Wall Street Catat Penurunan Tajam
-
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street turun tajam pada penutupan perdagangan Senin (5/2). Saham Dow Jones turun hampir 1.600 poin selama beberapa sesi, tercatat sebagai penurunan intraday terbesar dalam sejarah. Penyebabnya karena investor bergulat dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan inflasi yang berpotensi menguat.
Indeks acuan S&P 500 dan Dow mengalami penurunan persentase terbesar sejak Agustus 2011. Sektor keuangan, kesehatan (SPXHC) dan sektor industri (SPLRCI) juga mengalami penurunan terbesar. Namun penurunannya menyebar karena kelompok utama S&P turun setidaknya 1,7%.Dilansir Reuters, Selasa (6/2), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1.175,21 poin atau 4,6% menjadi 24.345,75. Sementara S&P 500 (SPX) kehilangan 113,19 poin atau 4,10% menjadi 2.648,94. Sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) turun 273,42 poin atau 3,78% menjadi 6.967,53.
Tercatat S&P 500 turun 7,8% dari rekor tertingginya pada 26 Januari. Begitu juga dengan Dow yang turun 8,5% dari rekor tertingginya di Januari.
Pada beberapa kesempatan, Dow bahkan turun 6,3% atau 1.597 poin, penurunan poin satu hari terbesar yang pernah ada, karena menembus level 25.000 dan 24.000 selama perdagangan.
"Pasar telah mengalami kemunduran yang luar biasa. Padahal kami memiliki lingkungan di mana tingkat suku bunga meningkat, ekonomi yang lebih kuat sehingga The Fed harus terus memperketat kebijakannya," kata Michael O'Rourke, Kepala Strategi Pasar di JonesTrading In Greenwich, Connecticut.
Pasar saham terus naik untuk mencatat rekor sejak pemilihan Presiden Donald Trump atau posisinya tetap naik 23,8% sejak kemenangan Trump. Bahkan Trump sering memuji bangkitnya pasar saham selama masa kepresidenannya.
Penguatan terjadi karena investor mengalami pullback selama berbulan-bulan, pasar saham telah mencetak rekor tinggi didorong oleh data ekonomi dan prospek pendapatan perusahaan yang solid, serta diperkuat oleh pemotongan tarif pajak perusahaan AS.
Sekitar 11,5 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, jauh di atas rata-rata 7,6 miliar/hari selama 20 sesi terakhir.