Home
/
Travel

Studi Sebut Sering Naik Pesawat Bisa Mempercepat Penuaan, Ini Sebabnya

Studi Sebut Sering Naik Pesawat Bisa Mempercepat Penuaan, Ini Sebabnya

-

Angga Roni Priambodo26 August 2019
Bagikan :

Pesawat terbang merupakan salah satu moda transportasi yang banyak digunakan untuk bepergian antarkota hingga antarnegara. Selain cepat, pesawat juga merupakan transportasi paling aman yang ada.

Namun, baru-baru ini, sebuah studi menyatakan jika mereka yang naik pesawat terbang terlalu sering atau istilah kerennya frequent fliers dapat mengalami berbagai penyakit yang mengarah pada penuaan dini.

Menurut studi yang dilaporkan laman SCMP dan Asia One tersebut, jet lag karena kerap naik pesawat disebutkan sebagai salah satu penyebabnya.

Rupanya, jet lag dapat mematikan gen yang berhubungan dengan sistem imun manusia, sehingga meningkatkan risiko terkena stroke atau serangan jantung.

Tidak hanya itu, jet lag dalam jangka panjang pada awak kabin sudah lama diasosiasikan dengan penurunan fungsi memori.

"Salah satu efek terbesar adalah gangguan tidur secara terus-menerus, yang berhubungan dengan banyak masalah kesehatan. Hal ini bisa memengaruhi metabolisme dan meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, serta tekanan darah," jelas Dr Nichola Salmond, pemilik Optimal Family Health di Hongkong.

Ilustrasi penumpang pesawat. (Pixabay/StockSnap)
Preview
Ilustrasi penumpang pesawat. (Pixabay/StockSnap)

Selain itu, ada pula masalah stres saat naik pesawat yang disebabkan oleh delay, pemeriksaan keamanan, dan masalah cuaca.

Hal ini dapat membuat seseorang merasa susah berkonsentrasi, sehingga fungsi kognitif pun menurun.

Yang mengejutkan, naik pesawat terlalu sering ternyata juga dapat membuat seseorang terpapar radiasi layaknya pekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir.

Menurut riset ilmuwan di City University of New York, travelers yang terbang 85.000 mil per tahun akan memiliki tingkat radiasi dalam tubuh melebihi pekerja nuklir.

Belum lagi, makanan di pesawat biasanya memiliki tingkat garam dan gula lebih tinggi. Hal ini dikarenakan lidah manusia menjadi kurang sensitif saat berada di pesawat. Untuk mengatasinya, kadar garam dan gula di makanan pesawat pun terpaksa ditingkatkan.

Gabungan faktor-faktor inilah yang dapat membuat para frequent fliers menderita berbagai penyakit dan fungsi tubuhnya menua lebih cepat.

Ilustrasi penumpang pesawat tertinggal (Pixabay/Free-Photos)
Preview
Ilustrasi penumpang pesawat jet lag (Pixabay/Free-Photos)

Meski begitu, bukan berarti tidak ada solusi yang bisa dilakukan travelers demi mengurangi dampak buruk yang ada.

Menurut pengakuan seorang frequent fliers yang jam terbangnya mencapai 200.000 mil per tahun, dirinya mencoba untuk makan sebelum terbang dan mengurangi makanan pesawat.

Selain itu, travelers dapat mencari hotel yang memiliki gim untuk berolahraga. Mengatur waktu tidur dengan disiplin juga menjadi langkah penting dalam mengatasi jet lag.

Di sisi lain, dampak buruk dari naik pesawat rupanya juga dapat diatasi dengan memiliki sikap positif seputar traveling.

Mereka yang menganggap traveling sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental biasanya juga akan sehat secara fisik.

"Semua yang membuatmu bahagia itu baik. Baru-baru ini aku melihat studi yang menyebutkan bahwa orang bahagia hidup lebih lama. Menjaga otak tetap aktif dapat mencegah Alzheimer, dan pergi ke tempat baru selalu lebih baik dibandingkan duduk di rumah menonton TV," pungkas Dr Nichola Salmond.

 

Berita Terkait:

populerRelated Article