Termakan Hoaks, Warga Inggris Bakar Menara BTS 5G
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Uzone.id - Hoaks terkait coronavirus disease (COVID-19) terus merebak ke hampir seluruh dunia. Di Inggris, ada hoaks yang menghubungkan antara menara base transceiver receiver (BTS) dengan penyebaran COVID-19.Mengutip South China Morning Post, Menteri Kabinet Inggris, Michael Gove telah menyampaikan bahwa itu adalah berita palsu yang berbahaya. Ia menegaskan, “Itu omong kosong, omong kosong yang berbahaya juga.”
Sayangnya, dalam beberapa hari terakhir, menara-menara BTS telah dirusak dan staf telekomunikasi di Birmingham, Inggris Tengah dan Merseyside, Inggris Utara dicaci. Alhasil, konektivitas yang menjadi andalan banyak orang di tengah pandemi COVID-19 pun ikut rusak.
Baca juga: Sekolah Dilarang Pakai Aplikasi Zoom
Pembakaran sebuah menara BTS di Birmingham yang dimiliki oleh BT, perusahaan telekomunikasi terbesar di Inggris, menyebabkan kerusakan signifikan. Perusahaan mengatakan bahwa pihaknya menyediakan layanan 2G, 3G dan 4G untuk ribuan orang, tetapi tidak memiliki kemampuan 5G.
Direktur Medis Badan Kesehatan Inggris (NHS), Stephen Powis. mengatakan gagasan konspirasi 5G adalah berita palsu tanpa dukungan ilmiah yang berisiko merusak respons darurat terhadap wabah COVID-19.
"Cerita soal 5G benar-benar omong kosong, ini omong kosong, ini adalah jenis berita palsu terburuk," kata Powis. "Kenyataannya adalah bahwa jaringan telepon seluler sangat penting bagi kita semua."
Baca juga: Google Rilis Laporan Pergerakan Warga Berbagai Negara saat Pandemi Covid-19
"Itu juga jaringan telepon yang digunakan oleh layanan darurat kami dan petugas kesehatan kami dan saya benar-benar marah, benar-benar jijik bahwa orang akan mengambil tindakan terhadap infrastruktur yang kita butuhkan untuk menanggapi keadaan darurat kesehatan ini," kata Powis.
Sementara itu, operator seluler di Inggris, seperti EE, O2, Vodafone dan Three mengatakan mereka mengetahui berita palsu yang menghubungkan 5G dengan pandemi COVID-19. Staf telekomunikasi mereka juga telah diancam. Vodafone, operator seluler terbesar kedua di dunia, mengatakan bahwa serangan itu sekarang menjadi masalah keamanan nasional.