Home
/
Film

Seberapa Pantas Sam Rockwell, Si ‘Polisi Rasis’ Terima Piala Oscar?

Seberapa Pantas Sam Rockwell, Si ‘Polisi Rasis’ Terima Piala Oscar?

Hani Nur Fajrina05 March 2018
Bagikan :

Uzone.id - Nama Sam Rockwell tidak pernah terdengar sekeren tahun ini. Namanya langsung melambung tinggi gara-gara perannya sebagai polisi rasis di ‘Three Billboards in Ebbing, Missouri’. Karakternya kuat dan… nyebelin banget.

Academy Awards tahun ini diselenggarakan di Dolby Theater, Los Angeles, Amerika Serikat. Kategori pertama yang diumumkan adalah Best Supporting Actor yang dipersembahkan oleh aktris Viola Davis.

Ketika nama Rockwell disebut, ia tampak terkejut. Padahal boleh dibilang, Rockwell semacam menyapu bersih kebanyakan penghargaan bergengsi selama musim awards tahun ini berkat karakter bernama Dixon. 

“Terima kasih untuk Academy, saya gak pernah menyangka akan berkata seperti itu sebenarnya. Terima kasih juga untuk semua tim, terutama lawan main saya Frances McDormand yang sungguh hebat serta Woody Harrelson,” ucap Rockwell di atas panggung.

Rockwell berhasil mengalahkan aktor tertua di kategori itu, yakni Christopher Plummer (All the Money in the World), Willem Dafou (The Florida Project), Richard Jenkins (The Shape of Water), dan Woody Harrelson (Three Billboards Outside Ebbing, Missouri).

Lalu, kira-kira mengapa Rockwell berhasil memikat para juri berbagai ajang penghargaan, khususnya Oscar?

Jadi gini...

Polisi rasis bernama Dixon di kawasan pinggiran Missouri, Amerika Serikat itu tampak sangat setia terhadap kepala kepolisian tempat ia bekerja, Bill Willoughby (Woody Harrelson). Reaksi umum dari kebanyakan orang jika melihat ada pekerja yang setia dengan atasannya mungkin akan kagum.

Saat karakter Mildred Hayes (Frances McDormand) memasang tiga billboard di kotanya untuk menuntut keadilan terhadap kasus pemerkosaan dan pembunuhan anak perempuannya yang tak kunjung diusut kepolisian, Dixon kebakaran jenggot. Padahal, pesan di billboard itu ditujukan untuk Willoughby.

Ia membela habis-habisan Willoughby dan seakan gak rela kalau nama baik institusinya jadi tercoreng gara-gara aksi protes Mildred.

Lalu, sifat yang lebih merasuki perasaan para penonton gak cuma persoalan bawahan yang setia dengan atasan. Tapi betapa rasis dan pecundangnya Dixon.

Secara terang-terangan, Dixon bilang bahwa ia tak akan sungkan-sungkan menyiksa dan menindas para orang kulit hitam di kotanya jika ada yang terbukti melakukan kriminal (maupun tidak).

Selain rasis, Dixon juga diperlihatkan merasa superior dibanding perempuan. Ia sangat lancang setiap kali berhadapan dengan Mildred.

Wah, pokoknya kalau kamu nonton ‘Three Billboards’ kamu bakal dibikin kesel banget ngeliat tingkah Dixon.

Hal gilanya lagi, dia pecundang banget sebenarnya. Dia masih tinggal dengan sang ibu dan sering didikte sebelum berbuat sesuatu. Tapi dari situ, kita dibikin mengerti bahwa sifat kasar Dixon terpengaruh dari karakter ibunya yang juga kasar secara verbal.

Menurut gue pribadi, Rockwell bisa memenangkan berbagai penghargaan berkat peran Dixon adalah karakternya sedang relevan dengan apa yang terjadi di Hollywood saat ini.

Hollywood sedang terbakar oleh isu rasisme, kesetaraan perempuan, dan pelecehan seksual. Karakter Dixon mengalami development seiring berjalannya film karena mendapat ‘petuah’ dari atasannya setelah ia bunuh diri. Lambat laun ia berubah menjadi karakter yang lebih baik sesuai standar manusia.

Paling enggak, dia mulai mengerti apa yang diinginkan Mildred selama ini: keadilan.

Jadi, tampaknya juri Academy berkaca pada Rockwell melalui karakter Dixon bahwa permasalahan seperti rasisme hingga gender gap dapat dieliminasi selama orang-orang dapat berpikiran secara terbuka.


via GIPHY





populerRelated Article