Sponsored
Home
/
News

‘Rumah-Rumah Tenggelam, Gili Menyatu dengan Laut’

‘Rumah-Rumah Tenggelam, Gili Menyatu dengan Laut’
Preview
Republika17 May 2016
Bagikan :
Preview
| May 17, 2016 3:30 pm

Keluar dari belakang rumah Alpiah (34 tahun), hamparan tambak mati terbentang seluas mata memandang. Pucuk-pucuk bibit mangrove menyembul di tengahnya. Membingkai garis pandang, mangrove bergerumbul di kejauhan.

Areal tambak yang luas, diselingi dengan pepohonan bakau menjadi pemandangan utama Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sekitar 72,2 persen (10.125 hektar) di wilayah ini merupakan lahan perairan.

Jarak lepas pantai Laut Jawa dengan lokasi pemukiman warga sekitar satu kilometer. Tak ada batas lagi antara pemukiman dengan laut. Pada saat air laut pasang, air mencapai teritisan rumah warga, bahkan masuk ke dalam rumah.

Jauh dari pusat pemerintahan, butuh waktu lebih dari tiga jam perjalanan darat dan sungai dari Kota Bekasi untuk mencapai tempat ini. Muara Gembong amatlah kaya. Tapi, kini abrasi telah merusak ekosistem pantai Muara Gembong.

Semua berawal dari konversi hutan mangrove menjadi areal tambak yang berlangsung sporadis pada tahun 1990-an. “Saya punya tambak dulu hampir 7 hektar. Tambak udang dan ikan,” kenang Alpiah kepada Republika.co.id, Ahad (15/5).

Perempuan sederhana dengan berjilbab oranye itu pun menceritakan masa kejayaan warga Kampung Beting. Pendapatan keluarga Alpiah sebagai pemilik tambak sangat menggiurkan. Menurut dia, udang dan ikan bisa dipanen dua kali sehari, saban pagi-sore. Uang Rp 2 juta bisa dia raup setiap kali panen. Tapi, sayangnya kejayaan itu tak berumur lama.

Tak sampai sepuluh tahun warga Kampung Beting menikmati kekayaan alam tersebut. Kisarannya hanya dari tahun 1998-1999 sampai tahun 2005. Pada tahun 2005, ladang tambak mulai sering tergenang banjir. Ikan dan udang hilang terbawa air pasang, pendapatan menjadi menurun.

Abrasi perlahan mengikis bibir pantai, tapi ia beruntung, ladang tambak masih tetap bisa disemai bibit ikan bandeng.

Alpiah mengatakan, ladang tambak sepenuhnya mati pada tahun 2008. Warga yang semula berjaya dari hasil tambak berubah pontang panting mencari sumber penghasilan baru. Apalagi, tahun-tahun setelahnya, abrasi kian kuat menggerus bibir pantai. Mangrove telah gundul. Tak ada lagi yang bisa menahan derasnya arus laut.
populerRelated Article