icon-category Travel

Vozrozhdeniya, Pulau Anthrax di Rusia

  • 18 Aug 2018 WIB
Bagikan :

Kembali ke tahun 1920-an, ketika pemerintah Uni Soviet mulai mencari tempat-tempat terisolasi di mana mereka dapat membangun kompleks militer untuk menguji senjata biologis. Lokasi yang ideal untuk proyek rahasia seperti ini mesti pulau terpencil, jarang penduduknya, dikelilingi gurun, terletak jauh di dalam Uni Soviet juga jauh dari perbatasan negara lain.

Sejumlah pulau masuk dalam daftar opsional, tetapi Pulau Vozrozhdeniya yang akhirnya terpilih. Pulau inilah yang menjadi tempat uji coba bioweapons --yang konon-- terbesar di dunia.

Lalu, pada tahun 1948, laboratorium senjata biologis yang bernama Aralsk-7 didirikan di Pulau Vozrozhdeniya. Semenjak itu, mereka mulai menguji beberapa patogen paling mematikan seperti cacar, brucellosis, tularemia, botulinum, ensefalitis, dan anthrax.

"Kami menggunakan monyet, (berjumlah) sekitar 200 hingga 300 setiap tahun," kenang Gennadi Lepyoshkin, seorang dokter ahli mikrobiologi yang dahulu bekerja sebagai pengawas tim peneliti di Aralsk-7. 

Setelah monyet-monyet tersebut dimasukkan ke tempat konsentrasi patogen, mereka dibawa ke laboratorium untuk diuji darahnya dan dipantau perkembangan penyakit di dalam tubuhnya. "Mereka akan mati dalam beberapa minggu, dan kami akan melakukan otopsi."

Pengembangan senjata biologis di Pulau Vozrozhdeniya telah mempekerjakan sekitar 1.500 personel. Mereka tinggal di satu-satunya kota yang ada di pulau itu, di Kantubek. Dahulu, tempat tersebut cukup nyaman dihuni manusia, karena airnya jernih, terdapat stadion, beberapa sekolah dan toko.

Namun kini, Pulau Vozrozhdeniya sudah jadi kota mati. Laut Aral yang mengliling pulau tersebut, yang dahulu merupakan danau terbesar keempat di dunia, dengan luas 68.000 kilometer bahkan kini mengecil dan mulai mengering.

Tetapi yang paling menakutkan dari Vozrozhdeniya bukan hanya sekadar suasananya yang sunyi, fakta bahwa sisa-sisa patogen masih eksis hingga kini tentunya lebih menyeramkan. 

Meskipun para ahli yakin sebagian besar patogen yang dikembangkan telah mati terbunuh oleh radiasi ultraviolet dan suhu musim panas yang bisa mencapai 60 derajat celsius, namun itu tidak berlaku untuk anthrax.

Menurut laporan dari The New York Times, anthrax dapat bertahan hidup di tanah selama berabad-abad. Bahkan ketika Departemen Pertahanan Amerika Serikat percaya bahwa patogen tersebut telah sepenuhnya dimusnahkan dari Vozrozhdeniya pada tahun 1990-an sampai 2000-an, tidak ada yang dapat memastikannya.

Bagi Lepyoshkin dan para mantan pekerja Aralsk-7, mereka justru lebih percaya bahwa senjata biologis ciptaan Soviet sebetulnya telah menyebar melalui tikus. Bahkan setelah tempat tersebut dikosongkan, patogen tersebut akan terus ditularkan kepada generasi-generasi tikus berikutnya; hanya tinggal menunggu waktu untuk menular kepada manusia.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini