Tenun Badui dipasarkan melalui media sosial
Kerajinan tenun hasil produksi masyarakat komunitas adat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, dipasarkan melalui media sosial guna memperluas jaringan pemasaran.
"Kami sangat terbantu memasarkan melalui media sosial, seperti facebook, WA dan istagram banyak pesanan konsumen dari berbagai daerah di Tanah Air," kata Amir (40), seorang perajin UMKM Badui saat dihubungi di Lebak, Rabu.
Selama ini, permintaan tenun Badui cukup tinggi diantaranya jenis tenun suwatsongket, suwatsamata, adumancung, poleng kacang, poleng hidup dan aros.
Kelebihan tenun Badui itu asli hasil produksi UMKM masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak.
Selain itu juga banyak wisatawan membeli kain tenun Badui untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.
Benang bahan baku kain tenunan didatangkan dari Majalaya Bandung, Jawa Barat.
Kerajinan kain tenunan dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual.
Biasanya, kata dia, untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3x2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan.
Mereka para perajin merajut kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia.
"Kami terus mengembangkan tenun motif lain agar bisa bersaing dengan daerah lain," katanya.
Jali (60), seorang pelaku UMKM warga Badui mengaku selama ini permintaan tenun Badui meningkat melalui medsos juga kunjungan wisatawan yang mengunjungi permukiman Badui.
Adapun harga kain tenun dan pakaian batik Baduy itu tergantung kualitas mulai Rp200.000 sampai Rp500.000 per busana.
Pihaknya kini melayani penjualan melalui medsos banyak permintaan dari Bandung, Yogyakarta, Lampung hingga Batam.
"Kami bisa menghasilkan omzet penjualan melalui medsos sekitar Rp15-20 juta per pekan," katanya.
(U.KR-MSR/S023)