Tokopedia Ajak Milenial Melek Literasi Keuangan via Investasi Digital
-
(Foto: dok. Tokopedia)
Uzone.id -- Investasi digital semakin akrab di kalangan milenial. Selain karena milenial memang terlahir di era digital, investasi digital yang ada saat ini juga memberikan layanan cepat, mudah, dan terjangkau. Perencana keuangan sekaligus Founder Finansia Consulting, Eko Endarto memandang hal itu yang melandasi keakraban antara milenial dan investasi digital.“Untuk kalangan milenial, biasanya mereka suka yang seperti itu. Informasi saat ini berlangsung cepat. Kalau zaman dulu, misalnya saham, itu kan harus menunggu atau menelepon untuk tahu harga, kalau sekarang kan sudah online semua,” ujar Eko dalam wawancara dengan Uzone.id, belum lama ini.
Saat ini pun, banyak platform yang telah menyediakan beragam layanan investasi dengan kriteria seperti di atas, salah satunya adalah perusahaan teknologi Indonesia, Tokopedia. Rahma Dani Puji Astuti, salah satu Toppers atau sebutan bagi pengguna Tokopedia, menyatakan betapa seru berinvestasi reksa dana di Tokopedia.
Perempuan berusia 24 tahun itu berkenalan dengan investasi reksa dana di Tokopedia sejak September 2019. Ketika itu, dia tertarik dengan layanan investasi reksa dana yang bisa dimulai dari Rp10 ribu.
“Nah, saya akhirnya mencoba, awalnya juga cuma investasi Rp10 ribu. Tapi lama-lama jadi rutin setiap bulannya, setiap gajian,” tuturnya kepada Uzone.id dalam wawancara via aplikasi pesan singkat beberapa waktu lalu.
Setelah berinvestasi hingga saat ini, Puji merasa puas. Ia menegaskan, “Hal yang saya suka itu, prosesnya cepat, mudah kalau mau jual dan beli reksa dana, tiap awal bulan pasti dapat laporannya juga.”
Keseruan pengalaman investasi digital di Tokopedia tak cuma soal reksa dana. Ada pula beberapa pengguna yang mencoba investasi emas. Bahkan, mirip seperti reksa dana yang bisa dimulai dalam nominal rendah, jual-beli emas di Tokopedia dimulai dari 5.000 rupiah saja. Selain itu, terdapat juga fitur ‘Pembulatan Emas’ di mana pengguna bisa membulatkan nominal belanja pada halaman ‘Checkout’ mulai dari 500 perak.
Pengguna bernama Qisthina Novita mengatakan, hal yang membuatnya tergiur mencoba investasi emas di Tokopedia karena rasa nyaman serta faktor UI (User Interface).
“Saya mulai investasi emas di Tokopedia sejak 2019, sejak awal memang lebih suka UI Tokopedia dibanding marketplace lain,” tutur perempuan usia 25 tahun itu.
Awalnya, Qisthina memang rajin belanja groceries di Tokopedia, kemudian dia menggunakan menu “Bulatkan Tagihan dengan Menabung Emas” yang menurutnya, sangat praktis dan cukup informatif karena membuatnya lebih nyaman untuk benar-benar menabung.
“Saya juga sukanya itu ada cashback setiap hari Rabu. Cashback ini dilarikan ke OVO Points dan bisa digunakan lagi untuk belanja di Tokopedia. Biasanya sebulan tuh OVO Points saya bisa terkumpul 70 ribuan. Jadi menurut saya ini konsep yang menarik, praktis, dan kebetulan cocok di saya,” sambung Qisthina.
Tokopedia dan inovasi investasi digital
Tokopedia memang telah menginisiasi layanan pembelian reksa dana online sejak awal Maret 2018. Ketika itu, Tokopedia menggandeng marketplace reksadana online PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa) untuk mempermudah akses masyarakat dalam berinvestasi. Terdapat dua produk reksa dana di Tokopedia: Mandiri Pasar Uang Syariah Ekstra, investasi reksa dana berbasis syariah, dan Syailendra Dana Kas.
Samuel Sentana, AVP of Financial Technology Tokopedia menyatakan, “Mulai dari 10 ribu rupiah, semua orang sudah bisa berinvestasi di Tokopedia ReksaDana. Investasi ini juga sangat fleksibel. Apabila sewaktu-waktu dibutuhkan, pengguna bisa langsung menarik uang kapan saja, bahkan di hari libur sekalipun.”
Taka lama setelah itu, tepatnya pada pertengahan Maret 2018, Tokopedia resmi meluncurkan layanan Tokopedia Emas.
Harga yang stabil dan cenderung naik setiap tahun membuat emas menjadi salah satu instrumen investasi “primadona” bagi masyarakat Indonesia. Tingkat likuiditas emas juga tergolong tinggi, sehingga mudah untuk diuangkan.
Tokopedia Emas merupakan produk yang memungkinkan masyarakat untuk membeli dan menabung emas digital dalam jumlah (gram) kecil. Hanya dengan Rp500, masyarakat sudah bisa berinvestasi emas melalui sistem pembulatan emas dalam setiap transaksi di Tokopedia.
Melalui kerja sama dengan Pegadaian, produk investasi emas di Tokopedia pun sudah mengikuti prinsip-prinsip Syariah.
Mulai investasi digital, kenapa tidak?
Pandemi COVID-19 telah membatasi aktivitas banyak orang, termasuk dalam berinvestasi. Keberadaan investasi digital seakan "angin segar" bagi kalangan milenial yang ingin menanamkan uang mereka saat ini.
Eko juga berpendapat bahwa pandemi turut meningkatkan tren investasi digital, begitu pula sebaliknya. Ia menegaskan, “Minimal, tingkat ketertarikan seseorang terhadap investasi lebih meningkat sekarang, karena pandemi tidak pasti dan situasi membuat mereka harus di rumah saja, lagi buka internet, kebetulan ada informasi harga saham, emas, reksa dana, jadi mereka mau tidak mau ikut.”
Namun, rasanya sangat disayangkan apabila membayangkan generasi muda yang melek teknologi, tapi gagal fasih soal literasi keuangan yang sebenarnya sudah banyak versi digitalnya.
Berbicara literasi keuangan, bukan berarti harus membaca tumpukan buku bisnis dan akuntansi untuk mengerti semuanya. Semuanya bisa dipelajari dan dirasakan ketika mencoba.
Masih dari Samuel, dia membeberkan beberapa tips sederhana namun layak diingat ketika generasi muda mengelola keuangan masing-masing.
Pertama, sisihkan pendapatan. Hal ini penting dilakukan agar dapat menentukan prioritas kebutuhan, dari sini akan muncul kebiasaan untuk mengurangi keinginan untuk nongkrong dan hal-hal yang sifatnya konsumtif.
Pada intinya, jangan lupa untuk selalu menyisihkan setidaknya 20-30 persen dari pendapatan bulanan. Dari situ, uang yang disisihkan bisa dibagi dua, untuk ditabung dan diinvestasikan.
Baca juga: 'Rahasia Dapur' Tokopedia, dari Marketplace jadi Perusahaan Teknologi Indonesia
Kedua, pilih jenis investasi. Menurut Samuel, setiap jenis investasi punya karakteristik yang berbeda. Secara umum ada tiga jenis berdasarkan tingkat risikonya.
Jenis pertama adalah investasi ‘no risk’ seperti tabungan dan deposito di bank. No risk artinya, si investor tidak perlu melakukan apa-apa, cukup simpan uang dan menunggunya bertumbuh.
Kemudian ada investasi ‘moderate risk’ seperti reksa dana dan surat utang negara. Biasanya, investasi jenis ini punya bunga 6-8 persen per tahun.
Level terakhir adalah investasi ‘high risk’ seperti produk saham. Sebelum terjun ke sini, ada baiknya calon investor mengerti lebih dulu tentang dinamika pasar paham.
Mau bagaimanapun, sesuai namanya, investasi saham mengandung risiko besar yang menyebabkan kerugian apabila kita salah strategi atau kurang memahaminya.
Ketiga, generasi milenial memahami cara mengakses investasi pilihan. Setelah memilih dan merasa nyaman dengan jenis investasinya, cari tahu akses dan cara kerjanya dengan seksama.
Dan hal yang perlu digarisbawahi adalah, betapa beruntungnya generasi milenial yang memiliki banyak opsi produk investasi yang bisa diakses dengan cepat, mudah, dan murah melalui teknologi digital. Only one click away.
Meski dimulai dengan sedikit, bukan berarti hal ini menjadi halangan untuk memulai. Sedikit-sedikit, lama-lama juga menjadi bukit.