Susahnya Beli Mobil Baru di Indonesia
Uzone.id - Kami syedih, makin susah beli mobil baru di Indonesia. Entah karena harga-harganya yang makin mahal atau penghasilan kami yang gak bertambah.
Coba gaes, apa ada mobil yang banderolnya dibawah Rp100 jutaan? Ada sih, mobil LCGC, Daihatsu Ayla tipe terendah—tapi gak pakai AC.Ya, beberapa tahun silam sebenernya fenomena harga mobil yang terasa semakin mahal udah mulai dirasakan.
VIDEO Test Drive Mobil Listrik Wuling E100:
Karenanya, begitu pemerintah menerapkan kebijakan mobil LCGC, seolah jadi harapan baru para pemburu mobil dengan harga yang masuk akal.
Tapi seiring berjalannya waktu, mobil LCGC pun sekarang kayaknya udah gabisa lagi disebut mobil murah.
Ya itu tadi, dengan banderol dibawah Rp100 jutaan aja, cuma ada Daihatsu Ayla tipe terendah tanpa AC, sisanya semua udah diatas Rp100 jutaan.
Kalau mau yang keren dan dianggap paling value for money, yakni Honda Brio Satya pun, sekarang udah menyentuh angka Rp160 jutaan—setidaknya, ini layak lah disebut sebagai sebuah mobil.
Gak heran, kalau penjualan mobil-mobil LCGC pun merosot. Kalau mengintip perolehan tahun lalu dari Januari sampai Agustus, mobil-mobil LCGC ini bisa terjual sebanyak 232.565 unit, sementara diperiode yang sama tahun ini cuma 137.406 unit.
Lah buat apa dibeli, udah kategorinya mobil murah—sulit buat mendongkrak gengsi, harganya juga jadi sebelas dua belas sama mobil yang bukan kategori murah.
Udah begitu, dengan budget yang sama, sebenernya calon pembeli bisa melirik mobil-mobil bekas berkualitas dan juga gak jarang punya gengsi yang jauh lebih tinggi.
Jadinya ya makin sulit aja buat punya mobil di Indonesia. Beli cash buat para kaum anti riba-riba club uda pasti sulit, nabungnya harus bertahun-tahun macam mau naik haji.
Mau kredit? Bisa sih, tapi sekarang ya harus lebih nekat. Apa sebab? Karena meski Down Payment sekarang bisa lebih rendah, sekira 15-30 persen, cicilan yang ditawarkan bisa ngebuat kalian hanya makan indomie setiap hari.
Kalau diambil rata-rata, cicilan mobil dengan kisaran Rp150 juta sampai Rp250 juta, udah jarang banget yang di kisaran Rp2-3 jutaan perbulan.
Kebanyakan, kalian harus merogoh kocek berkisar Rp5 jutaan perbulan, itupun dengan tenor kredit diatas 3 tahun—luamaaaa banget!
Buat para kaum-kaum nekat tersebut, skema harga mobil yang semakin mahal ini tentu memuaskan pabrikan dan leasing.
Semakin banyak orang yang memilih kredit karena untuk beli cash itu ibarat ‘in your dream’.
Tinggal bagaimana leasing memberikan gimmick marketing, agar orang mau kredit dan seolah itu gak memberatkan—cicilan murah tapi dicicil 20 tahun misalnya, gak berasa kan gaes.
Disisi lain, mau sok-sok berani gak punya mobil pun sulit, karena pemerintah belum juga memberikan akses transportasi publik yang memadai, murah, aman dan nyaman, sehingga ngebuat kita melupakan untuk punya mobil.
Kalau ditarik kesimpulan dari kacamata helikopter, kondisi di Indonesia ini jadi unik.
Harga mobil yang gak sebanding dengan rata-rata penghasilan, transportasi publik yang masih boncos, daya beli tinggi tapi nekat, ngebuat pabrikan berlomba sesering mungkin menawarkan produk baru.
Dan kita-kita rakyat jelata selalu dipaksa untuk berkhayal, dan makin kesini jadi semakin miskin, bodoh tapi sombong..