Tren Belanja di E-Commerce Usai Pandemi, UMKM Wajib Catat Nih!
Ilustrasi foto: tirachardz/Freepik
Uzone.id – Tren berbelanja selama kurang lebih 3 tahun pandemi sempat bergeser dari offline ke online, alhasil UMKM pun harus ngebut beradaptasi dan pindah ke platform digital seperti e-commerce agar usaha mereka tetap bertahan.
Di 2023 ini, status pandemi pun resmi usai dan banyak kegiatan yang sudah kembali ke semula, termasuk belanja. Metode transaksi offline juga ikut menggeliat di tengah gempuran usaha online.Lalu, apakah belanja online masih tetap jadi pilihan bagi masyarakat usai perubahan status menjadi endemi? Apa yang harus dilakukan UMKM untuk menghadapi perubahan ini?
Berkaca pada hasil riset Kredivo dan Katadata Insight Center, aktivitas belanja masyarakat masih akan tetap didominasi online meskipun belanja offline kembali bangkit.
Hasilnya, dalam Laporan Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia 2023, sebanyak 79,1 persen konsumen memilih untuk menggunakan metode kombinasi antara berbelanja online dan offline.
“Meski beberapa temuan riset menunjukkan ada perubahan dalam tren belanja online masyarakat di tahun 2022, kami optimis bahwa belanja online masih tetap menjadi preferensi masyarakat di masa endemi saat ini,” kata Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, Rabu (12/07).
Tren belanja online pasca pandemi pun pastinya akan berubah, pelaku UMKM harus mengantisipasi hal ini untuk menciptakan peluang baru di era endemi ini.
Berikut beberapa temuan tren yang bisa dijadikan referensi UMKM dalam menyusun strategi usaha saat masa endemi.
Usia di atas 36 tahun lebih suka belanja online
Generasi lebih tua ternyata lebih konsisten berbelanja online di e-commerce. Dari 2020 hingga 2022, total transaksi orang berusia 36 tahun ke atas di e-commerce meningkat dari 24 persen, menjadi 29 persen dan 31 persen di 2022.
Konsistensi ini bisa menjadi peluang baru bagi UMKM untuk menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti alat kebersihan dan peralatan yang menunjang keamanan rumah.
Produk makanan sehat dan bergizi juga punya potensi besar seiring meningkatkan kesadaran akan kesehatan di kalangan generasi yang lebih tua.
Sediakan paket bundling dan diskon untuk konsumen lajang dan belum punya anak
Selanjutnya, konsumen lajang dan belum memiliki anak rata-rata menghabiskan dana Rp368 ribuan setiap satu kali transaksi. 2 segmen ini dinilai lebih berani menghabiskan nominal besar untuk berbelanja online.
Nilai transaksi yang cukup besar ini dikarenakan mereka memiliki kemandirian finansial tinggi dan hanya bertanggung jawab pada diri sendiri.
Pelaku UMKM bisa menghadirkan paket bundling atau diskon untuk pembelian dalam jumlah besar untuk menggaet minat dari 2 segmen konsumen tersebut.
Produk skin care viral makin dicari
Peluang lain yang bisa dimanfaatkan oleh UMKM adalah dengan menyediakan produk perawatan diri yang tengah populer di sosial media dan sudah berada di bawah BPOM. Pasalnya, masyarakat seringkali FOMO dalam hal produk kesehatan viral dan kecantikan.
Akan jadi strategi efektif bagi UMKM untuk menghadirkan produk skin care viral tersebut. Terlebih riset menemukan transaksi penjualan produk kesehatan dan kecantikan di e-commerce menduduki peringkat ketiga teratas, yakni 14,3 persen.
Peralatan rumah tangga banyak dibeli konsumen yang sudah menikah
Untuk menyasar segmen konsumen yang sudah menikah dan memiliki anak, UMKM bisa menghadirkan produk peralatan rumah tangga yang mana jadi salah satu produk favorit dari kelompok konsumen ini.
Sebanyak 58 persen transaksi berasal dari konsumen yang sudah menikah, dan 55 persen jumlah transaksi berasal dari konsumen yang punya anak.
Pelaku UMKM bisa memanfaatkan peluang ini dengan menyesuaikan penawaran produk dan strategi promosi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belanja rumah tangga.
Caranya, dengan menghadirkan produk kebutuhan rumah tangga yang praktis, unik dan inovatif serta peralatan dapur yang fungsional.
Produk kantor dan belajar kembali dicari
Penjualan produk peralatan kantor dan belajar meningkat hampir 1,5 kali lipat di saat masa transisi. Hal ini menunjukkan kalau aktivitas sekolah dan kantor secara offline menyumbang transaksi yang cukup besar di e-commerce.
Pelaku UMKM bisa memanfaatkan peluang ini dengan menyediakan produk peralatan kantor dan sekolah yang bervariatif sesuai dengan umur dan tren terkini. Produk yang memiliki kualitas baik dan unik dengan harga kompetitif berpeluang untuk dipilih konsumen, termasuk penjualan dalam jumlah besar.
Tambah metode pembayaran
Tren selanjutnya yang tak kalah menarik adalah penambahan metode pembayaran yang semakin beragam, salah satunya paylater. UMKM direkomendasikan untuk mengintegrasikan paylater untuk menyentuh lebih banyak pelanggan yang saat ini banyak menggunakan metode yang satu ini.
Indina menambahkan kalau saat ini, basis pengguna Paylater yang terus bertumbuh seiring waktu, Paylater juga merupakan instrumen pembayaran yang dapat mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tanpa mengganggu cash flow mereka.