Telegram Akhirnya Tobat, Kini Ikut Kerjasama Lindungi Anak-anak
Uzone.id — Berbeda dengan platform media sosial lainnya, Telegram cenderung memiliki sikap ‘bodo amat’ pada isi konten yang ada di platform mereka. Tak heran kalau beberapa waktu lalu, sang CEO Pavel Durov tiba-tiba ditangkap akibat adanya kriminalitas di platform tersebut.
Setelah bertahun-tahun mengabaikan permintaan untuk mendaftar ke dalam skema perlindungan anak, aplikasi perpesanan ini akhirnya setuju untuk ikut andil dalam memberantas kejahatan terhadap anak-anak.Menurut laporan dari BBC yang dikutip Kamis, (05/12), Telegram telah telah setuju untuk bekerja sama dengan sebuah badan internasional untuk menghentikan penyebaran materi pelecehan seksual terhadap anak (CSAM).
Telegram bekerja sama dengan Internet Watch Foundation (IWF) untuk membantu mereka mendeteksi dan menghapus konten berkaitan dengan CSAM, serta turut mencegah penyebarannya.
IWF menggambarkan keputusan Telegram sebagai langkah "transformasional" dan memperingatkan bahwa ini baru langkah pertama untuk aplikasi tersebut.
"Dengan bergabung dengan IWF, Telegram dapat mulai menggunakan perangkat-perangkat kami yang terkemuka di dunia untuk membantu memastikan bahwa konten-konten tersebut tidak bisa tersebar," ujar Derek Ray-Hill, CEO sementara IWF.
Saat ini, Telegram memiliki sekitar 950 juta pengguna di seluruh dunia. Meski Telegram disebut sebagai aplikasi yang mengutamakan privasi pengguna, namun hal ini menjadi celah bagi oknum untuk memanfaatkannya sebagai ‘basecamp’ kejahatan online.
Beberapa kejahatan yang sering disorot antara lain promosi obat-obatan terlarang, penawaran layanan kejahatan siber dan penipuan, serta yang terbaru adalah CSAM.
Telegram sendiri sudah melakukan beberapa perubahan pasca Durov ditangkap, beberapa diantaranya akan melaporkan pengguna (alamat IP dan nomor ponsel) apabila melanggar aturan, menonaktifkan fitur ‘people nearby’ yang berkaitan dengan bot dan penipu, dan lebih transparan akan laporan konten yang diblokir.