Sponsored
Home
/
News

Turbulensi Pesawat Sulit Diprediksi

Turbulensi Pesawat Sulit Diprediksi
Preview
Tempo09 May 2016
Bagikan :
Preview
| May 9, 2016 3:38 pm

Dua pesawat maskapai asing mengalami turbulensi di Indonesia pada awal pekan Mei 2016. Yakni, pesawat Etihad Airways EY-474 jurusan Abu Dhabi-Jakarta pada 4 Mei 2016 dan Hongkong Airways HX-6704 rute Denpasar-Hongkong pada 7 Mei 2016.

Turbulensi merupakan fenomena aliran udara yang bervariasi pada jarak yang pendek. “Fenomena di atmosfer ini terjadi akibat perbedaan atau ketidakteraturan kondisi suhu dan tekanan,” kata Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika seperti dikutip dari laman BMKG, Ahad, 8 Mei 2016.

Menurut BMKG, fenomena skala kecil ini memiliki ukuran puluhan hingga ratusan meter, dengan waktu detik hingga beberapa menit, tapi dapat berulang pada tempat yang sama atau daerah sekitarnya. Fenomena ini sangat sulit dideteksi oleh peralatan pengamatan konvensional model cuaca ataupun satelit.

BMKG memperkirakan kekuatan goncangan turbulensi pada pesawat Etihad Airways EY-474 sudah pada tingkat severe atau parah. Pada level ini, pesawat mengalami perubahan ketinggian dan arah yang besar, sehingga pesawat tidak dapat terkontrol dalam beberapa saat.

Akibat goncangan tersebut, sedikitnya 31 penumpang mengalami luka ringan hingga patah tulang. Musababnya, pada ketinggian sekitar 37 ribu kaki, pesawat mengalami gerak ke atas dan ke bawah. Penumpang yang berjalan atau di dalam toilet akan terlempar mengikuti gerak tersebut. Sementara, barang-barang dalam bagasi kabin akan terhambur keluar, dan penumpang yang duduk dengan seat belt terpasang akan merasakan terjepit parah.

Berdasarkan analisis citra satelit Himawari 8, produk jenis awan dan kanal 8, 9, dan 10, antara pukul 13.00-14.00 WIB, EY-474 tidak memasuki awan cumulonimbus (CB) pada jalur penerbangan. Kejadian ini disebut turbulensi cuaca cerah atau clear air curbulance (CAT), yang terjadi secara umum pada lapisan atas atmosfer sekitar 30 ribu–50 ribu kaki.

Karena itu. BMKG beranggapan turbulensi tingkat parah tersebut berasal dari kombinasi dari gelombang dekat Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Bagian Selatan dan awan CB di sekitar jalur penerbangan EY-474.

Turbulensi pada Hongkong Airways HX-6704 terjadi pada ketinggian 41 ribu kaki. BMKG memperkirakan kekuatan goncangan tersebut juga pada level severe. Tetapi, karena skalanya kecil, peralatan pengamatan cuaca dari produk SigWx WAFC London dan Washington tidak mendeteksi turbulensi cuaca cerah.

BMKG mengindikasikan turbulensi tersebut merupakan akibat dari peningkatan perbedaan kecepatan angin pada level atas pada level tropopause (39 ribu-45 ribu kaki). Insiden itu menimbulkan 3 korban luka berat dengan lebih dari 17 penumpang mengalami luka ringan.

BMKG mengimbau pada seluruh maskapai penerbangan untuk meningkatkan kewaspadaan dan menyampaikan kejadian CAT atau turbulensi lainnya kepada unit pelayanan lalu lintas udara (ATS). Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 9 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 174, tentang pelayanan informasi meteorologi penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services).

FRISKI RIANA

Berita Terkait:

 
populerRelated Article