Home
/
Film

The Punisher, Si Rapuh yang Memillih Bergerak di Luar Hukum

The Punisher, Si Rapuh yang Memillih Bergerak di Luar Hukum
Yusuf Wijanarko29 November 2017
Bagikan :

Saat menyelesaikan episode pertama The Punisher, kita seolah dibawa ke arah yang tidak diketahui setelah sebelumnya dimanjakan cerahnya semesta Marvel. The Punisher memupuk rasa penasaran dengan cara yang benar-benar menjengkelkan tapi juga menyenangkan.

The Punisher dibuat berdasarkan karakter komik Marvel dengan nama sama yang pertama kali muncul tahun 1974 dalam The Amazing Spider-Man #129. Kedalaman karakter yang kuat membuat The Punisher punya basis penggemar setia yang terus bertumbuh dan beregenerasi.

Informasi mendasar yang tersebar di berbagai media membuat kita punya cukup bekal guna mengikuti kisahnya dalam serial musim pertamanya yang sudah bisa disaksikan secara streaming di Netflix ini.

Sedikit hal yang kita ketahui setelah menyaksikan episode pertamanya ialah The Punisher alias Frank Castle (Jon Bernthal) berpikir dendamnya sudah terbalaskan tapi ternyata tidak senaif itu.

Kita tahu pula bahwa Billy Russo alias Jigsaw (Ben Barnes) akan menjadi musuh utama Frank Castle. Tak usah berharap Billy Russo mati begitu saja. Terlebih ini baru musim pertama. Ini cuma permulaan. Kita hanya harus menunggu untuk tahu bagaimana wajahnya yang rusak itu dia dapatkan sampai menyaksikan ke-13 episodenya.

Lantas, ada David Lieberman alias Microchip (Ebon Moss-Bachrach) yang akan menjadi rekan kerja The Punisher. Kedekatan antara keduanya dibangun dengan apik. Sementara munculnya Karen Page menegaskan bahwa film ini berkaitan dengnan persitiwa dalam serial Daredevil. 

Preview

Preview

Inti cerita musim pertama ini adalah tentang Frank Castle yang mendapati fakta bahwa pembunuhan anak-istrinya tidak hanya melibatkan kartel narkoba. Lebih jauh dari itu, semuanya berkaitan dengan konspirasi besar yang melibatkan para petinggi di sejumlah lembaga negara seperti CIA dan Homeland Security. Hal itu membuatnya sangsi dengan para penegak hukum formal. Di tengah petualangannya melacak fakta dan membalas dendam, dia mendapat bantuan dari sekutunya yang berdatangan satu-persatu.

Dari 13 episode di musim pertamanya, episode 10 adalah bagian terbaik. Permainan plotnya yang tidak linear memang tak terhindarkan karena tuntutan cerita. Pengaruh Brian De Palma saat mengerjakan Snake Eyes (1998) sangat terasa dalam episode 10.

Kriminal

The Punisher adalah tokoh antihero yang rapuh degan segala sisi kemanusiaannya. Banyak orang menyukainya, dibanding tokoh Marvel lain, karena alasan tesebut.

Dia berdarah. Dia tak bisa menghindari peluru. Kekuatan fisknya terbatas. Dia emosional dan mudah galau. Dengan kata lain, dia manusia pada umumnya.

Jika dalam tahun-tahun belakangan kita terbiasa dengan aksi main sikat ala Iron Man, Hulk, Captain America, maupun Thor, yang seolah berterima di masyarakat, The Punisher memberi sudut pandang baru dalam menilai penegakan keadian.

Lewat The Punisher kita ditawarkan sudut pandang baru bahwa orang yang main hakim sendiri tidak melulu akan membuat pelakunya dianggap pahlawan apalagi pahlawan super.

Di dunia nyata, orang yang main hakim sendiri di luar perangkat hukum resmi adalah kriminal. Nilai-nilai moral menjadi nihil.

Akan tetapi juga Frank Castle unik karena menyadari bahwa balas dendam terbaik adalah membiarkan musuhnya hidup. Baginya, mati terlalu simpel bagi mereka. Tapi hidup—apalagi sampai berumur panjang—dalam ratapan adalah penyiksaan tak terperi.

Jangan lupa juga kalau Frank Castle adalah karakter dengan family issues dan trauma issues yang membuatnya punya penilaian lain terhadap tatanan hukum yang bagi kebanyakan orang dianggap sudah mapan.

Semua itu menuntunnya pada penilaian bahwa duduk perkara semua persoalan sesimpel hitam dan putih.

Dalam The Punisher, latar belakang kisahnya pun direka ulang. Jika dulu dia digambarkan sebagai prajurit yang terlibat dalam perang Vietnam, kali ini latar waktunya disesuaikan dengan zaman. Dia adalah veteran perang Timur Tengah. Bahkan, misi turnya di Afghanistan menjadi alaan kuat kenapa anak-istrinya dibunuh.

Kalau boleh menebak, dalam musim berikutnya, barangkali kita akan dibawa lebih dalam memahami dunia hitam putih Frank Castle. Atau, jangan-jangan dia sudah langsung dilibatkan ke dalam semesta Marvel yang lebih luas bersama dengan berbagai karakter berkekuatan super macam Iron Fist dan Luke Cage.***

populerRelated Article