Tenang Saja, Teknologi AI Belum Bisa Geser Peran Manusia Kok
Uzone.id – Huru-hara soal ancaman teknologi AI (Kecerdasan Buatan) terhadap peran-peran manusia ramai beredar setelah munculnya teknologi AI ChatGPT beberapa waktu terakhir.
Kehadiran chatbot AI dari OpenAI ini menunjukkan kemajuan signifikan di dunia AI sekaligus menciptakan gelombang tren baru di dunia teknologi, namun tak sedikit juga yang menyebutnya sebagai ancaman.Peran AI yang disebut dapat mengurangi adanya human error membuat beberapa pihak sesumbar kalau nantinya teknologi ini akan menggantikan peran manusia di berbagai bidang, termasuk pendidikan.
Nah loh, benarkah demikian?
CTO dan Co-Founder perusahaan edtech Cakap, Yohan Limerta mengatakan kalau untuk menggeser fungsi manusia, banyak elemen dari manusia termasuk dalam memproses data yang tidak bisa digantikan oleh AI.
Walau begitu, sebagai salah satu pelaku di bidang edtech, Yohan mengatakan kalau pihaknya tetap adaptif terhadap berbagai macam teknologi, termasuk AI.
Baca juga: Mark Zuckerberg Move on ke AI, Metaverse Pelan-pelan ‘Mati’?
Ia menjelaskan, pada hakikatnya setiap manusia memiliki sudut pandang, ideologi, pemahaman yang berbeda dalam menerima sebuah informasi.
“Manusia juga memiliki pembuatan keputusan yang berbeda-beda dalam menentukan mana yang benar dan salah. Saya melihat kecerdasan buatan ini akan menjadi salah satu pelengkap yang membantu dalam pembuatan keputusan ataupun pengembangan ide,” ujarnya.
Saat ini ChatGPT mampu melakukan berbagai tugas seperti naskah/copywriting (pidato, surat) hingga translating dan proofreading, namun kehadirannya belum mampu menggantikan manusia.
Hal ini disampaikan oleh copywriter dari EdTech Cakap, Julian Rinaldi dimana menurutnya walaupun menawarkan kecepatan, namun AI seperti menghilangkan unsur emosi yang biasanya diisi oleh seorang copywriter di setiap tulisan yang diproduksi.
Baca juga: Meta Ikut-ikutan Bikin Layanan Bahasa Berbasis AI, Saingan ChatGPT?
“Pada akhirnya kecerdasan buatan seharusnya tidak perlu menjadi ancaman, namun bisa dimanfaatkan membantu seorang copywriter kedepannya,” ujar Julian.
Selain itu, beberapa waktu lalu, melansir dari New York Post, para pendeta yang sering membuat pidato mengungkapkan hal yang senada dimana ChatGPT cukup kompeten namun tidak memiliki empati dan membangun hubungan emosional dengan manusia.
Sejumlah guru bahasa Inggris di platform Cakap mengatakan kalau kekhawatiran yang muncul atas semakin populernya penggunaan AI bisa sangat dimengerti, namun tidak perlu menyikapinya secara berlebihan.
Peran Guru dan tenaga pendidik merupakan salah satu pihak yang cukup ramai disebut akan tergantikan oleh teknologi AI.
Namun, perlu ditekankan kalau kecerdasan buatan tidak bisa mengembangkan karakter dari siswa maupun mahasiswa, termasuk memberikan motivasi dan menjalin hubungan emosional antara guru dan siswa.
Kehadiran dan kemajuan teknologi AI saat ini justru akan sangat membantu dalam memudahkan pekerjaan tenaga pendidik, termasuk dalam hal administratif, penyediaan konten cerdas, voice assistant, automatic assessment dan lainnya.
Peran AI dalam kehidupan memang akan memudahkan segala aktivitas sehari-hari, namun harus dipahami kalau teknologi tersebut tidak bisa mengganti atau bahkan menggeser fungsi dan peran manusia karena hingga saat ini tidak ada teknologi yang memiliki sifat se-kompleks manusia.