Sucker Head Rilis Album dan Show Terakhir di Hammersonic 2017
Warga dunia maya ( dan pastinya para musisi dari berbagai aliran musik) mendadak gempar pada 2 Agustus 2016 lalu. Berbagai ucapan bela sungkawa dan rasa kehilangan mereka tuliskan dalam status pikiran di media sosial. Beragam media dunia hiburan pun tak kalah ramai mengungkapkan duka cita mereka yang spontan segera menaikkan berita berpulangnya pentolan, motor penggerak band Sucker Head yang sekaligus tokoh pergerakan musik bawah tanah tanah air (pun produser bertangan dingin genre pop) – Krisna J. Sadrach yang menghembuskan napas terakhirnya pada hari itu. “Metalheads Indonesia Berduka,” “Legenda Thrash Metal Indonesia Berpulang,” demikian beberapa headline judul berita dituliskan.
Gelar legenda tentu tak sembarang disematkan kepada seseorang. Walaupun jika saya (sebagai penulis siaran pers ini yang juga merupakan istri dari mendiang) menanyakan, “Kros (panggilan sayang saya kepadanya), memang kamu merasa legend gak sih?” Yang ditanya hanya tersenyum dan menjawab, “Itu karena gue tua bo’, lebih dulu memulai dan ada daripada mereka.” Tak heran jika banyak juga yang mengungkapkan rasa kehilangan seseorang yang begitu rendah hati, menurut mereka, yang juga dekat dengan almarhum. Dan sebelum mendiang memberikan ciuman dan pelukan terakhirnya kepada saya beberapa hari sebelumnya, ia sempat berkata, “Semuanya ku tinggalkan untuk kamu, kamu yang urus – aku sudah tidak peduli lagi, aku akan pergi. Aku percaya kamu bisa mengurus semuanya. You’re the only person that I trust.”Wasiat tongkat estafet dari Sang Legenda Metal berada di tangan saya, dengan sekuat tenaga setelah beberapa waktu larut dalam kesedihan, saya dan keluarga mencoba bangkit. Terutama begitu melihat dan menerima derasnya aliran doa dan semua pesan motivasi diri dari mereka – para pecinta musik tanah air; anak-anak metal itu; saya tak merasa sendiri dalam kerinduan yang meradang.
Berawal dari semua itu, sebuah album studio Sucker Head milik almarhum yang sudah dalam bentuk master rekaman selama lima tahun belum dirilis pun telah diwariskan. Ini membuat saya bersama para personel Sucker Head yang tersisa bertekad bulat untuk mempersembahkan jejak rekam terakhir milik Krisna J. Sadrach bersama bandnya untuk mereka semua; para metalheads. Sebuah Simphoni Kehidupan yang telah dilakoninya sepanjang hidupnya.
Penantian panjang selama 13 tahun bagi para penggemar Sucker Head, sejak album terakhir band ini – Hipertensi (2004) diluncurkan akan segera berakhir. Album terbaru mereka Simphoni Kehidupan akan dirilis pertama kali bertepatan dengan ajang akbar festival metal internasional – Hammersonic 2017 pada 7 Mei mendatang di Ecopark, Ancol, Jakarta. Total album baru ini berisi 10 lagu dengan 8 lagu baru dan 2 lagu versi remix: “Hak Asasi” dan “Mario (Budak Industri)”, kesemuanya masih dimainkan dan direkam oleh Krisna J. Sadrach (vokal – bass), Nano (gitar), Bakar Bufthaim (drums), dan Medy (gitar).
Lagu pembuka yang menjadi judul album ini (“Simphoni Kehidupan”) memberikan gambaran besar akan keseluruhan materi album terakhir mereka. Classic, groovy, melodic, tight, punchy song – percampuran antara thrash metal old school dengan modern sound terwujud di lagu ini. Dapat dikatakan inilah album terbaik karya mereka yang matang dari segala sisi, baik itu teknik rekaman maupun komposisi lagu dan aransemen.
Bercerita mundur ke tahun 2012 saat proses rekaman di Studio Delta, yang hanya menghabiskan waktu sekitar satu hingga 2 bulan lamanya, dalam proses kreatif dan rekaman; semua dikerjakan secara spontanitas di sana. “Wah, gue ingat banget, Nas, waktu gue kasih basic intro di lagu ‘Menunggumu’ ke Krisna, cuma gue kasih begitu dan seperti bimsalabim, almarhum meramunya menjadi sebuah lagu heavy ballad yang enak tanpa meninggalkan kesan melankonis berlebih. Tetap sangar, tetap garang, tetap Sucker Head. Betapa beliau memiliki telinga ajaib. Sementara untuk isian gitar di lagu lainnya gue cuma main simple,” kenang gitaris Medy. “Kenapa sounds album ini berasa lebar, heavy, dan lainnya? Karena saat take bass ataupun gitar – kami nggak main virtual, semua dari ampli,” imbuh Nano seraya menambahkan, “Bahasa sederhananya adalah Simphoni Kehidupan, album kami, heavy namun tetap enak didengar semua telinga – tak terbatas.”
Jika kalian kangen dengan versi The Head Sucker (album pertama mereka, 1995), silakan simak lagu dengan judul “Orang Gila” pada track ketiga. “Itu karakter vokal Krisna banget, powerfull,” tambah drummer Bakar yang juga membantu menuliskan lirik pada lagu tersebut – “Selebihnya ya Krisna J. Sadrach yang written, composed, and arranged all songs. Aku, kami ngikut saja.”
Termasuk ketika lagu “(Mario) Budak Industri” (1995) dan lagu “Hak Asasi” (2004) dibuat versi remix dengan sampling drum heavy beat dimasukkan ke dalam album ini oleh almarhum. Di sini akan terdengar sekali tangan dingin peraih penghargaan The Sell Out Producer (versi Rolling Stone Editors’ Choice Awards 2008), bagaimana Krisna J. Sadrach memberi sentuhan akustik di album-album pop garapannya dan memberikan “kekerasan” untuk Sucker Head. Lalu, apakah selayaknya perjumpaaan berkata tidak pada perpisahan? Seharusnya ia menjawab, “Nyanyikan (saja) lagu ini sebagai tanda abadi, ikuti dan jalani... Simphoni Kehidupan.”