icon-category Sport

Timnas Indonesia U-19 Butuh Dukungan, Bukan Hinaan

  • 27 Oct 2018 WIB
Bagikan :

Timnas Indonesia U-19 selangkah lagi menuju ke Piala Dunia U-20 2019. Kemenangan atas Jepang pada perempat final Piala Asia U-19 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (28/10), akan memastikan langkah skuat Indra Sjafri ke Polandia.

Indonesia melangkah ke perempat final Piala Asia U-19 2018 berkat kemenangan 1-0 atas Uni Emirat Arab pada laga terakhir Grup A di SUGBK, Rabu (20/10).

Kemenangan itu kian mendongkrak harapan publik sepak bola Indonesia. Namun, bukan hanya pujian. Sejumlah cacian di media sosial tetap diarahkan kepada sejumlah pemain Garuda Nusantara.

Salah satu pemain yang mendapat hujatan adalah kapten Indonesia Nurhidayat Haji Haris. Ia kembali dihujani cemoohan lantaran mendapat kartu merah atau kartu kuning kedua karena melakukan pelanggaran terhadap pemain UEA.

Beruntung Nurhidayat tidak menjadi sorotan utama lantaran Garuda Nusantara mengalahkan UEA 1-0 berkat satu-satunya gol Witan Sulaeman pada menit ke-23.

Indra Sjafri pernah mengatakan biar dia yang menanggung beban target ke Piala Dunia U-20, bukan para pemain Timnas Indonesia U-19. (Indra Sjafri pernah mengatakan biar dia yang menanggung beban target ke Piala Dunia U-20, bukan para pemain Timnas Indonesia U-19. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Nurhidayat sempat menjadi sasaran kemarahan yang lebih besar dari netizen karena blunder saat Garuda Nusantara dikalahkan Qatar 5-6. Gol pertama tim lawan yang dicetak Hashim Ali pada menit ke-11 luput dari kontrolnya.

Pelatih Indra Sjafri mengakui pemainnya itu melakukan blunder fatal. Namun, Nurhidayat tetap diberikan kesempatan kedua melawan UEA.

Pelatih yang pernah membawa Indonesia juara Piala AFF U-19 2013 tak mau ambil pusing dengan komentar-komentar miring publik terhadap pemainnya. Ia masih ingin memberikan kesempatan kepada pemain yang dinilai dan diyakininya paling siap untuk dimainkan, terlepas dari kesalahan yang dilakukan pemain tersebut.

Terbukti, Indra membela Nurhidayat dari kritikan pedas usai pertandingan melawan UEA dengan mengatakan pemain PSM Makassar itu merupakan salah satu pahlawan di Timnas Indonesia U-19.

"Ada media yang kemudian menyoroti kartu merah Nurhidayat dan kesalahan-kesalahannya pun dibahas. Tapi mereka tidak tulis, seandainya dia tidak melakukan pelanggaran itu, bisa saja gawang Timnas Indonesia kebobolan. Seharusnya berimbang," tutur Indra saat bincang-bincang santai dengan CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.

Witan Sulaeman menjadi penentu kemenangan Timnas Indonesia atas UEA 1-0. (Witan Sulaeman menjadi penentu kemenangan Timnas Indonesia atas UEA 1-0. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)

Indra Sjafri setuju kritik bisa membantu menuju perbaikan. Namun, ia menganggap kritikan yang dilontarkan publik terhadap para pemain muda terlalu berlebihan, bahkan arahnya sudah caci-maki.

"Bagaimana pun harus berimbang. Jangan terlalu memuji-muji [Timnas Indonesia U-19], tapi juga jangan dicaci ketika kalah. Ini yang bermain adalah pemain-pemain usia muda dan perlu dijaga mental mereka," kata Indra sembari menyatakan biarkan beban target ke Piala Dunia U-20 berada di pundaknya, bukan di Garuda Nusantara.

Tak dimungkiri, harapan publik begitu tinggi terhadap Timnas Indonesia U-19 untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-20. Faktornya bisa karena sepak bola menjadi primadona di Tanah Air, sekaligus dahaga prestasi berkepanjangan karena belum sekali pun Timnas Indonesia senior meraih prestasi bergengsi, bahkan di level Asia Tenggara.

Garuda Nusantara asuhan Indra pun kini seolah menjadi tumpuan harapan-harapan tersebut. Meminjam istilah pelatih berdarah Minang itu, tak elok rasanya membebankan harapan kepada skuat muda disamakan dengan tim senior di Timnas Indonesia.

Biarkan masa-masa muda menjadi momen para penggawa Garuda Muda menikmati sepak bola sekaligus belajar. Menang atau kalah, jangan renggut kesenangan mereka bermain di lapangan hijau dengan harapan berlebihan.

Timnas Indonesia U-19 tampil di perempat final Piala Asia U-19 untuk kali pertama sejak 1978.Timnas Indonesia U-19 tampil di perempat final Piala Asia U-19 untuk kali pertama sejak 1978. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Mengutip pernyataan pelatih PSM Makassar, Robert Rene Alberts, tim-tim usia muda baik di klub maupun tim nasional, masih masuk tahap 'groomed' atau tengah dipersiapkan. Ia mengatakan persiapan yang baik dan benar inilah yang menentukan seberapa berkualitas tim-tim senior dalam beberapa tahun ke depan.

Salah satu bersiapan yang benar adalah menguatkan mental para pemain, bukan menjatuhkan. Belum waktunya bagi para pemain muda dibebankan harapan yang terlalu tinggi.

Piala Asia U-19 maupun Piala Asia U-16, sejatinya ajang kompetisi persiapan dalam rangka membina usia muda menuju level senior. Ada pun tiket Piala Dunia U-20 bagi semifinalis merupakan semacam bonus bagi mereka yang bermain apik.

Kita boleh berbangga jika nantinya Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan mengulang sukses tampil di Piala Dunia U-20, yang kali terakhir dirasakan Indonesia pada 1979. Tentu jadi gengsi tersendiri, apalagi bagi Indonesia. Namun, jangan samakan prestasi negara-negara yang pernah lolos ke Piala Dunia U-20 dengan ajang Piala Dunia.

Toh tak sedikit tim-tim yang pernah lolos ke Piala Dunia U-20, namun belum pernah tampil di Piala Dunia. Sebut saja tim negara-negara macam Mali, Fiji, Uzbekistan, Vietnam, bahkan Myanmar pernah merasakan ajang Piala Dunia U-20, tapi belum pernah tampil di Piala Dunia.

Bagi Indonesia, Piala Dunia U-20 akan menjadi oase di tengah dahaga prestasi Timnas Indonesia. Mimpi Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan untuk tampil di Polandia--tuan rumah Piala Dunia U-20--merupakan angan yang sama dengan jutaan publik sepak bola Indonesia.

Para pemain Timnas Indonesia U-19 mengepskresikan rasa syukur mereka lolos ke perempat final Pala Asia U-19. (Para pemain Timnas Indonesia U-19 mengepskresikan rasa syukur mereka lolos ke perempat final Pala Asia U-19. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Meski demikian, bukan aib apalagi 'dosa' jika mereka gagal ke Piala Dunia U-20 sehingga lantas dihakimi. PSSI boleh saja menargetkan Indra Sjafri untuk membawa Merah Putih ke ajang itu pada percobaan kali keduanya. Namun, itu tak lebih dari misi pembinaan usia muda.

"Succes is not final and failure is not fatal [sukses bukan suatu yang final dan kegagalan bukan hal fatal]" demikian kata-kata bijak Perdana Menteri Inggris era 1945-1955, Winston Churchill, yang baru-baru ini dikutip pelatih Conor McGregor, John Kavanagh.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini