Sponsored
Home
/
Technology

Stiker Porno Beredar di Aplikasi Telegram

Stiker Porno Beredar di Aplikasi Telegram
Preview
Muhammad Fikrie10 October 2017
Bagikan :

Sejak Mei 2015, aplikasi pesan instan asal Rusia, Telegram, memberi akses kepada pemrogram untuk membuat stiker digital dan memungkinkan pengguna menginstal stiker-stiker untuk berekspresi dalam percakapan di Telegram.

Para kreator stiker bisa mendaftarkan karyanya melalui bot @stickers di Telegram. Setiap kumpulan stiker akan mendapatkan tautan permanen, sehingga pengguna bisa dengan mudah menambahkan stiker baru atau membaginya ke teman.

Sayang, masih ada pengguna yang memanfaatkan fitur ini dengan membuat stiker yang tidak pantas dikonsumsi oleh kalangan tertentu, termasuk stiker soal pornografi. Stiker seperti ini banyak tersebar di Internet, dan salah satunya dapat diakses melalui Telegramhub.net, situs yang menyediakan beragam stiker untuk Telegram.

Ini jelas bisa menjadi masalah baru di Indonesia, karena layanan Telegram dapat dinikmati oleh masyarakat Tanah Air, dan konten pornografi dilarang oleh undang-undang serta menjadi prioritas konten yang harus diblokir oleh Dirjen Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sendiri sudah angkat bicara terkait stiker pornografi Telegram. Melalui Plt Kepala Biro Humas dan Informasi Kemkominfo, Noor Iza, Kemkominfo sudah melaporkan masalah ini ke pihak Telegram melalui Tim Aduan Konten pada pukul 12.12 WIB dan meminta agar stiker itu diblokir.

"Tim Aduan Konten sudah menindaklanjuti, berkoordinasi ke Telegram," kata Noor Iza, pada Selasa (10/10).

Bukan kali ini saja Telegram bermasalah di Indonesia. Masih kuat dalam ingatan Telegram pernah diblokir pemerintah Indonesia, walau masih sebatas DNS (Domain Name System), pada Juli lalu karena aplikasi itu banyak dipakai teroris untuk beroperasi, termasuk di Indonesia.

Aparat penegak hukum juga mengidentifikasi adanya file digital dalam kapasitas besar yang dikirim lewat Telegram.

Pemblokiran tersebut hanya bertahan sebulan setelah Pavel Durov, CEO Telegram, datang ke Indonesia dan menyatakan komitmennya menghapus konten terorisme dan konten negatif lain di platform-nya sekaligus membuka akses komunikasi langsung dengan pemerintah Indonesia.

Tags:
populerRelated Article