Vino Bastian dan Tora Sudiro Penuh Misteri di Film ‘Hoax’
-
Film 'Hoax' mengisahkan tiga orang adik-kakak, yakni Ragil (Vino G. Bastian), Adek (Tara Basro) dan Raga (Tora Sudiro) yang berkumpul di rumah ayah mereka di sebuah rumah dengan mengambil setting di kawasan Yogyakarta.
Masing-masing orang itu menyembunyikan rahasia dalam hidup mereka, maupun dalam keluarga. Rahasia itu mulai terungkap satu-satu.Vino Bastian menjelaskan hal itu saat berkunjung ke redaksi Uzone.id, Kamis (25/1/2018) . Dia turut mengajak rekannya, Tora Sudiro.
Mengenakan balutan kemeja kotak-kotak merah-biru dan kaos bertulis ‘Hoax’, bagian kepala disematkan aksesoris topi fedora, Vino mengaku sutradara Ifa Ifansyah sejak sekolah mendambakan film yang sebelumnya berjudul ‘Rumah dan Musim Hujan’ ini.
“Skripnya dia tulis sendiri, terus secara tema belum ada nih film Indonesia seperti ini. Ada thriller nya, horor, drama dan sedikit komedi-komedinya,” kata Vino.
Tora, yang tampil pangling dengan wajah segar mengenakan kaos lengan panjang hitam dan celana motif jaguar, menambahkan jika film ini sudah ditayangkan pada 2012 melalui festival-festival.
Ifa, kata Tora, memang sengaja membuat film seperti ini untuk kepentingan festival saat itu. Namun, secara komersil baru ditayangkan di bioskop Tanah Air pada 1 Februari 2018.
“Ini karya Ifa paling oke ya,” puji Tora kepada Ifa yang juga menyutradarai ‘9 Summers 10 Autumns’ dan ‘Pendekar Tongkat Emas’ itu.
Tantangan main di film ini, kata Tora, dirinya sempat membayangkan kerja sama dengan Ifa akan berat karena filmnya sangat berseni.
“Ternyata nggak juga menyenangkan malah, seru juga syutingnya seingat gue ya,” kata suami dari artis Mieke Amalia itu.
Vino sempat teringat pantangan yang harus dia jalani selama syuting. Para pemain harus tenang dan jangan terlalu bergaul.
“Maksudnya jangan terlalu kebawa. Karakter Tora dan Tara ini beda, ya udah akhirnya di lokasi juga diem. Bukan diem sih jadi kayak...,” Vino coba cari kata-kata yang pas. "Menutup diri." Tora mencoba membantu.
Vino dan pemain lainnya akhirnya patuh dengan keinginan Ifa yang ingin menjalankan ‘permainan’ seperti itu.