Home
/
Startup

Selain Airy, 5 Startup Jaringan Hotel Ini Remuk Dihantam Covid-19

Selain Airy, 5 Startup Jaringan Hotel Ini Remuk Dihantam Covid-19

Tomy Tresnady10 May 2020
Bagikan :

Foto: Facebook / Airy Rooms

Uzone.id - Lagi-lagi kabar duka bagi industri pariwisata. Agregator jaringan hotel bujet atau hotel melati, Airy atau Airy Rooms, akan menghentikan operasinya pada 31 Mei 2020.

Hal itu dikarenakan bisnis pariwisata mengalami kelesuan akibat pandemi global virus Corona (Covid-19) yang juga telah menghancurkan segala sendi kehidupan masyarakat.

Kabar Airy akan tutup permanen, mengutip Tech In Asia, berasal dari surat edaran yang diterima operator mitra hotel Airy.    

Aplikasi Airy sendiri sudah tidak menerima lagi pemesanan di atas tanggal 1 Juni 2020. Ditulis semua kamar telah habis dipesan.

Airy didirikan tahun 2015 dan telah memiliki lebih dari 2.000 properti di seluruh Indonesia. Total sekitar 30.000 kamar yang dikelola startup kepunyaan Indonesia ini.

BACA JUGA: "Melanggar, Vulgar, Kekerasan, Itu Pasti Akan Kita Remove dari TikTok"

Uzone.id sudah meminta konfirmasi kepada Vinda Karuna, Humas Airy. Namun, dia masih meminta waktu untuk memberikan informasi terkait ini.

"Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf, sementara waktu saya belum bisa memberikan informasi terkait hal ini. Informasi yang saya miliki terbatas. Secepatnya setelah saya mendapatkan informasi yang jelas, saya akan mengabari," tutur Vinda.

Selain Airy, beberapa startup lainnya turut merasakan penderitaan akibat pandemi Covid-19 adalah berikut ini:

1. Airbnb 

Airbnb di awal Mei 2020 ini dikabarkan akan merumahkan 1.900 orang karyawan. Jumlah itu setara 25 persen dari total jumlah karyawan yang bekerja di Airbnb.

CEO Airbnb Brian Chesky, dalam Dalam memo yang disebar ke karyawan, mengatakan keputusan pemutusan hubungan kerja ( PHK) terhadap ribuan karyawan diambil karena pemasukan Airbnb turun drastis akibat pandemi virus corona di berbagai negara.

Pemasukan Airbnb diprediksi cuma separuh dari total pemasukan tahun 2019. Airbnb saat ini punya sekitar 7.500 karyawan.

"Kita sedang melewati krisis paling mengerikan (Covid-19). Walau mulai mereda, namun perjalanan global menjadi diam tak bergerak, bisnis Airbnb kena pukulan keras," tulis Chesky.

Mengutip The Information, Airbnb berharap bisa hemat anggaran USD400 juta-USD500 juta per tahun.

 
2. Traveloka
 

Traveloka dikabarkan telah menempuh pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 100 karyawannya.

Nikkei Asian Review melaporkan, pandemi Covid-19 jadi biang pengguna Traveloka menurun. Kebijakan #DiRumahAja atau #KerjaDiRumah membuat orang-orang membatalkan tiket.

Larangan bepergian yang terjadi hampir di seluruh dunia membuat pembelian tiket anjlok.

Nikkei Asian Review mengutip sumber, "PHK akan terjadi pada kisaran 10 persen dari total karyawan Traveloka atau setara dengan 100 orang."

Sumber mengungkap beberapa dari karyawan mendapatkan gaji setengah dari gaji reguler mereka.

Padalah, Traveloka jadi salah satu unicorn asal Indonesia bernilai lebih dari USD1 juta.

3. Tiket.com

Gaery Undarsa, Managing Director Tiket.com, membuat pernyataan resmi lewat virtual pada Senin (13/4/2020), bahwa penjualan perseroan menurun hingga 75 persen.

Penurunan paling banyak tercatat untuk tiket pesawat, kemudian hotel. Namun, perusahaan sebisa mungkin tidak mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK).

Untuk mempertahankan bisnis, Tiket.com sudah memangkas sejumlah ongkos operasional.

Pos paling besar mendapat potongan ada di pos ongkos marketing atau penjualan yang porsinya mencapai 90 persen.

Perusahaan pun otomatis fokus dari bisnis penjualan tiket dan hotel ke customer handling atau layanan konsumen.

Putar haluan untuk fokus ke sana karena didorong oleh meningkatnya minat konsumen untuk melakukan reschedule atau pengubahan jadwal perjalanan hingga refund alias pengembalian tiket.

4. OYO

OYO Hotel Indonesia telah merumahkan sebagian pegawainya karena dampak pandemi Covid-19.

Melansir Tempo pada Rabu (22/4/2020), OYO meminta sebagian karyawan untuk mengambil cuti di luar tanggungan selama 60-90 hari, yang akan disesuaikan dengan perkembangan kondisi kedepannya.

Upaya itu dilakukan untuk memastikan para karyawan tidak kehilangan pekerjaan, dan diharapkan langkah tersebut bisa berdampak positif bagi kinerja perseroan.

Startup asal India ini tidak menyebut secara rinci jumlah karyawan yang dirumahkan.

Sumber internal perusahaan mengatakan kepada Tempo, pegawai yang dirumahkan mencapai lebih dari separuh jumlah pegawai saat ini. Adapun jumlah karyawan OYO Indonesia mencapai sekitar seribu orang.

Sumber tersebut mengatakan pegawai yang dirumahkan berasal dari berbagai golongan dan jabatan dari hampir semua divisi.

OYO tetap memenuhi hak dan dukungan terhadap karyawan yang terkena dampak, termasuk Tunjangan Hari Raya, jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan, serta insentif sebesar Rp 1,5 juta per bulan selama cuti.

5. Reddoorz

Puji Agung Budiman, Public Relations Manager Reddoorz, mengatakan kepada Bisnis pada Selasa (11/2/2020), bahwa kurang dari 50 orang masuk dalam daftar pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah bisnis pariwisata yang lesu akibat pandemi Covid-19.

RedDoorz melakukan PHK pada beberapa posisi di perusahaan dan efektif per 11 Februari 2020.

“Jumlah karyawan yang di-PHK kurang dari 50 orang. Jadi karena hasil key performance indicator [KPI] nya yang rendah, jadi bukan perusahaannya yang underperform, tapi karyawannya based on KPI itu,” kata Agung.

Sumber yang terkena PHK mengatakan bahwa keputusan Reddoorz terkesan mendadak. Pasalnya. karyawan yang kena PHK baru mendapat informasi mengenai keputusan direksi pada Selasa (11/2).

Berdasarkan informasi yang diperolehnya, sekitar 200 karyawan Reddoorz yang terkena PHK.

VIDEO Berawal Prank Berujung Viral, Ini Fakta Youtuber Ferdian Paleka dan HasanJr11

populerRelated Article