya mencapai 1.370mm, kemudian ketinggian sadel 800 mm, dan jarak terendah ke tanah 150 mm.
Karena dibuat lebih ringkas, maka Hunter 350 beratnya cuma 181 kg. Bandingkan dengan Meteor 350 memiliki berat 191 kg dan Classic 350 beratnya mencapai 187 kg hingga 195 kg.
Pengalaman Berkendara
Ketika pertama kali duduk di sadel Hunter 350, saya yang memiliki tinggi 167 cm masih cukup nyaman di posisi berkendara. Namun, sedikit merunduk saat memegang tuas setang motor ini.
Selanjutnya, handle gas pun saya mainkan. Saya cukup terkejut dengan pembawaan motor ini. Meskipun mesinnya bongsor, namun terasa membawa motor ber-cc kecil, yakni ringan dan gesit.
Oya, saya jadi ingat. Feel berkendaranya mirip seperti membawa Yamaha XSR 155.
Kemudian, saya ajak motor ini ke Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hingga ke Jalan Raya Margonda, Depok.
Ketika melewati jalanan padat kendaraan sehingga harus merayap pelan-pelang, kaki saya merasakan paparan panas mesin motor ini cukup menyengat. Namun, paparan panas meninghilang ketika sudah berjalan dengan normal.
BACA JUGA: Harga Honda Vario 160 Buatan Indonesia di Vietnam Turun Drastis
Saya juga menikmati suara knalpot Hunter 350 masih mempertahankan suara khas motor klasik. Saya jadi ketagihan memainkan throttle karena ingin selalu mendengar suara knalpotnya.
Berikutnya, giliran merasakan performa Hunter 350. Untuk mendapatkan kesenangan berkendara, saya masukkan gigi 1 dan putar handle gas hingga 40 km/jam, lalu oper ke gigi 2 hingga kecepatan mencapai 60 km/jam, berikutnya oper ke gigi 3 hingga kecepatan mencapai 80 km/jam.
Sekali lagi, di setiap perpindahan gigi, yang paling seru adalah ketika suara knalpot Hunter 350 meraung-raung.
Berkat setangnya yang lebar, kemudian rangka dibuat lebih ringkas, saya merasakan motor ini sangat nyaman diajak sat-set di jalan raya yang tak begitu padat dengan kendaraan.
Motor ini juga tak bikin khawatir saat saya ajak masuk ke gang-gang yang sempit.
Tak seperti Classic 350 yang sukses bikin punggung saya pegal-pegal saat menghadapi kemacetan, mengendarai Hunter 350 terasa enteng.
Tangki Bensin
Kapasitas tangki bensin Hunter 350 mencapai 13 liter. Jadi, bisa dipakai untuk perjalanan jauh. Apalagi, konsumsi bensinya terbilang irit untuk kelas 350 cc. RE mengklaim penggunaan bensin untuk Hunter 350 mencapai 36,2 km/liter.
Dengan rasio kompresi 9,5:1, maka motor ini bisa mengonsumsi bensin dengan RON 90 atau sekelas Pertalite.
Kesimpulan
Pantes saja Hunter 350 begitu banyak peminatnya di dunia. Selain harganya lebih murah dibandingkan Meteor 350 dan Classic 350, motor ini memiliki desain yang ringkas sehingga pengendara lebih menikmati sensasi selama berkendara.
Jadi, Hunter 350 mau diajak kebut-kebutan bisa, mau diajak jalan santai juga bisa. Para pemula atau anak muda tentu sangat menyukai ini.
Rasa nyaman ketika membawa Hunter 350 membuat motor ini jadi banyak diburu oleh two wheels enthusiast. Keiritan bahan bakarnya juga jadi salah satu nilai motor ini difavoritkan.
Soal harga, Hunter 350 saat pertama kali meluncur di Indonesia pada 6 November 2022, dijual mulai Rp106 jutaan (OTR Jakarta).