Skandal Otomotif: Saat China Sibuk Inovasi, Jepang Rusuh Manipulasi
Uzone.id - Kejomplangan di dunia otomotif sedang terjadi saat ini. Dimana pabrikan Jepang kini malah sibuk terseret skandal manipulasi, sementara pabrikan China agresif berinovasi.
Kalau kita tarik lagi ke satu dekade ke belakang, dimana kondisi yang terjadi adalah sebaliknya. Pabrikan China saat itu sibuk melakukan manipulasi dengan giat-giatnya meniru dan menjiplak produk lain.Sementara pabrikan Jepang, lagi getol-getolnya melakukan riset dan pengembangan untuk mencari sebuah mesin yang dibuat semakin kecil ukurannya, namun semakin bertenaga dan irit BBM.
Sayangnya, dua tiga tahun ke belakang, kita ditunjukkan bagaimana frustasinya pabrikan Jepang untuk melawan persaingan penjualan mobil yang kian keras setelah agresifitas pabrikan China meraja lela dimana-mana.
Bukanya sibuk berinovasi untuk mengejar ketertinggalan dari pabrikan China, sejumlah merek otomotif Jepang malah sibuk tenggelam dalam badai skandal manipulasi.
Salah satunya yang paling parah dan melibatkan sejumlah merek dan jutaan unit kendaraan adalah skandal manipulasi pengujian dan sertifikasi kendaraan.
Paling baru, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang sampai harus meminta untuk melakukan investigasi untuk mengungkap biang dari skandal yang dilakukan para merek Jepang ini.
Daihatsu yang paling parah, karena manipulasi yang dilakukan terkait dengan keselamatan, dimana mereka melakukan manipulasi data uji tabrak pada sejumlah mobilnya.
Toyota, saudara yang manunginya pun ikut terkena imbas dan sampai harus melakukan penghentian produksi dan penjualan sejumlah model.
Belum berakhir, terbaru Toyota juga harus terkena skandal dimana sejumlah mobil Toyota ditemukan melakukan penyimpangan sertifikasi lagi dan kini Toyota Yaris Cross menjadi salah satu model terdampak.
Penyimpangan terbaru ditemukan setelah kementerian menginstruksikan 85 produsen mobil dan pemasok suku cadang untuk menyelidiki apakah sertifikasi diperoleh dengan benar setelah serentetan skandal kualitas baru-baru ini di perusahaan-perusahaan grup Toyota.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa praktik sertifikasi yang tidak benar ditemukan dalam proses yang dilakukan pada tiga model saat ini dan empat model sebelumnya di Toyota.
Toyota dalam keterangan resminya mengatakan, penyimpangan sertifikasi sebagaimana ditemukan kementerian transportasi melibatkan data yang tidak memadai dalam pengujian perlindungan pejalan kaki dan penumpang.
Honda pun sebelas dua belas. Sebagai salah satu raksasa Jepang, turut terseret skandal yang mirip dengan Toyota.
Honda menerima instruksi dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata untuk melakukan investigasi mengenai dugaan tindakan penipuan dalam permohonan persetujuan tipe kendaraan.
"Kami mengonfirmasi adanya kasus perilaku tidak patut terkait pengujian sertifikasi pada saat permohonan persetujuan jenis mobil yang telah kami jual sebelumnya, dan melaporkan hal ini kepada Kementerian pada tanggal 31 Mei," tulis Honda di siaran persnya.
"Kami sangat meminta maaf karena menimbulkan kekhawatiran bagi pelanggan kami, mitra bisnis, dan banyak pemangku kepentingan lainnya," sambungnya.
Honda telah melakukan verifikasi teknis dan pengujian aktual kendaraan secara internal. Kendaraan-kendaraan itu dipastikan bahwa standar yang ditetapkan telah dipenuhi.
Kemudian Suzuki, skandal yang terjadi juga terkait dengan keselamatan, dimana Suzuki melakukan manipulasi data pengujian jarak pengereman produknya.
Pemerintah Jepang juga meminta Suzuki Motor Corporation untuk melakukan penyelidikan apakah ada tindakan penipuan dalam permohonan persetujuan tipe.
Dikutip dari siaran pers Suzuki, menyusul permintaan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang, Suzuki melakukan penyelidikan pencarian fakta.
Ditemukan ada kasus penipuan yang melibatkan model Suzuki Alto Cargo pada tahun 2014.
"Dalam 'Catatan Uji dan Hasil Sistem Pengereman Truk dan Bus' yang diserahkan pada saat pengajuan tipe Alto cargo (non-ABS) pada bulan September 2014, jarak henti dalam pengujian fade test (tes untuk mengukur jarak berhenti ketika rem diinjak berulang kali dan rem menjadi panas) tercatat lebih pendek daripada jarak berhenti yang diukur dalam pengujian sebenarnya," sebut Suzuki.
Dalam uji sertifikasi internal, tekanan rem lemah, jauh di bawah nilai yang ditentukan. Hal ini menghasilkan jarak berhenti yang tidak memenuhi persyaratan hukum.
Bahkan tidak hanya mobil, pabrikan sepeda motor Yamaha pun ikutan terkena imbas skandal manipulasi tersebut.Yamaha Motor Co., Ltd. mengakui telah melakukan penyimpangan prosedur dalam pengujian sepeda motor di Jepang.
Ini menyusul permintaan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang untuk menyelidiki dugaan adanya pelanggaran.
Pabrikan berlogo garpu tala itu menerima perintah dari MLIT Jepang untuk menyelidiki apakah ada aktivitas penipuan dalam permohonan persetujuan jenis kendaraan.
Ada apa dengan pabrikan Jepang?
Itu merupakan sebuah pertanyaan besar sampai hari ini, ditengah dominasinya selama puluhan tahun di pasar otomotif global, termasuk Indonesia.
Skandal-skandal yang muncul saat ini tentu saja hanya sekian dari sekian banyak yang juga sudah terjadi sebelumnya. Salah satunya yang ramai adalah, skandal manipulasi uji konsumsi BBM dan kadar emisi.
Toyota memang masih menjadi pabrikan nomor satu dunia ditengah gempuran skandal. Namun bukan tidak mungkin, perlahan tapi pasti, ditambah dengan semakin baiknya kualitas pabrikan China, kepercayaan akan terkikis dan konsumen akan berpaling.
Maka sudah seharusnya pabrikan Jepang untuk mengurangi ego dan mau belajar dari strategi agresif pabrikan China saat ini dalam usahanya untuk menguasai pasar, sekaligus menggulingkan dominasi Jepang.