Home
/
Film

Review: Minum yang Banyak ya, Sebelum Naik Roller Coaster Bernama ‘Infinity War’

Review: Minum yang Banyak <i>ya</i>, Sebelum Naik Roller Coaster Bernama ‘Infinity War’

-

Hani Nur Fajrina25 April 2018
Bagikan :

Catatan: no spoiler!

Hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. ‘Avengers: Infinity War’ is in town!

Sejujurnya gue nggak pernah mengdeklarasikan diri gue sebagai seorang die hard fan Marvel. Alasannya cuma satu, gue nggak baca komiknya. Meski begitu, gue sama seperti kalian yang tetap semangat kalau ada film-film terbaru yang diadaptasi dari komik Marvel.

Bicara tentang ‘Infinity War’, duo sutradara Russo bersaudara dan Presiden Marvel Cinematic Universe (MCU) Kevin Feige berulang kali bilang kalau film ini adalah puncak dari 18 film yang telah dikeluarkan dengan mengumpulkan nyaris semua pahlawan super yang ada di alam semesta ini.

‘Infinity War’ secara garis besar menceritakan kelanjutan kisah dewa super kuat Thanos (Josh Brolin) yang sedang dalam perjalanannya untuk mengumpulkan enam batu abadi atau infinity stone yang tersebar di penjuru alam semesta.

Enam infinity stone itu adalah mind stone, soul stone, power stone, time stone, space stone, dan soul stone. Premisnya adalah, jika Thanos berhasil mengumpulkan keenam batu ini, maka ia akan menguasai alam semesta dan segala isinya. Seperti kisah-kisah klasik yang sering kita baca, tentu hal ini akan berdampak buruk bagi kehidupan bersama.

via GIPHY

Karena levelnya sudah alam semesta, maka bergeraklah para pasukan superhero, yakni Avengers yang terdiri dari Iron Man (Robert Downey Jr.), Captain America (Chris Evans), Black Widow (Scarlett Johansson), Vision (Paul Bettany), Scarlet Witch (Elizabeth Olsen), Winter Soldier (Sebastian Stan), Black Panther (Chadwick Boseman), Falcon (Anthony Mackie), Spider-Man (Tom Holland), Thor (Chris Hemsworth), Hulk (Mark Ruffalo), plus Doctor Strange (Benedict Cumberbatch).

Mereka bekerja sama dengan Star-Lord (Chris Pratt), Gamora (Zoe Saldana), Drax (Dave Bautista), Rocket (Bradley Cooper), Groot (Vin Diesel), dan Mantis (Pom Klementieff) alias tim Guardians of the Galaxy.

Meski premisnya sederhana, namun membayangkan ada dewa kejam yang bakal mengancam peradaban makhluk hidup di alam semesta aja bikin nelen ludah berkali-kali. Maka dari itu, ada baiknya sedia minum ya, gaes. Because you are about to get on a roller coaster ride.

Plot rapi dan mudah dimengerti (bagi kamu yang ngikutin film Marvel dari awal)

Karena sejak awal gue berjanji nggak akan ngasih spoiler apa-apa, petunjuk yang bisa gue berikan untuk adegan pembuka film ini erat kaitannya dengan kejadian pasca penghuni Asgard berhasil lepas dari belenggu Hela di ‘Thor: Ragnarok’.

Menit demi menit, film ini menyuguhkan garis cerita yang bisa dibilang, to the point banget. Nggak bertele-tele. Hal ini tentu sangat lumrah, malah cenderung hal baik agar segalanya terasa begitu efektif dan nggak membosankan, apalagi kita tahu bahwa ‘Infinity War’ dibintangi oleh lusinan cast yang begitu mempesona.

Gue berusaha seobjektif mungkin, dan harus gue akui Anthony dan Joe Russo cerdik dalam memainkan rasa penasaran penonton dengan pembagian sekuens plot yang terbagi-bagi ke dalam ‘kelompok’ -- di Bumi, Nidavellir, Vormir, dan Titan. Rasanya seperti mereka habis berguru ke Christopher Nolan yang sangat piawai memainkan elemen waktu dan plot di tiap filmnya.

via GIPHY

‘Infinity War’ turut menyelipkan sedikit flashback tentang Gamora sebagai anak tiri Thanos, hal ini tampaknya sengaja dibuat oleh Russo bersaudara sebagai background agar penonton nggak bingung, serta sebagai kunci dari satu plot penting di film ini.

Soal character development nggak perlu dibahas lagi rasanya, karena gue rasa pihak MCU berpikiran bahwa mayoritas penonton adalah penggemar setia kisah Marvel yang sudah khatam tentang tiap karakter dari tokoh di film ini. Namun, Russo bersaudara nggak mengabaikan elemen krusial dari tipikal film Marvel, yaitu jokes. Meski kisah ini begitu dalam dan serius, kamu tetap bisa rileks sejenak karena bercandaan kocak dari Iron Man, Spider-Man, hingga Drax.

Namun, ‘Infinity War’ seakan sengaja memperlihatkan pertempuran dan strategi melawan Thanos dan Black Order tanpa ada penjabaran lebih tentang kondisi “dunia nyata” sejak ancaman Thanos menghampiri Bumi.

Jadi, efek catashtrophic alias bencana besar hanya dapat dirasakan dari bagaimana sikap Avengers dan Guardians menghadapi para musuh -- yakni rapuh, terancam, dan kelabakan.

Satu hal yang mau gue sampaikan, selama sekitar 2,5 jam film berlangsung dengan plot rapi, alur cerita film ini di satu sisi terasa bergerak cepat. Hal ini tentu bukan masalah bagi fans Marvel, tapi kalau kamu kebetulan belum terlalu paham, bisa jadi kamu terdorong untuk bertanya dengan orang di sebelah kamu kenapa si A begitu, si B begini.

Lucunya, ide besar Thanos yang ingin mengumpulkan enam infinity stone ini mengingatkan gue kepada kisah epik dari seri ‘Harry Potter’, bedanya Voldemort menyebar tujuh horcrux yang dapat membuatnya tak terkalahkan dan menaklukan umat di dunia sihir.

‘Infinity War’ sesungguhnya adalah wahana roller coaster

Jika kamu menonton dari awal film-film Marvel secara runut, pasti merasa kenal dekat dengan tiap karakter -- mengerti betapa dedikasinya Steve Rogers untuk selalu melindungi orang-orang, gimana ngocolnya Tony Stark, seberapa polos dan nekadnya Peter Parker, hingga betapa cintanya Peter Quill terhadap Gamora.

Kedekatan kamu terhadap tiap karakter bakal berguna agar bisa menikmati film ini. Di beberapa bagian, ada adegan yang sangat relatable dengan perasaan manusia (sulit ya ternyata untuk nggak nyinggung spoiler, duh!) dan satu hal lain yang mau gue sampaikan, 'Infinity War' fokus pada sudut pandang seorang Thanos. Kamu akan lebih mengenal lebih dalam villain kejam satu ini dari dialog dan cerita yang ia bawa.

Di samping efek visual yang nggak perlu dipertanyakan lagi, ‘Infinity War’ mengandung elemen-elemen emosional yang sanggup membuat hati gue berdebar-debar, namun beberapa detik kemudian bisa dengan pesatnya membuat jantung terasa copot dan dada sesak. Gue nggak tahu ini termasuk dramatis atau nggak, tapi begitu keluar bioskop, perasaan campur aduk ini masih nyata.

via GIPHY

Tanpa berharap begitu banyak saat memasuki studio bioskop, ‘Infinity War’ adalah sebuah pengalaman sinematik bak naik wahana roller coaster karena membuat segala emosi menjadi satu, naik dan turun.

Layaknya naik roller coaster, detak jantung terasa kencang saat di momen-momen menuju klimaks seperti adegan pertempuran melawan Thanos dengan jurus dan senjata baru, bulu kuduk merinding terbawa suasana saat score ikonik buatan Alan Silvestri menggema, perasaan pasrah karena adegan menyentuh, timbul rasa simpati untuk tokoh protagonis, hingga memaksa kamu agar turut memahami karakter seorang Thanos.

Kesimpulannya, kualitas dan cinematic experience ‘Infinity War’ sepadan dengan hype yang digembar-gemborkan selama ini. ‘Infinity War’ dibuat memang sebagai wahana roller coaster bagi para penggemarnya. Gue nggak bilang film ini sempurna, namun tetap enjoyable.

Asal sedia minum terus gaes agar tenggorokan nggak kering karena kebanyakan nganga, niscaya kamu akan survive dari kisah fenomenal ini. 

Selamat menonton!

populerRelated Article