Stres dan Muak dengan Pekerjaan? Waspada Burnout Syndrome
Pekerjaan memang bisa jadi sangat melelahkan dan menguras seluruh waktu juga tenaga. Akibatnya, stres pun datang. Bukan hanya stres biasa, tekanan akibat pekerjaan ternyata bisa membawa masalah kesehatan yang disebut burnout syndrome. Apa itu burnout syndrome?
Mengenal burnout syndrome
Baru-baru ini, organsisasi kesehatan dunia, WHO, menetapkan burnout syndrome sebagai salah satu kondisi stres kronis (28/05).Burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Itu sebabnya, kondisi kesehatan yang satu ini juga dikenal sebagai occupational burnout atau job burnout.
Kondisi ini ditandai dengan kelelahan secara fisik dan emosional akibat ekspektasi dan kenyataan karyawan di posisinya tidak berjalan sesuai yang dibayangkan.
Stres berkepanjangan akibat masalah pekerjaan juga terjadi ketika Anda merasa kewalahan dengan perintah atasan yang terus-menerus datang, namun Anda tak dapat memenuhinya.
Ketika kondisi ini terus terjadi dan dibiarkan, biasanya Anda mulai kehilangan minat pada pekerjaan dan tak lagi menemukan motivasi untuk terus melakukannya. Produktivitas kerja pun jadi menurun.
Dilansir dari situs Mayo Clinic, beberapa ahli menyebutkan bahwa kondisi psikologis lain, seperti depresi, yang melatarbelakangi terjadinya stres akibat pekerjaan ini.
Namun, beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa mereka yang menunjukkan tanda-tanda burnout syndrome, mengaku bahwa pekerjaan mereka bukan penyebabnya.
Sindrom stres kerja ini membuat Anda merasa kehabisan energi, tak ada yang dapat membantu pekerjaan Anda, putus asa, sinis dan mudah marah. Anda merasa bahwa Anda tak lagi bisa berbuat apa-apa di pekerjaan Anda.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, kehidupan pribadi Anda juga bisa terganggu. Terlebih lagi, stres yang berlarut-larut juga bisa membuat Anda rentan terkena penyakit fisik, seperti demam dan flu.
Penyebab job burnout
Burnout syndrome dapat terjadi karena beberapa kemungkinan penyebab berikut, yaitu:
- Tidak mampu mengontrol apa yang terjadi dan yang memengaruhi pekerjaan Anda.
- Bayangan tentang pekerjaan yang tidak jelas.
- Dinamika tempat kerja yang buruk, seperti menghadapi bully di kantor.
- Jenis pekerjaan yang monoton atau bahkan terlalu dinamis, bisa membuat Anda mengalami job burnout.
- Tidak ada dukungan sosial, karena pekerjaan Anda mungkin terlalu mengisolasi diri Anda dari orang lain atau kehidupan pribadi.
- Kehidupan pekerjaan yang tidak seimbang, sehingga membuat Anda tidak memiliki waktu untuk hal lain selain pekerjaan.
Tanda dan gejala burnout syndrome
Perasaan bekerja sendirian tanpa ada yang membantu, pekerjaan yang terlalu banyak, dan tidak dihargai bisa membuat Anda sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kantor.
Meski tidak ada gejala dan ciri yang khas, sebuah jurnal menyebutkan bahwa gejala burnout syndrome biasanya selalu dihubungkan dengan pekerjaan atau stres secara umum.
Umumnya, terdapat 3 ciri job burnout yang dialami seseorang, yaitu:
- Kelelahan. Seseorang kerap kali merasa lemas dan lelah secara emosional, kehabisan energi, stuck mengatasi masalah kerja. Gejala fisik yang juga menyertai biasanya berupa sakit perut atau masalah pencernaan.
- Mengasingkan diri dari aktivitas di tempat kerja. Orang yang mengalami burnout biasanya merasa bahwa pekerjaannya amat banyak sehingga membuat stres dan frustrasi. Akibatnya ia menjadi tidak peduli pada lingkungan dan rekan kerjanya. Di sisi yang sama, biasanya ia juga merasa bahwa dirinya sudah muak dengan pekerjaannya.
- Kinerja menurun. Stres akibat kerja bisa memengaruhi pekerjaan itu sendiri dan membuat tidak produktif. Biasanya orang yang mengalami burnout akan sangat sensitif jika ditanya soal pekerjaannya, sulit berkonsentrasi, dan menjadi tidak terarah dalam bekerja.
Gejala burnout yang memengaruhi kondisi fisik Anda
- Merasa lelah dan lemas
- Sering sakit
- Sakit kepala dan nyeri otot
- Nafsu makan menurun
- Gangguan tidur
Gejala burnout yang memengaruhi kondisi emosional Anda
- Merasa gagal dan meragukan diri sendiri
- Merasa tak ada yang membantu dan terjebak dalam pekerjaan
- Merasa sendirian
- Kehilangan motivasi
- Menjadi lebih sinis dan negatif
- Merasa tidak puas akan pekerjaan
Gejala burnout yang memengaruhi kebiasaan Anda
- Melepaskan tanggung jawab
- Mengisolasi diri dari rekan kerja
- Menunda-nunda pekerjaan
- Makan berlebih, konsumsi obat-obatan, dan alkohol
- Melampiaskan rasa frustrasi Anda pada orang lain
- Datang ke kantor terlambat dan pulang lebih cepat
- Tidak mengerjakan tugas yang diberikan
Mengatasi burnout syndrome
Anda mungkin merasa bahwa tidak ada satu pun yang menolong Anda ketika mengalami burnout syndrome. Namun, sebenarnya terdapat beberapa cara yang bisa lakukan untuk lepas dari jerat stres akibat kerja.
Beberapa hal yang dapat Anda lakukan, antara lain:
- Lihat kembali pilihan Anda. Komunikasikan apa yang Anda rasakan dengan atasan. Anda mungkin dapat bekerja sama dengannya untuk menyamakan persepsi mengenai pekerjaan yang Anda lakukan.
- Bicarakan dengan orang lain. Tak hanya rekan kerja, orang terdekat juga bisa membantu Anda melegakan stres yang Anda rasakan. Ceritakanlah masalah Anda dengan mereka, dengan begitu hubungan Anda dan mereka pun akan semakin kuat.
- Batasi diri Anda dari orang yang negatif. Orang yang selalu berpikiran negatif tanpa menghadirkan solusi dapat membuat Anda semakin terpuruk. Untuk itu, sebisa mungkin batasi kontak Anda dengan mereka.
- Melakukan relaksasi. Beberapa kegiatan relaksasi bisa membantu Anda menghilangkan stres, seperti yoga, meditasi, atau taichi.
- Berolahraga. Olahraga secara rutin bisa membantu Anda mengurangi stres, bahkan hal ini juga dapat mengalihkan pikiran Anda.
- Tidur cukup. Cukup tidur membuat tubuh Anda lebih bugar dan kesehatan pun terjaga.
Burnout syndrome berbeda dengan stres atau depresi
Stres dan burnout adalah dua hal yang berbeda. Bahkan, para peneliti juga membedakan burnout syndrome dan depresi.
Burnout adalah hasil dari stres berkepanjangan. Hal ini tidak sama dengan terlalu banyak tekanan.
Stres secara umum adalah hasil dari banyaknya tekanan yang menuntut Anda secara mental dan fisik. Namun, mereka yang mengalami stres masih dapat membayangkan bahwa jika semuanya berhasil dia atasi, maka dirinya akan baik-baik saja.
Berbeda dengan burnout. Burnout syndrome adalah kondisi ketika Anda merasa “tidak cukup”. Anda merasa sangat lelah secara emosional, merasa hampa, dan seolah yang Anda lakukan tak ada artinya.
Mereka yang mengalami sindrom ini biasanya tidak mampu melihat bahwa masih ada sisi positif yang mungkin terjadi dalam pekerjaannya.
Jika stres membuat Anda merasa seperti “tenggelam” dari tanggung jawab, masalah psikologis yang satu ini membuat Anda merasa bahwa semua yang Anda lakukan sia-sia.
Salah satu ciri khas lagi yang membedakan antara burnout dengan depresi adalah dari mana masalah itu datang.
Biasanya, sindrom ini selalu berhubungan dengan pekerjaan, sedangkan depresi tidak. Pada orang depresi, beban pikirannya bisa jadi tidak hanya datang dari pekerjaan, tetapi juga keluarga, hubungan percintaan, atau hal pribadi lainnya.
Mencegah burnout akibat pekerjaan
Resign dari pekerjaan yang tidak Anda sukai dan mencari pekerjaan baru yang menyenangkan bagi Anda memang merupakan pilihan yang sangat menggiurkan agar tak terus-menerus menderita job burnout.
Namun, kenyataannya, mencari pekerjaan impian tidaklah semudah itu. Jika itu yang terjadi, mengubah pola pikir dan sudut pandang menjadi cara yang paling mungkin untuk mencegah terjadinya burnout syndrome akibat pekerjaan.
Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah stres kerja, antara lain:
Mencari sisi positif dalam pekerjaan
Semenyebalkan apa pun pekerjaan Anda, fokuslah pada hal yang Anda sukai. Misalkan saja, meski pekerjaan ini menyulitkan, namun Anda bahagia melihat orang dari departemen lain terbantu karena apa yang Anda kerjakan.
Bahkan, hal sesederhana teman-teman kerja yang menyenangkan di tengah buruknya lingkungan kerja dan pekerjaan bisa menjadi hal yang positif.
Berteman dengan rekan kerja
Terkadang, teman-teman di lingkungan kerja bisa membuat stres karena pekerjaan sehari-hari berkurang. Itu sebabnya, penting juga untuk membangun hubungan yang erat dengan sesama rekan kerja.
Berteman dengan rekan kerja akan memudahkan Anda membangun obrolan dan bercanda satu sama lain. Hal itu juga dapat membantu Anda mengurangi stres agar tak telanjur terjebak pada burnout syndrome.
Menjaga keseimbangan hidup
Pekerjaan sudah menyebalkan? Cobalah menemukan kembali diri Anda dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman-teman.
Orang terdekat Anda pasti masih sangat menghargai keberadaan Anda di tengah-tengah mereka.
Anda juga bisa menemukan hobi atau mencari kegiatan lain yang membuat Anda bahagia.
Manfaatkan cuti
Jika memang burnout tak terhindarkan lagi, cobalah istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan Abnda.
Cobalah mengambil cuti untuk berlibur demi mengalihkan perhatian Anda sejenak dari kesibukan yang memenjarakan Anda.
Gunakan waktu cuti Anda untuk “mengisi ulang” tenaga serta menyegarkan pikiran Anda.
The post Stres dan Muak dengan Pekerjaan? Waspada Burnout Syndrome appeared first on Hello Sehat.