icon-category Technology

Ternyata Penyebab Dinosaurus Punah Bukan Hanya Meteor, Tapi Juga Ada Bukti Lain

  • 03 Mar 2019 WIB
Bagikan :

Lebih kurang enam juta tahun yang lalu peradaban dinosaurus harus berakhir oleh sebuah hantaman besar dari meteorit raksasa. Masyarakat percaya jika hantaman itulah yang menjadi penyebab kepunahan massal dari makhluk purba tersebut.

Namun, setelah dilakukan berbagai penelitian dan penelusuran, penyebab kepunahan massal dari makhluk tersebut tidak hanya berasal dari hantaman meteorit raksasa, lho.

Lalu, apa faktor lain yang membuat punahnya makhluk tersebut dari muka bumi? Berikut ulasannya untuk kamu semua!

Teori hantaman meteorit jadi teori populer

Teori hantaman meteorit jadi teori populer
www.dailymail.co.uk

Berbicara mengenai punahnya dinosaurus memang tak akan terlepas dari teori hantaman meteorit raksasa. Teori itu pun sangat terkenal hingga sekarang dan masyarakat benar-benar menjadi percaya akan teori tersebut.

Menurut para peneliti, asteroid raksasa yang menghantam bumi memiliki diameter kurang lebih 12 km dan menyebabkan kepunahan massal seluruh penduduk bumi.

Teori ini berlandaskan pada penemuan sebuah kawah meteorit raksasa di wilayah Semenanjung Yukatan, Meksiko.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar efek yang ditimbulkan oleh hantaman meteorit raksasa tersebut dapat menyebabkan kepunahan massal semata-mata karena ukurannya yang besar?

Studi dari dua orang peneliti membuktikan hal lain

Studi dari dua orang peneliti membuktikan hal lain
www.sciencemag.org

Dua orang peneliti yang bernama Kunio Kaiho dan Naga Oshima telah melakukan studi mendalam terkait permasalahan ini.

Hasilnya, kepunahan massal dinosaurus serta penduduk bumi lainnya bukan karena semata-mata hantaman meteorit raksasa, melainkan juga karena faktor lokasi hantaman yang mana batuan di sana mengandung banyak sekali minyak dan mudah terbakar.

Ketika meteorit raksasa tersebut menghantam bebatuan tersebut, hantamannya dapat menimbulkan jelaga yang kemudian terlontar ke atmosfer sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari ke permukaan bumi.

Akibatnya pada masa itu, bumi mengalami pendinginan global dengan suhu rata-rata permukaan bumi mencapai -10 derajat celcius.

Hanya 13 persen permukaan bumi yang mengandung batuan berjelaga

Hanya 13 persen permukaan bumi yang mengandung batuan berjelaga
blogunik.com

Kedua ilmuwan tersebut menjelaskan dalam penelitiannya bahwa hanya 13 persen permukaan bumi yang mengandung batuan berjelaga.

Dengan kata lain, apabila meteorit berukuran serupa menghantam bumi di tempat lain, maka kepunahan massal dari dinosaurus sangatlah kecil.

“Ini adalah hasil penelitian yang menarik karena isinya... menyatakan kalau meskipun ukuran meteoritnya besar, peluang terjadinya kepunahan massal sesudah itu ternyata kecil,” kata Paul Chodas, ilmuwan NASA yang fokus pada bidang pengamatan objek-objek di dekat Bumi.

“Kita mungkin sering mendengar sungguh tidak beruntungnya hantaman meteor ini bagi para dinosaurus, dan sungguh beruntungnya nasib kita, sebagai pemuncak dalam keluarga mamalia. Namun sekarang kita punya ukuran mengenai bagaimana tidak beruntungnya para dinosaurus dan bagaimana beruntungnya kita manusia!” sambungnya.

Hantaman meteorit menyebabkan partikel karbon hitam berjumlah 1.7 miliar ton berterbangan di atmosfer

Hantaman meteorit menyebabkan partikel karbon hitam berjumlah 1.7 miliar ton berterbangan di atmosfer
forest.ambient-mixer.com

Kaiho menjelaskan pada saat meteorit menghantam bumi, hantamannya menghasilkan api yang cukup untuk membakar batuan yang mengandung minyak tersebut dan mengubahnya menjadi partikel-partikel karbon hitam berukuran mini sebanyak 1.7 miliar ton.

Partikel-partikel karbon hitam tersebut kemudian terlontar ke atmosfer dan menyebabkan cahaya matahari tidak mampu menyentuh permukaan bumi.

Meskipun hujan seharusnya dapat melarutkan partikel-partikel karbon tersebut, namun mengingat jumlahnya yang sangat amat banyak sehingga partikel lain yang lolos (kurang lebih berjumlah 385 juta ton) masih mampu menghalangi cahaya matahari.

Kaiho sendiri tidak asal bicara. Teori yang dikemukakannya berdasarkan hasil perhitungan dari peta rekonstruksi terhadap berbagai lokasi yang memiliki kemungkinan mengandung batuan berminyak di akhir zaman Cretaceous, zaman punahnya dinosaurus.

Kebanyakan dari lokasi tersebut berada di tepi pantai dan masih erat kaitannya dengan lokasi modern yang memiliki kandungan minyak bumi.

Selain itu, Kaiho juga telah melakukan pemeriksaan terhadap berbagai batuan yang ada di seluruh belahan bumi yang mana pernah menjadi lokasi hantaman meteorit di masa lampau.

Ia pun menemukan jika sampel batuan yang diambil di Haiti mirip dengan sampel yang diambil di Spanyol ketimbang Meksiko. Padahal secara geografis, Haiti lebih dekat dengan Meksiko.

“Adanya (kemiripan) menunjukkan kalau sisa jelaganya berasal dari sumber yang sama, yang menyiratkan kalau jelaganya berasal dari batuan yang menjadi lokasi hantaman Chicxulub,” kata Kaiho seperti yang dikutip oleh National Geographic.

“Kadar hidrokarbon pada batuan sedimen di lokasi hantaman mungkin menjadi penanda level-level pendinginan di darat dan lautan,” imbuhnya.

Pendapat lain dari Sean Gulick

Pendapat lain dari Sean Gulick
discovermagazine.com

Meski telah melakukan observasi secara mendalam, namun teori dari Kaiho masih memiliki kelemahan. Pasalnya berdasarkan hasil pengeboran batuan yang ada di Kawah Meteorit Chixculun tidak ditemukan hidrokarbon dalam jumlah besar.

Sean Gulick dari Universitas Texas berpendapat jika hantaman asteroid yang melontarkan partikel-partikel mini ke atmosfer tersebut bukanlah jelaga hidrokarbon, melainkan uap sulfur.

Ia pun menjelaskan kalau hantaman asteroid raksasa bukan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan kepunahan masal dinosaurus. Akan tetapi faktor lokasi juga menjadi faktor pendukung lainnya.

Ia memberi contoh kalau asteroid berukuran sama pernah menghantam Teluk Chesapeake (sekarang terletak di AS) dan Bavaria Barat (Jerman).

Akan tetapi kedua hantaman tersebut tidak menimbulkan efek kepunahan massal karena lokasi jatuhnya meteorit tidak mengandung batuan-batuan yang mudah meledak.

Sementara itu, rekan Gulick yang bernama Joanna Morgan menjelaskan kalau partikel sulfur yang terlontar ke angkasa diperkirakan mencapai 325 gigaton.

Jumlah tersebut sangat cukup untuk menurunkan suhu permukaan bumi hingga beberapa waktu lamanya.

Nah, itu dia guys penjelasan tentang punahnya dinosaurus di masa lampau. Ternyata nggak semata-mata karena hantaman meteorit raksasa, tetapi juga karena kebetulan lokasi jatuhnya meteorit itu mengandung minyak yang mudah terbakar. Bagaimana menurut kalian?

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini