Ritual Adat Solo Berikut Ini Masih Terjaga Kelestariannya
Foto: Hipwee
Uzone.id - Sebagai kota yang terkenal akan etnik dan budayanya, Solo memiliki beberapa ritual adat yang masih dilaksanakan hingga saat ini.Selain tentang kepercayaan, beberapa tradisi yang sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun tersebut juga merupakan bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan serta upaya untuk menjaga kerukunan dan berbagi dengan sesama.
Oleh sebab itu, meskipun zaman semakin modern, beberapa ritual adat, utamanya yang berkaitan dengan perayaan hari-hari tertentu masih dilaksanakan sampai saat ini.
Berikut ini beberapa ritual atau tradisi yang masih dilaksanakan di Solo.
- Sekaten
Sekaten merupakan salah satu ritual adat Solo yang dilakukan setiap menjelang peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulud Nabi. Rangkaian acara Sekaten yang dimulai tanggal 5—12 Maulud menurut penanggalan Jawa ini terdiri atas permainan gamelan pusaka yang dilakukan di halaman Masjid Agung keraton, pembacaan kisah Nabi Muhammad, pengajian, dan puncaknya Grebeg Maulud.
Pada acara puncak ini, istana akan mengeluarkan gunungan yang dibuat dari sejumlah makanan untuk dibagikan kepada masyarakat.
Sering kali masyarakat berebut mengambil makanan dari gunungan karena dipercaya dapat memberikan berkah. Selain menjadi momen untuk berbagi, acara ini juga merupakan simbol dari rasa syukur dari keraton yang dirayakan dengan makan bersama masyarakat.
- Grebeg Sudiro
Berbeda dengan Grebeg Maulud yang merupakan rangkaian perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Grebeg Sudiro merupakan bagian dari perayaan Imlek atau Tahun Baru Cina. Diadakan seminggu menjelang Imlek, dalam acara ini Anda dapat melihat perpaduan antara budaya Jawa dan Tionghoa.
Anda dapat melihat arak-arakan gunungan yang terbuat dari kue keranjang dan berbagai pertunjukan khas Tionghoa dan Jawa seperti adat keraton, barongsai, reog ponorogo, tarian tradisional.
Arak-arakan tersebut dimulai dari kawasan Jalan Sudiroprajan sampai Klenteng Tien Kok Sie yang terletak di depan Pasar Gede. Tradisi yang telah diadakan sejak tahun 2007 ini diakhiri dengan dinyalakannya lampion dengan bentuk menyerupai teko yang diletakkan di gerbang Pasar Gede.
- Kirab 1 Suro
Kirab Satu Suro merupakan tradisi masyarakat Solo untuk menyambut Tahun Baru Islam yang jatuh pada 1 Muharam atau oleh masyarakat Jawa biasa disebut bulan Suro. Acara yang diadakan oleh Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran ini dilakukan dengan berkeliling kota sejauh kurang lebih 3 km pada malam 1 Suro.
Hal yang menarik dari perayaan ini adalah adanya barisan Kebo Bule yang dipercaya sebagai keturunan Kyai Slamet sebagai pembuka kirab, atau dalam bahasa Jawa disebut juga cucuk lampah.
Barisan kemudian diikuti oleh para petugas keraton, atau yang biasa disebut abdi dalem, berbusana adat Jawa lengkap akan membawa pusaka-pusaka keraton yang dipercaya memiliki “nyawa” atau kekuatan magis. Masyarakat Solo akan berkerumun di pinggir jalan sembari menantikan momen untuk bisa menyentuh Kebo Bule yang dipercaya dapat memberikan berkah.
Jika Anda ingin menyaksikan secara langsung rangkaian beberapa ritual adat di atas, Anda dapat berkunjung ke Solo pada hari-hari penting yang telah disebutkan sebelumnya. Akan tetapi. mengingat tingginya animo wisatawan yang akan berkunjung ke Solo pada hari-hari perayaan tersebut, Anda disarankan untuk memesan penginapan dari jauh hari agar bisa mendapatkan tempat menginap yang sesuai dengan bujet yang Anda miliki.
Pemesanan hotel murah di Solo ataupun hotel di Salatiga dapat Anda lakukan melalui laman atau aplikasi Airy. Anda dapat memilih tempat menginap dengan fasilitas dan harga sesuai kebutuhan dari jauh hari sebelum keberangkatan. Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan berbagai promo dan penawaran menarik yang ditawarkan Airy khusus untuk para pengguna setianya.