Selamat Tinggal VW Beetle!
“Kehilangan (VW) Beetle setelah tiga generasi, hampir lebih dari tujuh dekade, akan membangkitkan emosi dari para penggemar setia.”
Kata-kata itu dilontarkan oleh President and CEO Volkswagen Group of America Hinrich J. Woebcken. Seperti dikutip dari Forbes, ia menyiratkan ucapan perpisahan pada produk mobil legendaris VW Beetle kepada masyarakat dunia. Beetle akan segera disuntik mati pada 2019.
Keputusan tersebut diambil VW untuk menegaskan komitmen mereka mengembangkan teknologi dan memproduksi massal kendaraan listrik. VW kini fokus untuk melakukan tranformasi menjadi produsen kendaraan bertenaga listrik, atau dengan kata lain meniadakan jajaran produk mobil bermesin bakar secara bertahap.
Peralihan strategi bisnis ini berkaitan dengan skandal dieselgate yang membuat nama VW tercoreng dalam tiga tahun terakhir. Pada Juni 2018 lalu, Pengadilan Jerman menjatuhkan vonis bersalah pada VW atas dakwaan pemasangan software untuk memanipulasi standar emisi mesin diesel di Amerika Serikat. Polusi dari mesin diesel VW dapat mengeluarkan zat kimia yang dapat menimbulkan penyakit. Karena kasus tersebut VW dikenai sanksi denda 1 milar euro atau setara dengan Rp17,4 triliun.
Demi mengembalikan reputasi mereka di mata publik global, perusahaan otomotif yang tumbuh di masa Perang Dunia II ini berikrar akan membuat kendaraan ramah lingkungan. Salah satu produk yang disiapkan, yakni mobil van elektrik VW I.D. BUZZ yang desainnya mirip dengan VW Kombi.
VW tidak mau melenyapkan Beetle begitu saja tanpa ada “kenang-kenangan” untuk para pecintanya. Maka, dua model “edisi terakhir” pun sudah disiapkan dan rencananya dirilis tahun depan.
Ada dua model New Beetle edisi akhir yang bisa diburu para penggila mobil yang akrab disapa “VW Kodok” di Indonesia itu, yakni model coupe dan convertible. Masing-masing dikemas dalam dua trim level, yakni Beetle SE dan SEL. New Beetle 2019 merupakan Beetle yang terakhir diproduksi pabrik perakitan VW di Puebla, Meksiko.
Melansir Road and Track Model paling murah, yakni VW Beetle Coupe SE dipasarkan senilai 23 ribu dolar AS (Rp340 juta) dan varian paling mahal Beetle Convertible SEL dilego 30 ribu dolar AS (Rp444 juta). Semua varian dibenamkan mesin turbo 4-silinder 2.000 cc, dengan keluaran tenaga 174 dk dan torsi puncak 249 Nm.
Sejatinya Beetle tidak mutlak disuntik mati dan lenyap selamanya. Seperti dikatakan Woebcken, masih ada kemungkinan menghidupkan kembali Beetle dalam wujud mobil listrik, seperti halnya Kombi dalam kemasan I.D. BUZZ.
“Seperti yang diketahui kami ingin beralih untuk memenuhi jajaran produk (mobil listrik), menjadi pabrikan yang ramah lingkungan di AS, dan meningkatkan strategi elektrifikasi menggunakan platform MEB, tidak ada menggantikan (Beetle) dalam waktu dekat. Tapi seperti yang kita lihat pada I.D. BUZZ—yang mana interpretasi modern dan multifungsi dari Bus (VW kombi)—saya juga akan mengatakan tidak ada yang tidak mungkin (memperbaharui VW Beetle),” ujar Woebcken dilansir Forbes.
Jalan Panjang VW Beetle
Perjalanan Beetle di dunia otomotif sudah melalui lintas zaman. Beetle merupakan buah tangan dari Ferdinand Porsche, tokoh besar di balik kelahiran brand otomotif VW dan Porsche. Mencuplik Classic Car History, Porsche mulai merumuskan bentuk purwarupa dari mobil yang nantinya dinamai Beetle. Mobil tersebut dibangun dari sasis baja dengan suspensi torsion-bar independen di setiap roda. Keunikan dari mobil ini, yaitu mesin ditempatkan penempatan mesin di bagian belakang untuk mendapatkan traksi optimal, serta memberikan keleluasaan gerak setir kemudi.
Desainer Austria Erwin Komenda diberi mandat untuk mengembangkan paten desain bodi Beetle. Bentuk oval yang kelak menjadi identitas mobil tersebut dirancang mengutamakan aspek durabilitas, bukan soal estetika. Bodi dan sasis kemudian disatukan dan diikat menggunakan 18 baut di sejumlah titik. Tahun 1938, Ferdinand Porsche mampu merilis versi produksi dari Beetle yang kala itu masih dilabeli VW Type 1.
Namun, denyut produksi Beetle tidak berlangsung mulus saat Perang Dunia II terjadi dan akhirnya gerombolan Nazi kalah, sehingga Jerman harus tunduk pada pasukan sekutu. Setelah PD II berakhir, orang-orang AS yang pernah merasakan performa mesin VW yang dijadikan kendaraan perang menaruh perhatian pada pabrik perakitan VW yang terbengkalai. Pasukan pendudukan di Jerman ikut terlibat dalam proses revitalisasi pabrik VW.
Berdasarkan catatan Car and Driver sampai setahun pasca PD II berakhir, tidak ada yang menjadi nahkoda perusahaan VW. Pemerintahan Militer Sekutu pun akhirnya menunjuk tentara asal Inggris, Mayor Ivan Hirst sebagai pucuk pimpinan perusahaan pada 1946. Di bawah komando Ivan, nadi VW kembali berdenyut. Proyek pertama yang harus diselesaikan yaitu pesanan 20 ribu unit VW Beetle untuk kendaraan pasukan pendudukan.
Tidak lama berselang, disebutkan Car and Driver, pada 1947 industri manufaktur VW pun mulai ditinggalkan oleh orang-orang Inggris, termasuk Mayor Ivan yang tidak tertarik mengembangkan bisnis mobil Jerman tersebut. Mantan petinggi Opel Heinz Nordhoff akhirnya mengambil alih kursi kepemimpinan. Nordhoff pun bergerak cepat dengan menyiapkan rencana ekspor VW ke negara-negara Eropa, seperti Denmark, Swedia, Belgia, dan Swiss. Ekspor besar-besaran VW dilakukan untuk menyehatkan kondisi finansial perusahaan saat mata uang Jerman tengah kepayahan.
Perlahan popularitas VW Beetle menanjak. Tahun 1950, melalui pengusaha mobil impor Max Hoffman, VW mendapatkan akses untuk mengapalkan Beetle menuju Amerika Serikat. Mobil ini pun menjadi favorit para pemilik dealer mobil di negara Adikuasa karena harganya yang murah sehingga cepat laris.
Pada tahun-tahun berikutnya Beetle mendapatkan berbagai macam penyegaran. Warsa 1954, VW memberikan memasang mesin baru berkapasitas 1.192 cc, menggantikan jantung pacu berkapasitas 1.131 cc, sehingga tenaga naik dari 30 dk menjadi 36 dk. Berselang 12 tahun kemudian Beetle diberikan mesin baru yang lebih bertenaga, kapasitas 1.285 cc, melansir tenaga 50 dk. Seolah kurang puas, hanya berselang satu tahun, pada 1967 VW memasang mesin baru di buntut Beetle, kali ini kapasitasnya 1.493 cc, ditandai dengan pemasangan emblem “1500” di kap mesin.
Beetle merupakan produk yang sangat penting dalam hikayat VW di dunia. Kurang dari satu dekade setelah kali pertama diproduksi massal pada 1946, ada 1 juta unit Beetle yang diproduksi dan dipasarkan di berbagai penjuru bumi. Pada 1972, seperti dilansir Classic Car History, Beetle menyandang predikat sebagai mobil yang paling lama dan paling banyak diproduksi di dunia, mengalahkan Model T-Ford. Saat itu lebih dari 15 juta Beetle tersebar di berbagai negara.
Setelah menjejak masa kejayaan di tahun 70’an, VW Beetle menghadapi peralihan tren kendaraan di AS pada medio 90’an. Chief Executive VW saat itu, Ferdinand Piech pun menggodok konsep baru dari Beetle yang dapat menyambar gaya modern. VW New Beetle pun dirilis pada 1998, kala itu Beetle klasik tetap diproduksi. Namun karena penjualannya yang semakin membungkuk, Beetle model lama akhirnya dipetikan pada 2003 silam.
Mengingat pentingnya Beetle dalam aliran sejarah VW, bukan hal mustahil mobil “kodok” itu akan dihidupkan kembali suatu masa mendatang. Tapi untuk saat ini, bersiaplah untuk mengucapkan “Selamat tinggal Beetle!”.
Baca juga artikel terkait OTOMOTIF atau tulisan menarik lainnya Yudistira Perdana Imandiar