icon-category Auto

Test Ride Honda CRF 150L: Menikmati Motor Dua Alam di Jalan Aspal

  • 21 Aug 2018 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Motor matik memang udah mainstream deh di jalan raya. Mau centil bisa, mau lakik juga bisa. Kepraktisan jadi faktor utama motor jenis ini.

Namun, ada segmen yang mulai naik daun, bukan lagi sekedar untuk hobi-hobian, tapi lebih ke fungsional dan juga bisa diajak gaya.

Motor trail. Ya, kalau selama ini hanya melihat motor trail diajak main tanah, gue jadi penasaran seberapa asik motor trail dipakai harian di jalan aspal.

Apalagi, ngebayangin permukaan jalan di Indonesia yang gak semua semulus sirkuit. So, segmen motor trail jadi bikin penasaran..

Kepraktisan memang kalah jauh dari skutik, tapi barangkali untuk urusan durabilitas dan gegayaan, trail yang tongkrongannya lakik banget bisa dijadikan alternatif anti mainstream di jalan raya.

Nah, kebetulan Astra Honda Motor menggebrak segmen trail setelah Kawasaki melenggang sendirian.

Karenanya, selama kurang lebih semingguan gue pakai Honda CRF 150L buat wara-wiri rumah kantor.

Dan seperti inilah sensasinya..

Pertama melihat sosoknya, hmm, cukup ramping, meski masih berkesan tinggi. Dan memang lumayan tinggi.

Lampu utama dilindungi cover, kemudian tangki dan sayap belakang minimalis, serta lampu rem yang sebenarnya punya desain kurang gagah untuk sebuah motor trail.

Untungnya, selain punya fungsi mumpuni, tampilan sokbreker depan model up side down berlabur warna emas lansiran Showa, bikin motor ini keren dan berasa mahal.

Suspensi depannya itu punya diameter tabung 37 mm dan jarak travel 220 mm.

alt-img

Tinggi jok dari tanah 869 mm dengan bobot motor sekitar 122 kg, gak bakal nyusahin kebanyakan orang Indonesia deh.

Dengan tinggi badan 178 cm, kaki masih harus jinjit saat menapak, meski gak sampai mengganggu sama sekali.

Posisi tangan dan badan juga enggak repot, layaknya membawa motor pada umumnya.

Di setangnya, tersedia multi information display yang sudah digital. Tampilannya sederhana, namun cukup informatif.

Langsung deh, kunci diputar ke posisi on dan stater dipencet. Brmmm, halah, suaranya biasa aja, gak ada garang-garangnya.

Honda CRF 150L menawarkan mesin berkapasitas 150cc dengan tenaga 12,7 hp di 8.000 rpm, dan torsi puncak 12 Nm di putaran 6.500 rpm.

Asiknya, sudah injeksi, jadi relatif lebih stabil setingannya. Gak seperti Kawasaki KLX yang masih mengandalkan karburator.

Itu juga barangkali yang membuat tenaganya sedikit diatas Kawasaki KLX, yang punya tenaga sebesar 11,5 hp di 8.000 rpm dan torsi puncak 11,3 Nm di 6.500 rpm.

alt-img

Dan ketika selongsong gas coba diputar, not bad! Akselarasi CRF 150L terbilang ringan, dan gejala perpindahan gigi seperti motor trail pada umumnya, relatif gak berasa.

Transmisi 5 percepatan yang ditawarkan juga punya rasio yang cukup pendek, sehingga derungan mesin tidak harus selalu berteriak.

Dan ternyata, tampilannya gak bohong. Motor ini sangat ringan ketika diajak riding.

Sehingga, saat harus menghadapi kemacetan, sama sekali tidak merepotkan layaknya motor-motor sport.

Honda CRF 150L cukup lincah bermanuver dan diajak selap selip diantara jajaran mobil yang parkir karena kemacetan lalu lintas.

Begitu juga dengan suspensi yang bekerja dengan baik. Tidak terlalu lembut, namun kalau sekedar permukaan jalan gelombang dan berlubang sih, macam meluncur di air.

Begitu juga kala dicoba melibas polisi tidur dengan kecepatan yang agak kencang, sama sekali gak membuat motor jadi liar dan tetap mudah dikendalikan.

Kalau pun ada kurangnya, saat digunakan terlalu lama, tangan memang enggak pegal, tapi pantat dijamin pegal.

Mungkin karena desain jok ala motor trail yang ramping, meski material joknya empuk, tetap saja bikin pantat pegal kalau kelamaan.

Selain itu, karena kodratnya sebagai motor trail yang jago melahap tanjakan, jadi kalau diajak ngebut di jalan aspal punya batas kecepatan yang nyaman.

Maksudnya, Honda CRF 150L hanya dirasa nyaman saat kecepatan masih dibawah 65 kpj. Diatas kecepatan itu, bersiap aja tangan kesemutan karena getarannya.

“CRF150L akan menghadirkan petualangan bagi pengendara setiap hari karena memberikan sensasi berkendara menyenangkan baik di jalanan penuh tantangan maupun di jalan raya,” kata Executive Vice President Director AHM Johannes Loman.

Ya, kesimpulan kami setelah mencobanya selama kurang lebih satu minggu, sesuai lah dengan pernyataan petinggi Astra Honda Motor itu.

Dan dengan banderolnya yang masih diangka Rp 30 jutaan, rasanya setimpal dengan apa yang didapatkan. Bahkan, sedikit lebih value for money dari tetangga sebelah..

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini