Review Samsung Galaxy Tab S9 FE+: Tanpa Laptop, No Worry
Uzone.id - Iterasi baru dari Galaxy Tab FE akhirnya diluncurkan secara global, tak terkecuali di Indonesia setelah dua tahun absen dari pasaran. Ada dua model tablet terbaru yang diboyong Samsung ke Indonesia, yakni Galaxy Tab S9 FE dan Tab S9 FE+, dimana salah satunya telah kami gunakan sebagai pengganti laptop untuk bekerja.
Satu pertanyaan yang mungkin bakal kalian tanyakan, “Gimana rasanya menggantikan laptop Windows dengan tablet untuk kerja?” Well, kalau boleh jujur, agak nekat sebenarnya.Apalagi, kami sangat intens menggunakan laptop untuk kerja. Gak cuma buat ngetik review atau berita doang, tapi sampai editing foto, edit video tipis-tipis, memindahkan file berbagai format, game, dan sebagainya.
Sekalian saja nih nekatnya. Saat diundang ke Snapdragon Summit 2023 di Hawaii, Amerika Serikat beberapa waktu lalu, kami juga membawa Samsung Galaxy Tab S9 FE+ sebagai ‘alat tempur’ di sana.
Kenekatan ini kami tuangkan dalam review Samsung Galaxy Tab S9 FE+, sekaligus membahas soal kekurangan dan kelebihan dari tablet ini.
Oiya, untuk diketahui, Samsung Galaxy Tab S9 FE merupakan suksesor dari Galaxy Tab S6 Lite yang rilis tahun lalu. Sementara Samsung Galaxy Tab S9 FE+, jadi penerus dari Galaxy Tab S7 FE yang hadir 2021 silam.
Ringkas, mudah dibawa kemana-mana
Laptop memang banyak yang ringkas dan tipis, sebutlah yang berukuran 13 atau 14 inci. Tapi sepengetahuan kami, belum ada yang seringkas tablet, walaupun unit Samsung Galaxy Tab S9 FE+ yang kami review sudah dipasangkan dengan keyboard dan S Pen.
Saking ringkasnya tablet berukuran layar 12,4 inci ini, di Hawaii pun kami bisa memasukkannya ke dalam sling bag. Jadi bawaan pun lebih ringan, gak perlu repot gendong tas ransel intinya.
Bicara soal dimensi, Samsung Galaxy Tab S9 FE+ gak sampai 1 kg bobotnya, cuma 628 gram doang. Tebalnya pun 6,5 mm, terbilang tipis buat tablet 12,4 inci dengan baterai lebih dari 10.000 mAh.
Cuma, dimana ada kelebihan, pasti ada kekurangan juga. Kalau tablet ini dilepas dari casing keyboard-nya, bakal kurang nyaman buat digunakan. Alasannya satu, tepian bodi yang dibikin menyiku, terasa agak tajak dan kurang nyaman ketika dipegang.
Tablet ada IP Rating, buat apa?
Samsung begitu membanggakan IP Rating ketahanan air pada jajaran tablet terbarunya. Gak cuma Galaxy Tab S9 Series doang, tapi juga Galaxy Tab S9 FE dan S9 FE+ yang kami review.
Untuk diketahui, Samsung Galaxy Tab S9 FE+ sudah mengantongi rating IP68. Dengan sertifikat tersebut, kedua tablet memiliki ketahanan terhadap debu dan air dengan kedalaman maksimal 1,5 meter selama 30 menit.
Terus buat apa? Kan gak mungkin juga pengguna bawa tablet ini buat berenang. Kalau smartphone sih masih masuk akal ya, karena untuk ngonten juga.
Memang tidak sampai harus dibawa berenang juga, ketahanan air pada tablet ini lebih memberikan jaminan worry free kepada pengguna saat memakai tabletnya.
Misal, tablet gak sengaja ketumpahan air, atau jadi ‘payung dadakan’ saat hujan turun. Samsung Galaxy Tab S9 FE+ seharusnya bisa tahan dari kasus tersebut. Cuma kembali lagi, Samsung tak menyarankan penggunanya untuk berenang sambil bawa tablet, ngapain juga ya kan?
Warnanya yang variatif
Kalau Samsung Galaxy Tab S9 lebih kalem dan cocoknya digunakan para eksekutif muda. Nah, Samsung Galaxy Tab S9 FE+ justru tampil dengan warna yang lebih fun dengan variasi warna yang menarik, cocoknya dipakai oleh anak-anak muda.
Galaxy Tab S9 FE+ punya empat varian warna, Mint, Lavender, Graphite, dan Silver. Semua warna ini melapisi bodi belakang dengan tekstur yang halus, jadi kelihatan lebih elegan.
Berkat tekstur matte pula, bodi belakangnya jadi gak mudah kelihatan kotor. Plus, desain belakang tablet ini dibikin mirip dengan Galaxy Tab S9 atau Tab S9+ yang harganya lebih mahal.
Cuma, warna-warna ini gak akan kelihatan kalau kalian pakai casing keyboard. Balik lagi, mau kelihatan keren atau mementingkan fungsionalitas tablet?
Layar LCD, kurang bersahabat buat kerja outdoor
Kami menggunakan unit termahal dari Samsung Galaxy Tab S9 FE+, yakni dengan banderol harga Rp10.999.000 karena sudah mendukung jaringan seluler berteknologi 5G.
Heran saja, untuk harga yang tak murah tersebut, tablet ini masih menggunakan panel LCD. Luas memang, berkat ukuran 12,4 inci dan resolusinya pun mencapai 1.440 x 2.304 piksel dengan kerapatan piksel mencapai 249 ppi.
Secara kualitas memang oke, dari warna dan tingkat detail panel LCD ini cukup memukau mata, asal tablet digunakan di indoor atau outdoor dengan kondisi cahaya yang tak terlalu terik.
Di Hawaii, kami mencoba bekerja dengan tablet ini di luar dan saat itu sinar matahari lagi terik-teriknya. Alhasil, kerja pun kurang maksimal, lantaran intensitas cahaya layar kalah dari terangnya sinar matahari.
Jadinya, kami harus mendekatkan mata ke layar untuk bisa melihat kerjaan di Google Docs sampai editan foto di Gallery dengan lebih baik. Daripada begini, mending pindah kerja ke dalam ruangan atau lokasi dengan paparan sinar matahari yang tidak terlalu terik.
Meski cuma LCD, tapi Samsung Galaxy Tab S9 FE+ sudah mendukung S Pen. Aksesoris ini punya bentuk layaknya pensil gambar, jadi enak buat tulis-tulis atau iseng menuangkan ide dalam kanvas pada layar.
Kami seringnya menggunakan S Pen buat pengganti mouse. Casing keyboard memang punya trackpad, namun karena areanya yang kecil, membatasi kami untuk melakukan scrolling.
Namun buat dipakai menulis atau menggambar, enak banget. S Pen ini punya tingkat presisi yang tinggi, low latency pula. Dan, ngecasnya pun gak ribet, tinggal tempel S Pen di tepian bodi atas tablet (jika posisi landscape), gak usah pake kabel-kabelan.
DeX Mode bikin gak kangen laptop
Samsung Galaxy Tab S9 FE+ berjalan di One UI 5.1.1 berbasis Android 13. Ada dua mode user interface (UI) yang bisa digunakan, mode tablet dan DeX Mode.
Mode tablet, sudah pasti One UI 5.1.1 menampilkan UI khas tablet dengan homescreen, app drawer layaknya perangkat smartphone Galaxy terbaru, bedanya hanya di layar yang lebih besar saja.
Biar terasa seperti menggunakan laptop, aktifkan DeX Mode. Fitur ini pun selalu kami gunakan untuk bekerja. DeX Mode menampilkan UI khas laptop atau perangkat desktop, mirip-mirip seperti menggunakan Windows 11.
Bedanya, Start Menu atau app drawer ada di pojok kiri bawah, sedangkan aplikasi yang dibuka ada di tengah, dan Notification Center serta Quick Panel ada di sisi kanan bawah layar.
Tapi di samping itu, experience-nya nyaris serupa dengan laptop Windows yang kami gunakan. Dengan DeX, bukan cuma dua aplikasi saja yang bisa berjalan bersamaan, tapi lebih dari empat aplikasi.
Layaknya laptop Windows saja, semua aplikasi bisa berjalan bersamaan, dan pengguna cuma tinggal beralih antar aplikasi dengan menekan tombol Alt + Tab di keyboard.
Sama halnya untuk transfer file. Seperti laptop, kita tinggal hubungkan penyimpanan eksternal seperti flashdisk dengan USB-C atau smartphone via kabel USB-C ke tablet ini, otomatis folder-folder dari perangkat eksternal akan terbaca, dan memindahkan file semudah drag & drop saja.
Cuma ada satu kurangnya. Lantaran cuma ditenagai prosesor Exynos 1380, tablet ini gak cocok buat heavy user yang bisa membuka lebih dari enam aplikasi bersamaan, termasuk main game intens.
Membuka empat aplikasi secara bergantian pun, kadang membuat tablet ini kewalahan. Pernah kami sedang mengetik di Google Docs, sembari membuka WhatsApp, Spotify, beberapa tab di Google Chrome, dan simultan mengedit foto via Gallery.
Performa tablet tiba-tiba melambat. Ngetik di Google Docs jadi agak delay, memasukkan stiker sebagai watermark pada foto pun, malah bikin Gallery crash.
Galaxy Ecosystem yang luar biasa
Sistem operasi dengan fitur yang maksimal, memang jadi salah satu kelebihan dari berbagai perangkat besutan Samsung, tak terkecuali Samsung Galaxy Tab S9 FE+.
Berkat fitur-fitur yang menjadi bagian dari Galaxy Ecosystem, kami jadi betah kerja dengan Samsung Galaxy Tab S9 FE+. Ada beberapa fitur yang menurut kami sangat membantu untuk menunjang produktivitas, terlebih integrasi antar perangkat.
Pertama, Quick Share. Memang memindahkan file dari smartphone bisa pakai kabel USB-C saja, tinggal hubungkan via port USB-C di Samsung Galaxy Tab S9 FE+.
Tapi kalau ponsel kalian keluaran Samsung, tinggal pakai saja Quick Share. Gunakan akun Samsung yang sama, memindahkan file dengan format apapun bisa dilakukan secara wireless.
Ini fitur yang menurut kami out of the box, yakni Multi Control. Dengan fitur ini, kalian bisa mengontrol smartphone langsung dari tablet. Hubungkan smartphone dan tablet dengan satu akun Samsung, dan jangan lupa nyalakan WiFi serta Bluetooth juga.
Dengan fitur ini, layar smartphone layaknya sebagai monitor sekunder. Alhasil, kursor mouse bisa beralih antara layar tablet dan smartphone. Juga, keyboard fisik bisa digunakan untuk ngetik pada tablet dan smartphone secara bergantian.
Drag & drop data-data juga bisa dilakukan dari smartphone ke tablet, demikian juga sebaliknya. Semua integrasi ini terasa mulus, baik fungsi mouse, keyboard, atau transfer file secara wireless.
Ditenagai Exynos 1380
Samsung Galaxy Tab S9 FE dan Tab S9 FE+ ditenagai prosesor Exynos 1380. Buat kalian yang awam dengan system on chip (SoC) ini, Exynos 1380 merupakan 'otak' dari Samsung Galaxy A54.
Chipset ini tergolong baru, dibuat dengan arsitektur 5nm yang hemat daya dan memiliki performa yang stabil. Konfigurasi CPU-nya, ada 4-core performance Cortex A78 dengan clock-speed 2,4 GHz dan 4-core Cortex A55 dengan kecepatan 2 GHz.
Kinerjanya cukup mumpuni untuk menunjang pekerjaan kami. Ya, cukup, karena ada kalanya ponsel ini kewalahan saat membuka banyak aplikasi dalam satu sesi.
Untuk membuka dua jendela aplikasi dalam satu waktu, lancar tak ada kendala. Misal, Google Chrome atau YouTube di sisi kiri layar, lalu Google Docs atau Sheet di sisi kanan layar.
Dengan Spotify yang berjalan di latar belakang, tablet ini masih tak mengalami masalah pada performanya. Yang jadi masalah, saat kegiatan tadi ditambah dengan editing foto, barulah berasa patah-patahnya.
Beberapa kendala terjadi. Seperti saat ingin menempelkan watermark menggunakan fitur Sticker pada Gallery, aplikasi langsung ngehang, membuatnya keluar secara otomatis.
Bila dipaksakan, tablet sepenuhnya freeze. Bisa dioperasikan kembali jika keluar dari DeX Mode, kemudian menekan Recent Apps dan menutupnya kembali.
Kinerja yang tak maksimal juga terasa ketika membuka lebih dari 4 tab browser di Google Chrome. Tidak sampai hang, namun cukup membuat Samsung Galaxy Tab S9 FE+ menurun performanya.
Namun secara overall, tablet ini memang dapat menunjang berbagai aktivitas kami. Bakal sempurna kalau misalnya dipasang dengan Snapdragon 8+ Gen 1 atau Exynos 2200 misalnya. Ketimbang Exynos 1380 yang tidak terlalu powerful.
Dengan keterbatasan pada kinerjanya yang kurang powerful, cukup lah buat membantu kami menyelesaikan pekerjaan tanpa harus menggunakan laptop.
Apalagi, dengan baterai berkapasitas 10.090 mAh, daya tahannya impresif, nyaris seharian. Digeber untuk kerja dari pagi sampai malam, tablet ini belum kehabisan daya, dari pengujian kami bisa lebih dari 12 jam untuk sekalian pengecasan, itupun masih tersisa sekitar 20 persen kapasitas baterainya.
Samsung membekali tablet ini dengan fitur fast charging 45W. Namun, tak ada adaptor pengisian daya di tablet ini.
Kebetulan, kami punya adaptor charger 25W bawaan Samsung. Untuk mengisi baterainya sampai penuh, diperlukan waktu lebih dari dua jam.
Tapi rata-rata, layaknya laptop, kami ngecas sambil memakainya buat mengolah kata atau pekerjaan lainnya.
Fitur lainnya, kesimpulan
Samsung Galaxy Tab S9 FE+ sudah mendukung eSIM, sama halnya seperti varian Galaxy Tab S9 Series lainnya. Cara menggunakannya sama saja, tinggal pindai QR Code dari nomor eSIM yang kalian miliki, tunggu beberapa saat, dan otomatis eSIM terbaca sebagai SIM 1.
Soal fitur lainnya, tablet ini tentu saja dibekali dengan kamera. Ada kamera ultrawide 12 MP di depan, dan sepasang kamera 8 MP di belakang dengan lensa wide dan ultrawide.
Kualitasnya jangan ngarep banyak. Kalau buat memotret memang mestinya pakai kamera smartphone saja. Kamera depan tablet ini pasnya untuk meeting online, sementara kamera belakangnya sudah sangat proper buat scan dokumen.
Bila ditarik kesimpulan, sebenarnya kami merasa kalau tablet ini lumayan overpriced, bila harga memang jadi salah satu poin penting kalian membeli sebuah tablet.
Beberapa catatan, seperti layar yang masih LCD, kinerjanya yang tak terlalu powerful dengan Exynos 1380, sampai tidak ada adaptor charger.
Tapi, bila kalian melihat fitur dan keseluruhan kualitas sebagai poin terpenting sebelum membeli tablet, Samsung Galaxy Tab S9 FE+ adalah pilihan yang pas.
Tablet ini menawarkan ekosistem yang lengkap melalui Galaxy Ecosystem. Buat kalian pengguna ponsel dan TWS dari Samsung, peralihan antar perangkat begitu seamless.
Mengirim data bisa dilakukan secara nirkabel, demikian juga untuk mengontrol perangkat lainnya. Tablet ini berjalan di sistem operasi Android dengan fitur DeX Mode, memberikan experience layaknya sebuah laptop Windows.
Sudah disertai S Pen pula. Buat coret-coret, menggambar, editing video dan foto, mudah sekali dengan bantuan S Pen ini.
Daya tahan baterainya juga lebih baik dari laptop pada umumnya. Terlebih, ketersediaan aksesoris resminya juga lengkap, termasuk adanya keyboard case dengan trackpad.
Samsung Galaxy Tab S9 FE+ memang cocok buat tipikal pengguna yang sering berpindah-pindah tempat saat bekerjasama, baik dinas ke luar kota atau negeri atau sekadar work from anywhere. Gak perlu report bawa laptop, cukup tablet saja yang dimasukkan ke dalam tas buat bekerja.