Test Ride Kawasaki W175, Gaya Klasik itu Asyik (Part 1)
Uzone.id—Percakapan ringan di lampu merah.
“Mas motor apa ini?” tanya seorang biker di sebelah saya. Saat itu, macet di traffic light menunggu lampu menyala hijau, kurang lebih 300 meter selepas saya keluar gerbang kantor pusat Kawasaki di kawasan Abdul Muis, Jakarta Pusat, di pagi hari, waktu matahari belum begitu menyengat.“Kawasaki W175,” kata saya ramah padanya. Mungkin karena orang ini berada sejajar dengan motor yang saya naiki, ketika saya memutar balik dari gerbang tadi, sepertinya tak sempat melihat merek Kawasaki di jok belakang.
“Jadul banget ya tampangnya !”
Lampu pengatur lalu lintas menyala hijau. Macet pun terurai. Biker di samping saya langsung nge-gas motornya, berlalu. Begitu pula saya.
Oh, well ! First impression, orang melihat motor Kawasaki W175 rupanya tertarik pada classic looks nya. Kawasaki W175 memang mengadopsi gaya British naked motorcycles yang menawan perhatian. Di bawah ini varian W175 yang saya kendarai. Pihak Kawasaki meminjami saya unit kasta tertingginya untuk test ride, yakni Special Edition (SE) berwarna Metallic Matte Covert Green.
Untuk varian SE di atas masih ada dua pilihan warna lainnya sesuai selera, Metallic Spark Black dan New Silver.
Saya diberikan waktu beberapa hari untuk mencoba motor dari trah W family series Kawasaki ini. W175 adalah model terbaru dari “W Series”, seri yang sudah ada lebih dari 50 tahun silam.
DNA W Series melekat kuat pada W175. Generasi W1 bermula pada tahun 1966 sebagai "W" pertamanya Kawasaki, dan terus mawaris dari generasi ke generasi hingga memiliki W250, dan W800 yang berkapasitas mesin 773 cc, yang dilepas di pasar Indonesia pada Agustus 2015. Kini, saya menunggangi “W Series” ber-cc sedang, 177 cc single. W175 adalah motor retro pertama dan satu-satunya di kelasnya.
Dari Jalan Abdul Muis, saya menuju Jalan Kebon Sirih Raya. Masih macet. Larut dalam kemacetan, saya tidak merasa berat mengendalikan W175 ini karena bobotnya hanya 126 kilogram.
Dari catatan spek, panjangnya 1.930 mm, lebar 775 mm, dan tinggi 1.030 mm, dimensi body yang tidak terlampau besar ini cocok untuk komuter sehari-hari. Saya merasa tidak cepat lelah mengendarai W175 kendati terjebak di sejumlah spot macet sejak pagi hingga siang hari, di mana matahari mulai galak pada saya.
Classic Attitude
Desain vintage W175 terasa bold. Tampak dari single speedometer analog dan tangki berbentuk teardrop yang elegan, menampung 13,5 liter bahan bakar dengan kisaran konsumsi 1:30 yang diproyeksikan irit dan efisien. Terdapat emblem ciri khas keluarga ‘W” dan knee grip pad. Bentuk spion membulat. Fender depan terbuat dari besi, bentuk fender belakang menyerupai fender Kawasaki Estrella. Cita rasa klasik yang bold, menyita perhatian.
Menurut Line Head Marketing Kawasaki Motor Indonesia Sucipto Wijono S, Kawasaki berani tampil beda di antara Agen Pemegang Merek (APM) Jepang lainnya dengan menjadi pioner motor retro di kelasnya dengan W175 ini.
Kembali ke jalan. Grip gas saya putar lebih dalam, motor melaju akseleratif dan responsif. Tenaga di putaran bawah terasa besar. Gigi 1, 2, 3, 4, dan 5 perpindahannya mulus dan lancar.
Pada kecepatan 40-60 kilometer lancar tanpa getar. Di kecepatan 80 kilometer-100 kilometer saat melewati jembatan fly over Kuningan yang lowong, sedikit saja saya rasakan vibrasi. Turun fly over, yaaaah macet lagi..
Saya perhatikan riding position W175. Posisi berkendara siap siaga. Menantang Bro ! Kesannya pengendara selalu waspada, sedikit mirip posisi motorsport. Posisi ini, yang saya rasakan cool untuk jarak dekat.
Namun, macet dan lagi-lagi macet yang saya temui sepanjang rute dari Jalan Abdul Muis, ke arah Menteng, ke Jalan Kuningan, hingga akhirnya tiba di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, kurang lebih 2 jam.
Saya merasa kedua pergelangan tangan kesemutan. Sebab, berat badan bertumpu di kedua belah telapak tangan, lantaran riding position yang semi merunduk W175.
Saya berharap, pihak Kawasaki dapat menyediakan part optional atau aksesoris berupa handle bar yang sedikit tinggi, mungkin bergaya stang mini ape hanger. Jadi, tidak merunduk bercorak sporty seperti ini. Kalau motor ini punya saya, pasti saya langsung ganti handle bar nya. Hahaha.. sayangnya ini motor cumi alias cuma minjem. Sudah minjem cerewet lagi. Ups ! Ini sekadar masukan untuk Kawasaki. Boleh dong.
Dengan begitu, rasanya W175 akan lebih nyaman untuk touring atau berkendara jarak jauh. Soalnya, sayang kan, punya tangki besar yang akomodatif di W175, yang dapat menampung cukup banyak bahan bakar, tapi riding position nya hanya asyiik untuk city ride, atau berkendara dari mal ke mal, cafe to cafe. Apalagi, penggemar touring di Indonesia tercintaaah ini cukup banyak...
Melaju terus, ke mana saja? Cobain di jalan sepi yuk.. Oiya..Saya juga sempat syuting video bersama Kawasaki W175. Yeaaay..Ikuti terus Uzone.id